Awal

16.4K 1.7K 184
                                    

"So..how did you two meet?"

Seungkwan menoleh, menatap anaknya yang masih serius menggenggam album foto seakan benda tersebut merupakan barang yang baru ia pertama kali lihat.

"Andrew mau tau?"

"Um."

--

Umur berapa anak pada umumnya masuk sekolah?
5? 6?
Yap.
Tapi Seungkwan masih berada di rumah saat itu. Sangat keras kepala karena ia lebih suka bermain dengan sang eomma daripada bersekolah.

"Eomma cerita!"

"Aishh makanya sekolah sana, biar bisa baca cerita sendiri."

"Shireo. Mau sama eomma."

Kalau ditanya kenapa sang ibu tidak marah pada keputusan sang anak, maka jawabannya ya karena ia luluh dengan sifat menggemaskannya Seungkwan.

Lagian..mereka memang tidak punya uang untuk biaya sekolah.

"Kwan, buku ini sudah dibaca berkali-kali kan."

"Gwaenchana. Seungkwan suka sama pangerannya."

"Ung, Kwanie kalau sudah besar mau jadi pangeran?"

"Aniyo. Kwanie mau menikah dengan pangeran."

"Aish si genit."

--

"..tapi mami sering panggil Andrew pangeran."

"Hm?"

"So, do you wanna marry me?"

Seungkwan langsung menjatuhkan diri ke lantai, tergelak sampai air mata keluar dari ujung maniknya.

"Kalau papi dengar, dia pasti akan memarahimu loh."

"Hng."

--

Keluarga Boo hanya bertopang pada punggung sang ayah yang mencari barang-barang rongsokan untuk di jual. Tapi kala lembaran majalah, buku bekas, atau apapun itu yang masih bermanfaat..maka rumah adalah tempat penyimpanan terbaik menurut pria berkepala empat tersebut.

Miskin, belum tentu sengsara.

Seungkwan tinggal di lingkungan yang penuh kasih sayang.

"..kemudian pangeran bertemu permaisuri cantik-"

"Kwanie!"

"Kkkkk neee,
-lalu mereka menikah, menjadi raja dan ratu di negri tersebut. Tamat."

Setiap selesai, Seungkwan pasti merengut. Tapi kali ini beda. Seungkwan cukup puas sehingga tak ada wajah kesal yang menghiasi akhir cerita.

"Gomawoyo, eomma."

"Ne-"

Brak.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka. Menampakkan seorang pria paruh baya dengan sekarung barang bekas di belakangnya. Tentu hal ini membuat kedua orang di sana menatap bingung,

"Kenapa dibawa pu-"

"Sebentar. Aku mau mengantar anak hilang dulu."

"Anak hilang?"

Kala seseorang mengintip dari belakang karung di punggung sang ayah, kala itu juga Seungkwan mengerjapkan mata takjub.

Anak laki-laki. Mungkin seumurannya. Tapi dia terlihat sangat terawat. Bajunya bagus. Dan yang lebih penting lagi, wajahnya sangat sangat tampan.

"Kwanie mau ikut? Kasihan dia diam mulu daritadi tidak ada yang mengajaknya bica-"

"Siapa namamu?!"

Yah tanpa disuruh juga Seungkwan sudah maju, mendekat dengan wajah excited sampai membuat bingung anak satunya.

"U-uh.."

"Kwanie. Panggil saja Kwanie. Kau siapa? Tinggal dimana? Kenapa bisa hilang? Aigu untung appa menemukanmu, kalau tidak-"

"Kwaaaan."

"Eh? Hehe. Mian."

Anak satunya tersenyum. Tipis.

Tapi cukup untuk membungkam Seungkwan sepanjang perjalanan.

"This is ur house, right?"

"Yes, sir. Thank you."

"Ih ngomong apa...." Gumam Seungkwan, sesaat sebelum mendongakkan kepala dan terhenyak. "Astaga! Kau tinggal disini?! Ya tuhan, ini bukan rumah, ini mah istana ya kan, pa? Ckckck."

"Kwan, berisik ih."

"Hey kau. Siapa namamu sih? Daritadi susah sekali jawab nama doang."

"Ha?"

"Dia tidak bisa bahasa korea, Kwan."

Hening.

Ada jeda lama sebelum akhirnya Seungkwan memeluk pinggang sang ayah, menyembunyikan wajah lantaran malu.

Lagi-lagi, bocah tampan satunya cuma bisa tersenyum. Membuat Seungkwan semakin terlena melihatnya.

"Geu-geureom, aku panggil kamu pangeran saja ya, kamu tinggal di istana sih."

Tampan, pula.

"Ah-"

"Wang.ja.nim. artinya.. appa, apa artinya?"

"Prince."

"Iya. Itu. Pangeran."

Dan yah, namanya juga pertemuan. Cuma sekilas. Tak lama.

Tapi keduanya saling mengingat nama satu sama lain.

Kwanie, dan.. pangeran.

--

"Papimu dulu baru pindah ke Seoul, tidak bisa baca hangul. Makanya harabeoji menawarkan diri untuk mengantarnya pulang dari sekolah waktu itu.

Beda dengan mami, keluarga papi terlalu... Apa ya.. kelebihan uang? Tapi yaa gitu-"

Andrew cuma menganggukkan kepala antara mengerti dan masa bodo. Toh dia sudah membalikkan lembar album lagi ke sisi satunya. Jadi sudah tidak peduli.

"So..who fell in love first?"

"H-huh?"

"Mami or papi?"

"...Ummm menurutmu?"

Ummm menurutmu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang