Kwanie

11.4K 1.7K 481
                                    

"Gantian sekarang papi yang cerita."

--

Sambil menyelam, minum air.
Sambil jemput nuna, ya tidak ada salahnya kan Seungkwan setiap hari kesini hanya untuk melihat Vernon.

Awalnya begitu, tapi siapa sangka mereka jadi sangat dekat? Pulang sekolah menghabiskan waktu bersama di pinggir sungai, seperti saat ini.

"Nuna mu sebentar lagi lulus."

"Iya. Aku juga dengar kalau dia sudah dapat beasiswa lagi untuk lanjut sekolah di tempat keren. Hebat deh"

"Ani."

"Hng?"

Acara melempar batu Seungkwan terhenti. Tangannya membeku di udara, seraya menolehkan kepala, menatap bingung Vernon di sampingnya.

"Kalau nunamu lulus, kita tidak akan bisa bertemu lagi."

"Pfftt tenang saja. Aku akan mengunjungimu sesekali."

"Kenapa kau tidak sekolah saja di tempatku?"

Tidakkah Vernon tau, pertanyaan itu cukup sensitif untuk Seungkwan?
Bukan tidak mau.
Tapi tidak bisa.

Harus bagaimana menyampaikannya?
Seungkwan yakin ia tidak akan bisa menahan tangis kalau sudah membicarakan topik ini. Dan menangis di depan Vernon bukanlah hal yang keren.

Ia pun memilih lanjut melempar batu ke arah sungai, bibirnya tersenyum tipis sebagai jawaban kepada Vernon setelah itu hening.

Keduanya sibuk bergelut dengan pikiran masing-masing.

"Bononie-"

"Vernon."

"Ck. Iya nanti kalau lidahku sudah terbiasa, akan kupanggil namamu dengan benar. Sekarang bonon saja dulu."

"Okay. What?"

"Sekolah..untuk menggapai cita-cita kan?"

"Um. Tentu."

"Lalu cita-citamu apa?"

Vernon berdehem, matanya mendongak menghadap langit, lalu kembali menatap Seungkwan lagi.

"Molla."

"Ish. Sudah sekolah masa tidak tau cita cita?! Nuna Kwanie saja tau, katanya cita-citanya jadi dokter!"

"Yasudah aku juga dokter."

"Ih tidak boleh samaaaa!"

Dua bocah berusia 8 tahun itu saling melempar tatapan, yang satu bingung sementara yang satu lagi kesal.

Entah apa yang ada di pikiran Seungkwan, cuma ya namanya juga anak-anak.

"Aih molla, Kwan. Aku saja malas sekolah."

"Wae?"

"Di sekolah..membosankan. Lebih seru main sama kamu."

Seungkwan harus tersanjung tidak?
Kenapa Vernon bisa bisanya bicara seperti itu, tidak tau apa kalau Seungkwan mudah sekali merona?

"Kalau Kwanie cita-citanya apa?"

"Menikah sama pangeran!"

"...aku?"

.....

..........

Hening. Hanya suara angin terdengar tapi kemudian suara tawa canggung menyusul dari bibir Seungkwan. Untung saja senja sudah menyingsing, jadi rona pipinya tak terlalu kentara sekarang.

Vernon yang ketar-ketir. Dadanya mendadak rusuh, takut sekali kalau sampe terdengar Seungkwan.

"Ah, tapi..menikah bukan cita-cita."

✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang