Namja manis itu tidak berkata lebih lanjut. Masih terlalu lemas untuk sekedar membuka mulut. Makanya cuma bisa memeluk lengan kokoh sang suami sebagai sandaran.

"Boo."

"Hm?"

"Scarlett's coming.
Soon enough."

"Kkk kali ini Bononie sudah menyiapkan nama?"

"..kau tidak bertanya?"

"Ara.
Kwanie tau akan begini jadinya karena memang sudah diwanti-wanti bidan kemarin..

Maaf ya, Kwanie tidak bisa jaga diri."

"No, baby.
You're great.
Thank you for being a mommy.."

Sudah hakikatnya kalau Vernon sedih, maka Seungkwan lebih sedih.

Kalau Vernon marah, maka Seungkwan lebih marah.

Dan kalau Vernon kecewa, maka Seungkwan lebih kecewa dari siapapun.

Itulah yang dirasakannya saat ini. Menangis di atas kasur, bermodal lengan Vernon sebagai pelukan.
Seungkwan menyesali dirinya yang masih menganggap diri sendiri tidak becus sebagai seorang ibu.

"Sudah, jangan nangis.
Masa mau liat bidadari kamunya jelek kaya gini?"

"..dia pasti lahir kan?"

"Tentu. Dia kan kuat seperti maminya."

"Bononie pasti disini kan?
Tidak kemana-mana sampai bidadarinya datang?"

Senyum lembut, kecupan hangat, serta genggaman penuh percaya diri sudah cukup untuk mendukung anggukan Vernon yang membuat Seungkwan ringan hati.

Setidaknya.. kali ini ia tidak akan lebih mengenaskan lagi dari sebelumnya.

"Tapi Nonie.."

"Hm?"

"Kwanie mau odeng."

Hening.

Vernon berpikir keras, memahami seluruh ekspresi Seungkwan, kemudian menggeleng ragu dengan asumsi di kepalanya.

"Tidak mungkin kan kamu lagi begini, tiba-tiba ngidam, Boo?"

"Terus apa dong kalau bukan ngidam?"

"Y-ya tapi..
Ani.
Astaga, tunggu. Aku harus apa?"

"Sama onigiri. Rasa mayo."

"Sekarang?"

"Kalau besok sudah bukan ngidam lagi namanya, pabo!"

"Kwan, please.."

"Oh.
Mau ramyun juga masa."

"....."

"Aish, pallii!"

Tawa renyah si kecil mengiringi kepergian Vernon. Tentu saja pria dominan itu kebingungan setengah mati, tapi tetap menuruti sebab takut akan mitos soal ngidamnya seorang istri.

Padahal kan cuma akal-akalan Seungkwan saja.

Karena kalau dipikir-pikir lagi, malu juga nanti proses persalinanmu dilihat langsung oleh suami.

"Bagus. Kwanie pintar.
Cha, sekarang.. gimana caranya menghilangkan gugup?"

 gimana caranya menghilangkan gugup?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

--

Malam telah datang, dan Jeonghan masih memeluk Andrew bahkan setelah lebih dari 6 jam semenjak keponakannya diam di pangkuan begini.

Enggan bicara sama sekali apapun yang terjadi.

"Pangeran kamu kenapa?"

"....."

"Mau main sama Jungie, hm? Atau Yeol hyung-"

Cuma gelengan yang diterima.

Menyerah, Jeonghan lebih memilih membuka handphonenya. Mengecek segala notifikasi kemudian tersenyum lebar kala salah satu chat ia buka secara sengaja.

"Oppa."

Choi Seungcheol langsung tersedak mendengar istrinya bersuara begitu.

"Hansu oppa, adikmu sudah lahir..
Kkkk~"

Bocah di tangan Jeonghan segera memutar kepala.

Ia tatap lama sebuah potret yang ditunjukkan, lalu menebar senyum secara perlahan sebelum kembali memeluk leher pamannya dengan erat. Kaki berayun tanda excited, sementara telinganya memerah malu kala Jeonghan kembali memanggilnya dengan seduktif.

"Ah, paman lupa.
Kamu lebih suka dipanggil Andrew, ya.
Cha, kalau begitu Andrew oppa?"

"No.
Don't."

"Wae? Karena ada embel-embel 'oppa'nya?"

"Ya.
'Hansu oppa' sounds cool.
But 'Hansu' only not cool."

✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]Where stories live. Discover now