Bersama

10.6K 1.4K 102
                                    

Sendirian di bar, entah ini gelas keberapa yang pasti Vernon masih sadar kala melihat si bartender membuka satu botol vodka lagi untuknya.

Sial, ia tidak bisa melepaskan visualisasi Seungkwan dari kepala. Bahkan alkohol pun kalah memabukkan dari sang istri.

Vernon masih diliputi rasa bersalah.
Mencoba introspeksi, namun sulit.

Yah mereka memang pasangan yang tergolong muda untuk melalui kehidupan pernikahan. Labil serta egoisme masih mendominasi makanya mau seberapa keraspun ia mencoba, tak akan bisa menemukan solusi seorang diri.

Beruntung seseorang datang dari entah mana asalnya. Tersenyum memesan satu tequilla, lalu berdecak meminta perhatian pria yang lebih muda.

"Aish pak pilot, baru pulang sudah mabuk huh?"

Lee Seokmin.
Suami Joshua Hong, yang tak lain dan tak bukan adalah tetangganya sendiri.

"Mau cerita?"

Tawaran Seokmin dibalas helaan nafas kasar. Vernon melirik, kemudian kembali menatap gelas kosongnya dengan sedih.

"Hyung.."

"Hm?"

"Aku harus bagaimana?"

"Molla, kan kau belum cerita."

"...Seungkwan menangis."

"..."

"Karenaku."

Persetan dengan lantunan jazz di belakang mereka duduk. Seokmin mendengarkan secara seksama tanpa bicara sedikitpun. Sesekali tersenyum, menyesap minuman, lalu bertopang dagu.

Sedikit banyak ia mengerti kegundahan pemuda yang sudah ia anggap adik ini, dan sedikit banyak pula ia mengerti keadaan Seungkwan dari alur yang Vernon ceritakan.

"Begitu..
Aku ingin minta maaf, tapi.. bukankah sudah terlambat?"

"Kkk~ bodoh."

Vernon menoleh, mendapati Seokmin yang menghabiskan minumnya tapi menolak untuk dituangkan lagi.

Pria itu tidak ingin mabuk.

"Kau tau,
Shua sering mengeluh merindukanku padahal hanya kutinggal kerja sehari dua hari."

"Kau beruntung Seungkwan tidak meminta cerai karena ditinggal berhari-hari oleh suaminya.
Aish kalau Seungkwan adalah Shua, dan aku adalah kau, mungkin kita sudah lama pisah kali."

"Apa ya, rumah tangga itu..dibangun berdua kan?
Kalau sendirian, pasti sulit."

"Tidak, aku tidak membela Seungkwan seorang.
Aku juga tau bekerja itu melelahkan. Sama seperti istri yang sendirian mengurus rumah, kita sebagai suami juga bekerja sendirian, kan?"

"Jadi mau suami, mau istri. Semuanya lelah.
Tapi jangan tuangkan lelahmu pada satu sama lain. Itu kesalahan besar."

"Karna lelah..sudah pasti berujung emosi."

Vernon ingat.
Memang benar, hari itu dirinya sangatlah lelah makanya terlanjur emosi saat ditelepon Seungkwan.

Ia bicara kasar.

Tanpa pikir panjang melukai hati kecil sang istri yang padahal Vernon sendiri tau kalau setiap notifikasi telepon, adalah isyarat kerinduan bagi keduanya.

Ya, dia bodoh.

Membalas rindu dengan emosi, memang fatal akibatnya.

"Berapa usia kehamilan istrimu?"

"...enam."

"Aigu."

"Wae, hyung?"

"Biasanya diumur segitu, mental ibu hamil sedang terguncang.
Mood swingnya parah.
Dulu Shua mudah sekali cemas dan overthinking setiap malam. Sampai insomnia dan berakhir di rumah sakit.
Kalau Seungkwan, tidak apa-apa kan?"

✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang