16 》Rumit

550 53 6
                                    

♡♡♡

Chan melangkah masuk melewati lorong mengerikan. Rumah tua yang berdiri kokoh di hadapannya terlihat dua kali lebih menyeramkan dari foto yang pernah ia lihat.

Chan membuka pintu rumah itu, kemudian tampak seorang pria paruh baya dengan jenggot tebal sedang berkomat-kamit. Perawakan kurus kering, ditambah pula dengan tatapan mata yang tajam.

"Aku sudah menduga, kau pasti datang," kata pria paruh baya itu, yang tidak lain ialah seorang peramal.

Langkah Chan mendekat, kemudian duduk di seberang meja. Kini, ia dan peramal itu hanya terpaut meja berukuran sedang. Susah payah Chan menelan saliva sebab rasa gugup mulai mendominasi.

Tidak hanya rumahnya yang menyeramkan, tapi pemiliknya juga.

"Ada apa gerangan wahai anak muda?" tanya pak peramal sambil menyediakan wadah berisi beras dan kelopak mawar dengan tangkas.

Chan mengernyit. "Anda kan peramal, harusnya tahu dong apa tujuan Saya kesini."

Si peramal mendadak kicep dan salah tingkah. "Peramal juga manusia yang tidak sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan," elaknya sok bijak.

Chan pun tersenyum kecut, lalu mengangguk. "Saya direkomendasikan teman, katanya ramalan Anda terbukti benar."

"Siapa teman Anda?"

"Kak Jun."

Peramal tertawa. "Hahaha, pria tinggi nan tampan itu memang sering datang, bersama kekasihnya yang cantik dan aduhai."

"Jadi, kedatangan Saya kesini tuh mau tanya-tanya tentang masa depan. Terutama jodoh," jelas Chan to the point.

Peramal yang lebih mirip dukun itu manggut-manggut. Rambut panjang dan kusutnya ikut bergerak. Entah kenapa di mata Chan peramal itu sebelas duabelas seperti Limbad.

"Sebelumnya, perkenalkan nama Saya Limbad!"

Tubuh Chan menegang. Ternyata bukan hanya perawakan yang sama, ternyata nama pun serupa. "Saya, Lee Chan."

"Iya, Saya tahu. Anda sering muncul di berita selebriti yang biasa Saya tonton di youtube."

Chan menahan tawa. Seorang peramal yang kelihatannya tidak pernah terjamah dunia luar ini rupanya juga paham teknologi.

Tanpa sepatah kata lagi, peramal itu mulai memainkan wadah berisi bahan-bahan aneh. Ia melempar beberapa butir beras ke meja, kemudian mulai menelisik setiap inci beras yang berserakan. Saking mengkhayatinya, pak Limbad terlihat memejamkan mata.

Ia berkomat-kamit seolah tengah membaca mantra. Ketika kelopak mata terbuka, napas pak Limbad terengah-engah. "Gawat."

Perasaan Chan mendadak ciut. "Gawat kenapa Pak?"

"Saya kasihan sekali padamu, Nak. Cintamu bertepuk sebelah tangan," kata pak Limbad mendramatisir suasana.

Apa benar begitu? Jadi, selama ini Chaeyoung tidak ada perasaan sama sekali terhadap Chan? Walau sedikit?

"Jangan menyerah. Sosok wanita yang kau cintai saat ini bisa jadi jodohmu, apabila kau tidak gegabah. Sebab ada orang lain yang mencintainya, lebih dari perasaanmu kepadanya. Dan orang itu adalah...-"

"Permisi!"

Chan dan pak Limbad menoleh ke sumber suara. Seseorang berdiri di ambang pintu seraya memberi tatapan bingung sekaligus terkejut.

Seo Myungho.

🎈🎈🎈

Chan bukan tipe orang yang mempercayai mistis. Apalagi terhadap ramalan. Namun, kisah yang diceritakan Jun tentang peramal bernama 'Limbad' berhasil menarik minatnya. Hingga ia pun memutuskan untuk datang dan mencoba.

[STS#2] Serenity ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang