Omake

9.7K 1.3K 189
                                    

It's all about Andrew.

Dering telepon untuk kesekian kalinya berbunyi, memaksa bocah yang kala itu baru berusia tiga tahun langsung bangun dari tidurnya sambil mengerutkan alis.

Tumben sekali paginya berisik.

Kemana sang mommy? Kenapa ia biarkan pangerannya diganggu dalam tidur begini?

Lagi.

Suara yang berasal dari handphone tersebut kembali menyita perhatian si kecil.

Kepalanya menoleh, kemudian berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk menjawab telepon di dekatnya.

"Hello?"

"Yeobose- oh, is this Andrew?"

"Ya.. who ay yu?"

"Kkk~ it's uncle Josh, baby. How are you doing?"

"..sleepy."

"Did I wake you up?"

"Ung."

"Ups sorry.. kalau begitu, bisa tolong panggilkan Seungkwan? Paman mau bicara dengannya."

Tepat setelah mendengar kalimat Joshua, suara ceklek pintu terdengar dan Andrew bisa langsung menebak siapa yang masuk ke kamarnya tanpa melirik sekalipun.

Tapi dia malah menggeleng di telepon,
"No."

"Huh?"

"There's no Seungwan here."

"Pangeran, siapa yang telepon?"

"Tapi itu suara Seungkwanie... Cha-"

"No! No Seungwan!"

Kemudian sambungan diputus sepihak oleh Andrew.

Namja dewasa disana mengerjapkan mata bingung. Ia hampiri putranya, lalu melihat panggilan terakhir di layar gadget tadi sebelum berjongkok guna meminta penjelasan si kecil.

"Uncle Josh?"

"Hn."

"Dia cari mami, kan? Kenapa pangeran bilang tidak ada?"

"No. He asked about Seun.. Sun? Sunwan! No Sunwan here!"

"Seungkwan, sayang..

Itu kan nama mommy."

"....."

"....."

"Your name isn't 'mommy' anymore?"

--

Sebenarnya Andrew paham, setiap ayahnya pulang kerja pasti tujuan pertamanya adalah kasur.
Tidur berjam-jam sampai tenaganya pulih lagi.

Namun kadang, ia juga kan rindu papinya. Ia ingin main, menghabiskan waktu berdua atau apapun itu yang pasti jangan ditinggal tidur doang kalau di rumah.

"Kau yakin mau tungguin papi disini?"

"Um!"

"..jangan dibangunin loh.
Kasihan papi capek. Mami juga belum masak makan siang, pangeran pokoknya tidak boleh ganggu papi."

"Okay~"

Seungkwan membuka pintu kamar secara perlahan, membiarkan putranya masuk sambil jalan berjingjit dan baru meninggalkannya kala Andrew sudah duduk di atas kasur.

Hening.

Kamar ini hanya diisi dengan suara detak jarum jam dan hembusan nafas Vernon yang tidur dengan posisi membelakangi si kecil.

Lima menit berlalu, Andrew tidak tahan lagi untuk bergerak.

Ia pun mengintip wajah tenang sang ayah, lalu menggigit bibir takut karena tubuhnya pelan-pelan ikut berbaring di sana.

"Papi masih lama bobonya?"

"....."

Tentu saja tidak dijawab.

Hal ini membuat Andrew kecewa. Air mata pun langsung menggenang, dan suara isakan seketika lolos dari bibir mungilnya.

Tapi dia ingat janji pada sang mami. Maka dengan cepat namja manis itu tengkurap, meredam tangis di atas bantal supaya tidak mengganggu sosok di sampingnya.

Well, usaha tersebut memang kurang optimal. Toh beberapa detik kemudian Vernon membuka mata dengan terpaksa. Berbalik hanya untuk mendapati sang anak yang sibuk bersedih.

"Drew? What are you doing?"

Sayang manik sang ayah terlalu sepat makanya tak bisa menyadari wajah basah yang kini menghadapnya. Ia juga belum bisa fokus mendengarkan keluhan Andrew, malah lanjut memejamkan kedua mata..

..setelah menarik putranya ke dalam dekapan.

"Jangan berisik. Papi mau tidur."

"..with Dudu?"

"Ya. Let's sleep together."

"Hihi. Aight~"

 Aight~"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang