Sama

11.2K 1.5K 242
                                    

"Bononie annyeong~
Lihat, lihat! Pangeran sudah bisa tengkurap."

"Halo bononie. Tebak siapa yang hari ini mengejutkan mami karena sudah bisa duduk sendiri!"

"Aaaaaa Andrew mamam for the first time~ papi jangan lupa mamam jugaa!"

Dan sebagainya.

Vernon selalu melewatkan momen penting dengan sang anak karena masalah jarak dan waktu.

Mungkin Seungkwan sebagai istri yang baik memang rajin mengabari. Video atau foto pertumbuhan anak mereka selalu ia kirim untuk suaminya lihat. Namun, Vernon tak bisa semudah itu untuk puas.

Di rumah pun sama.

Andrew jarang berinteraksi dengan sang ayah, jadi setiap digenggam Vernon, putra tampannya itu pasti menjulurkan tangan ke arah Seungkwan sambil menangis.

Seperti sekarang.

"Ah.. dia memang tidak bisa akrab denganku, Boo."

"Aniyaaa. Jangan menyerah, papi Chwe! Chaa coba dielus punggungnya.."

"Ini papi, baby.
Don't u love me?
Stop crying.."

"Mamaa mamaaaa waaaaaaaaaaa"

Yap. Tangisnya malah semakin menjadi.

Vernon tersenyum kecut. Pasrah menyerahkan putra kesayangannya ke tangan sang istri.

Kau tau bagaimana perasaannya?

Sakit.

Sebagai seorang ayah yang mendambakan momen indah bersama anak, Vernon hanya bisa menghapuskan keinginan tersebut dari otaknya ketika menghadapi reaksi seperti ini.

"Naah jangan nangis lagi. Tuh lihat, papi kamu disini. Jagoan kemarin katanya sayang papi, masa sekarang nangis? Malu dong.."

"Sudahlah Boo. Percuma kamu biasain Andrew kenal sama aku kalau akunya bakalan jarang di rumah juga."

"..Nonie menyerah? Memangnya mau begini terus, hm?"

"Dia hampir berusia setahun. Tapi tak bisa membiasakan diri denganku, kau pikir masih ada harapan?!"

"......"

"Sudahlah.
Aku akan kemasi barang. Kamu jaga Andrew saja."

Si dominan tidak pernah tau..

..kalau yang paling sakit hati disini adalah Seungkwan.

Ia merasa gagal menjadi istri.

Gagal mendidik bayi mereka.

Gagal memainkan peran seorang ibu.

Padahal usahanya tiap hari tak kurang-kurang menjejalkan foto sang suami pada anak mereka.
Me-loud speaker telepon Vernon, supaya Andrew paham dengan suara ayahnya.
Dan berbagai cara sekreatif mungkin Seungkwan lakukan.

Mungkin memang, semesta tengah berpihak pada Andrew.

"Ingat. Jaga dia baik-baik. Jangan tidur. Aku ada di kokpit, jauh dari kursimu. Jadi-"

"Ara.. Kwanie paham, kok. Jangan khawatir."

"Andrew, lihat sini."

Si anak mencengkram erat kemeja Seungkwan, sebelum menoleh kaku ke arah pria berseragam yang daritadi maminya ajak bicara.

"Di pesawat nanti jangan nangis. Jangan berisik. Jangan kemana-mana. Okay?"

"Dia belum bisa jalan, pi.."

"Tapi dia bisa merangkak."

"Iya iya.
Dah sana, kamu harus pergi kan?"

Si dominan mengangguk kemudian mengecup bibir Seungkwan sebelum memakai topi kebanggaannya dan pergi berlawanan arah dengan sang istri.

✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang