15 》Merasa Tenang Ketika Bersama

570 56 4
                                    

♡♡♡

Angin malam berhembus membelai kulit. Hawa dingin sontak merasuk hingga tulang-belulang. Gemerlap bintang seolah melambai dari atas sana, menambah kesan indah pada bentangan cakrawala.

Seungkwan tersenyum melihat buah karya yang menyejukkan hati itu. Ditambah pula dengan hadirnya sosok terkasih yang menemani. Membuat malamnya terasa lengkap.

"Cantik ya?" Jihyo pun terkagum kala kerlap-kerlip kejora menyapa dalam bisu. Ia tidak bisa melepas tatapannya dari langit.

Seungkwan menoleh. Mengamati setiap lekuk wajah Jihyo. "Iya, cantik," jawabnya. Bukan langit, melainkan Jihyo yang ia puji. Mungkin berapa panjang puisi pun tak mampu menggambarkan betapa cantiknya Jihyo di mata Seungkwan.

Walau hari meringsuk semakin larut, Jihyo dan Seungkwan enggan berpulang. Suasana pantai yang sudah lama tidak Jihyo rasakan, membuatnya menolak pergi. Ia ingin lebih lama di sini.

"Ada yang mau gue omongin," lirih Jihyo.

Tentu saja Seungkwan akan mendengarkan, ia bahkan membuka kedua telinga lebar-lebar. "Iya, ada apa?"

"Sebenarnya gue sama Seokmin lagi berantem."

Sudah Seungkwan duga sebelumnya, pasti Jihyo ada masalah dengan saudara sepupunya itu. Jika hubungan mereka baik, mungkin saja Seungkwan tidak akan berada di sini bersama tunangan orang lain.

"Gue marah cuma karena hal sepele." Raut muka Jihyo tampak masam. "Seokmin belum bisa diajak liburan, tapi guenya maksa. Dia sibuk banget sama bisnis, harusnya gue ngertiin karena Seokmin memang orang penting dalam perusahaan. Tapi, gue egois."

Seungkwan menghela napas panjang. Kehadiran dirinya tidak lain hanya untuk pelampiasan Jihyo.

"Setiap waktu gue periksa hp, tapi nggak ada satu pun pesan balasan dari dia. Gue bingung harus ngapain, dan gue juga nggak tahu kenapa malah ngajak lo kesini."

Cerita Jihyo benar-benar diresapi oleh Seungkwan. Bahkan ia tidak menguraikan sepatah kata. Bingung antara respon apa yang harus ia berikan atau meratapi betapa bodohnya diri sendiri.

"Makasih ya, Seungkwan. Setelah main kesini sama lo, gue ngerasa lebih lega. Keinginan untuk liburan pun telah terpenuhi."

"Iya, sama-sama."

Meski hatinya pedih, Seungkwan tetap mengukir senyum. Ia tidak boleh berharap lebih, sebab Jihyo merupakan milik orang lain.

Seungkwan akan bersikap dewasa dan mengesampingkan perasaan. Dirinya sudah bukan lagi remaja labil yang bersikap semaunya. Ia mengerti batasan antara baik dan buruk.

"Lo harus pulang."

Tepat seusai Seungkwan melontarkan seruan, ponsel Jihyo berdering.

"Sebentar ya, ada telepon dari Seokmin," ucap Jihyo sesaat sebelum menerima panggilan.

"Speaker-speaker," pekau Seungkwan. Jihyo pun segera menuruti permintaannya.

"Halo?" sapa Jihyo.

"Kamu dimana? Kata orang rumah kamu dari tadi belum pulang."

Jihyo tidak bertatapan langsung dengan Seokmin, namun gadis itu tahu kalau di seberang sana kekasihnya sedang menahan emosi karena khawatir.

Takut sekali rasanya, sampai lidah Jihyo mendadak kelu. "A-aku.."

"Kak Jihyo aman sama gue," sahut Seungkwan.

"Hah? Seungkwan?"

"Aku pergi ke pantai dengan Seungkwan, maaf nggak pamit kamu." Akhirnya Jihyo unjuk suara.

[STS#2] Serenity ✔Where stories live. Discover now