31 》Tertinggal Selangkah

436 39 2
                                    

♡♡♡

Jeongyeon menarik kembali tubuhnya hingga punggungnya menempel di kursi samping kemudi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeongyeon menarik kembali tubuhnya hingga punggungnya menempel di kursi samping kemudi. Ucapan Jeonghan yang berupa larangan itu sontak membuatnya tak berani berkutik.

"Enggak usah pindah-pindah segala, entar malah makin ribet," pelak Jeonghan, tatapan cowok itu menghunus tajam manik mata Jeongyeon hingga ia enggan memberontak, seolah pikirannya terhipnotis.

Suasana mobil semakin hening, baik Wonwoo atau Mina, keduanya sama-sama membisu. Tak ada satu pun yang membuka suara, takut nanti suasananya justru semakin memburuk apabila salah satu dari mereka ikut campur.

Sepersekian detik kemudian, mobil mulai melaju memecah jalan raya. Masih sama seperti euforia sebelumnya, atmosfer sekitar terasa hampa. Pancaran Jeonghan dan Jeongyeon tampak tak bersahabat.

Jika saja mereka berada dalam film animasi, mungkin kini tubuh Jeongyeon dan Jeonghan tengah memancarkan sinar setajam laser. Dimana keduanya tidak dapat bersatu, alias saling tolak menolak.

Mina dan Wonwoo saling pandang, lalu keduanya sama-sama menghela napas gusar sembari menyandar lemah seolah tidak memiliki daya.

Sementara itu, Soonyoung sudah menanti lama gilirannya memasuki mobil. Cowok itu tidak sabar untuk melihat wajah-wajah penumpang mobil berwarna kuning menyala yang menjadi pilihannya semenjak pertama kali melihat.

"Gue duluan, guys!" pamitnya pada Myungho dan Hansol yang masih menunggu giliran. Cowok bermata sipit itu berjalan santai seraya memasang tampang semringah. Kedua ujung bibirnya selalu terangkat.

Dalam hatinya, ia yakin Momo akan memilih mobil berwarna kuning. Sebab sahabat sedari oroknya itu memang penggila warna kuning. Cukup jelas bukan alasan mengapa kini Soonyoung senyum-senyum tidak jelas layaknya orang gila baru kasmaran. Semua itu tidak lain karena fantasinya yang membayangkan Momo.

Di saat Soonyoung membuka pintu mobil, betapa terkejutnya ia kala tidak menemukan satu orang pun. Hanya kekosongan yang mengisi mobil berwarna kuning itu.

Perasaan Soonyoung lantas hangus. Kenyataannya, ekspektasi memang tak seindah realita. "Woi, kenapa di mobil ini nggak ada orang sih?" teriaknya frustasi. Senyum yang mulanya mengembang telah berganti menjadi bibir mencucu.

Soonyoung semakin gugup kala tidak ada yang menjawab pertanyaannya. Ia menggaruk kulit kepalanya. Bingung. Masa iya dia berangkat sendirian?

"Gitu amat muka lo!" Tiba-tiba sosok Jihoon muncul dari sisi lain mobil sembari tertawa keras-keras. "Enggak dapat teman semobil aja ekspresinya kayak ditilang polisi."

"Lah, mau gimana lagi sih Hoon?" Soonyoung terlihat nelangsa. "Satu pun teman enggak ada, lho."

"Gue lo anggap apa?"

Mata Soonyoung mendadak berbinar. Walau ia paksa selebar mungkin, tetap saja kelopaknya tidak naik-naik. "Lo teman semobil gue?"

Jihoon mengangguk. Cowok itu segera masuk ke dalam mobil, diikuti suara kekehan yang terdengar familiar di telinga Soonyoung.

"Ya ampun ayang beb, sedih amat sih? Ngiranya nggak ada teman ya? Utututu, kasihan. Sini-sini peluk."

Momo muncul dari tempat yang sama dengan Jihoon. Gadis itu melebarkan kedua lengan, lalu memeluk Soonyoung penuh kasih sayang. Walau pun Soonyoung tidak membalas pelukan itu, Momo tak segan mendekapnya perlahan.

"Momo enggak mungkin jauh-jauh dari ayang beb."

Soonyoung menoleh kanan kiri, ia melihat Hansol dan Myungho tertawa ngakak dari kejauhan. Sementara Jihoon sudah menggedor-gedor jendela mobil, pertanda bahwa cowok yang tingginya terhambat itu tengah meledeknya setengah mampus.

Soonyoung jadi salah tingkah sekaligus bingung harus berbuat apa.

Tiba-tiba Nayeon pula muncul dari tempat yang sama, ada Yena di dalam gendongan wanita itu. "Harus banget ya pamer kemesraan di depan semua orang?" sindirnya, namun detik berikutnya tertawa. "Segera jadian sana, nikah sekalian! Kasihan Momo tuh kebelet nikah!"

Usai mengatakan itu, Nayeon menyusul masuk ke mobil.

Momo menguraikan pelukannya, lalu menangkup wajah Soonyoung. "Kita pasti bersatu."

Kening Soonyoung mengerut. Bukannya merasa istimewa atas perlakuan Momo, cowok itu justru merasa risih. Dengan tangkas, ia menepis tangan Momo yang menangkup sebagian wajahnya.

"Lo apa-apaan sih?" tukasnya terbilang kasar. "Masuk mobil sana!"

Bibir Momo menekuk. "Ih, kok malah marah sih? Ya udah, gue ngambek sama lo."

Soonyoung membuang muka. "Jangan dong."

"Bodo amat!"

Soonyoung menghela napas berat. "Sekarang, lo mau apa?"

"Lo tanya apa yang gue mau?"

"Iya."

Momo menatap Soonyoung tajam. "Gue mau, lo jadi pacar gue!"

Jantung Soonyoung berdegup kencang. Sekujur tubuhnya bereaksi tak biasa. Apa barusan ia salah dengar? Momo menembaknya?

"Heh-heh, mending kita berangkat aja. Nanti deh bahas urusan rumah tangga kalian berdua, kasihan yang lain nunggu!" Jihoon berbicara lewat jendela mobil yang terbuka.

Soonyoung dan Momo mengiyakan perintah Jihoon. Keduanya segera masuk ke mobil. Suasana terasa menengangkan. Soonyoung benar-benar bingung harus mengatakan apa.

Momo telah lebih dulu melangkah, tanpa peduli bagaimana terlukanya harga diri Soonyoung.

"Gue udah rekam acara penembakan oleh Momo untuk Soonyoung, bakal gue kirim ke grup. Ahahaha."

Jihoon dan Nayeon tampak senang karena berhasil mengerjai temannya yang berada dalam fase jatuh cinta itu.

Namun, baik Momo atau Soonyoung sama-sama membungkam.











-Serenity-

♡24 Agustus 2020♡

[STS#2] Serenity ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang