Mémoire : 0. Light

48.9K 3.2K 309
                                    

Lisa selalu bahagia, walau orang tuanya menentang impian gadis itu. Lisa selalu bahagia, walau banyak yang meremehkannya. Terlahir sebagai anak konglomerat bukan suatu hal yang bisa Lisa banggakan. Justru, gadis itu merasa muak. Semua orang tampak menatapnya remeh.

Tapi menit ini, detik ini, Lisa membuktikan. Bahwa dia bisa meraih cahayanya sendiri. Dia bisa meraih keberhasilannya sendiri. Tanpa campur tangan uang keluarganya.

Di panggung itu, cahaya seakan memeluk tubuhnya. Menatap haru tepuk tangan meriah yang berasal dari ratusan penonton di depan sana. Bersama Timnya, Lisa berhasil meraih kemenangan itu.

"Aigo~ Anak Appa benar-benar membanggakan."

Lisa hanya bisa tersenyum tipis, melihat betapa bahagianya salah satu anggota Tim Lisa yang mendapat pelukan hangat dari sang ayah. Beralih menatap kesekelilingnya, Lisa hanya bisa menahan rasa perih. Ketika semua teman-temannya sedang mendapat pujian dari orang tua mereka.

"Igeo! Hadiah untuk adik Unnie yang terhebat!" Sebuah kotak hadiah terlulur di hadapannya. Membuat Lisa tak bisa menahan diri untuk tersenyum lebar. Menerima kotak hadiah itu dari seorang gadis berambut blonde.

"Di dalamnya hanya berisi kalung murah. Tapi tenang, Unnie sudah menyiapkan mobil baru di mansion untukmu." Tawa Lisa muncul melihat wajah tengil milik gadis berpipi mandu itu.

"Heish~ kalian ini. Adikku tidak membutuhkan hadiah mahal seperti itu. Bukankah kau ingin liburan, Lisa-ya? Unnie sudah membelikan tiket dan rumah di Swiss." Kakak pertama Lisa tersenyum bangga, namun sedetik kemudian dia mendapatkan dua jitakan sekaligus di kepalanya.

"Ya! Kau ingin mengasingkan adikku?"

"Unnie! Kau ingin Lisa pergi dari kita?"

Gadis berambut cokelat itu cemberut, mengusap kepalanya yang terasa panas.
"Aku hanya menuruti keinginan Lisa! Aku tak sengaja membaca lembaran buku harian yang terbuang di kotak sampah di kamarnya!"

Sejenak, keadaan hening. Lisa hanya merenungkan ucapan kakak pertamanya barusan. Mengingat, bahwa beberapa minggu ini dia benar-benar di landa tekanan berat. Hingga tak sadar, menulis keinginannya mengenai liburan di buku harian. Namun setelah sadar, dia segera merobeknya dan membuangnya ke dalam kotak sampah. Liburan? Ayahnya tak akan pernah memberi izin.

- Prologue-

Lampung, 22 September 2020

Note.

Welcome to my new fanfic! Karangan ini memiliki banyak kekurangan, tapi semoga dapat menghibur!

Publish part 1 kalau responnya baik yaw😝

Mémoire ✔Where stories live. Discover now