13 》Kenangan dan Penantian

559 56 12
                                    

Now playing :
Miracle - Woozi Seventeen

♡♡♡

Suasana di ruang tamu rumah itu terasa menegangkan. Semua orang tengah menunggu sepatah kata terlontar dari bibir Tzuyu.

"Jawab, Tzuyu!" pinta Nayeon, ia mulai kesal dengan adik sepupunya yang terus membisu. "Sudah saatnya semua orang tahu."

Satu tetes air mata mengalir pada kedua belah pipi. Tzuyu ingin menceritakan semua, namun ia tak kuasa melihat bagaimana terlukanya Mingyu apabila semua fakta terkuak.

Selain Nayeon, Mingyu dan Jihoon juga berada di sana. Menanti potongan kisah yang Tzuyu sembunyikan.

"Kak Mingyu, maafin aku."

Tzuyu terisak. Sekujur tubuhnya seolah merasakan tusukan duri. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Berharap suara tangisnya meredam.

Melihat gadisnya menangis, Mingyu tidak tinggal diam. Pemuda itu mendekat, lalu memeluk Tzuyu erat.

Berapa banyak pun cinta yang ada di hatinya, semua itu hanya untuk Tzuyu seorang. Bisa dibilang, Mingyu sudah berada dalam fase komitmen. Cintanya ke Tzuyu bukan main-main.

Nayeon menghela napas gusar. Sangat menyesal karena sudah memaksa Tzuyu menceritakan semua tanpa memikirkan bagaimana perasaannya. Pasti Tzuyu tertekan, sehingga tidak bisa mengungkapkan barang satu kata.

"Kak Nayeon sama Kak Jihoon duluan aja, biar gue yang temani Tzuyu."

Tidak membantah, Nayeon dan Jihoon pun pergi meninggalkan kediaman Tzuyu. Mungkin si pemilik rumah butuh waktu. Kalau pun membutuhkan teman, Mingyu merupakan sosok paling tepat untuk menjaganya. Senantiasa berada di sampingnya, kapan pun dan dimana pun.

Sementara itu, Tzuyu masih menangis dalam pelukan Mingyu.

"Aku nggak tahu apa yang selama ini terjadi sama kamu. Tiba-tiba menghilang, nggak ada kabar. Tapi yang aku tahu, kamu merasakan beban yang begitu berat. Nangis aja, buang semua yang mengganjal di hati," kata Mingyu seraya mengelus punggung Tzuyu.

Entah berapa banyak air mata yang tumpah. Untuk beberapa waktu, Tzuyu puas menangis. Hingga ia melepaskan pelukannya dari Mingyu. Menghapus sisa-sisa air mata, lalu menatap Mingyu dengan sarat sendu.

"Aku sakit."

Bagai dihantam palu godam, hati Mingyu mencelos kala mendengar penuturan singkat yang terlontar dari bibir Tzuyu.

"Kamu sakit apa?"

Netra Tzuyu tergugu, menatap dalam iris mata hitam legam milik Mingyu. "Tumor otak."

Pecah telak. Gelombang dahsyat yang mampir bak petir itu telah memorakporandakan hati Mingyu. Rasanya sakit ketika mengetahui betapa besar derita yang ditanggung oleh Tzuyu.

"Aku menderita penyakit itu karena kecelakaan yang terjadi ketika Kak Nayeon menikah," ungkap Tzuyu seraya menahan air matanya agar tidak kembali tumpah. "Dokter bilang, tumor otak itu penyakit parah. Sontak, aku merasa pesimis. Aku takut kalau kita berdua akan pisah dalam waktu dekat. Sebab, sisa usiaku tidak banyak."

Mingyu setia mendengarkan cerita Tzuyu. Ia ingin tahu, tapi juga tidak sanggup.

"Satu-satunya orang yang ada di pikiranku itu cuma kamu, Kak. Aku takut Kakak akan kecewa dan membenci aku yang penyakitan ini. Akhirnya, aku memutuskan untuk berbohong pada semua orang. Membuat Kakak menjauhiku, supaya derita yang kualami tidak akan berdampak pada siapa pun."

"Tunangan itu juga bohong?"

Tzuyu mengangguk perlahan. Kebohongan yang selama ini ia sembunyikan telah terbongkar tanpa bisa dicegah.

"Maaf, tidak apa-apa kalau Kak Mingyu memutuskan untuk meninggalkanku. Banyak wanita yang lebih baik dari aku dan lebih pantas untuk Kakak."

Tzuyu kembali tersedu. Merelakan orang yang dicintai untuk kebahagiaan orang lain, rasanya sangat menyakitkan.

"Aku tidak peduli. Kamu satu-satunya wanita yang aku mau. Hatimu sudah kupilih untuk menjadi pendamping hidup. Bukan kah laki-laki yang baik itu menerima apa adanya dan tidak menuntut?"

Tzuyu semakin terisak. Haru menyelusup rongga dada. Ia tidak menyangka dengan jawaban yang baru saja keluar dari bibir Mingyu.

Mingyu menarik Tzuyu menuju pelukannya.

"Sekarang aku sudah sembuh," lirih Tzuyu terbata. "Makanya aku kembali."

Mingyu mendesah lega. "Apa pun yang terjadi, aku akan tetap mencintaimu."

"Aku juga," balas Tzuyu.

Penantian yang selama ini mereka korbankan demi kenangan, kini telah menghasilkan jawaban. Kisah mereka tidak bisa putus begitu saja.

Mingyu ada, sebagai pelindung Tzuyu.

Tzuyu ada, sebagai pelengkap Mingyu.

Tzuyu ada, sebagai pelengkap Mingyu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-Serenity-

♡11 Juli 2020♡

Yang request MinTzu kuturuti tuh, wkwk. Duh gemesin bgt sih mereka?:*
Komen yg banyak yaa, spam sekalian:v kutunggu🌸
Ily❤😙

[STS#2] Serenity ✔Where stories live. Discover now