Selamanya

11.6K 1.5K 305
                                    

Salah Seungkwan yang terlalu berharap.

Memangnya Seokmin cenayang? Memangnya Seokmin tuhan yang harus dipercaya?

Tidak.

Nyatanya saat ia membuka mata, semua kata-kata manis si tetangga hanyalah kalimat penenang belaka.

Vernon tak ada disini.

Bahkan sampai matahari hampir berada di puncak pun, suaminya tak kunjung pulang.

Kini yang ia khawatirkan bukan masalah pertengkaran mereka lagi. Tapi bagaimana kalau terjadi apa-apa? Bagaimana kalau di luar sana, Vernon..

"Ah, molla!"

Rasa cemas sudah terlanjur menggerogoti seluruh benak Seungkwan. Ia tidak peduli lagi dengan perut kosongnya, atau rambut acak-acakan dan juga sendal rumahan.

Namja manis itu bergegas keluar. Sekali lagi, ingin mencari Vernon seperti semalam.

Mungkin siang ini tidak seburuk cuaca malam, tapi Seungkwan masih mengenakan outfit yang sama seperti kemarin.
Yap. Berlapis-lapis jaket dan sweater guna menutupi tubuhnya.

Ia pun langsung membuka pintu apartemen, sudah tidak memikirkan alas kaki lagi yang penting sekarang keluar.

Sayang langkahnya harus berhenti saat membuka pintu lantaran pria itu di sana.

Terdiam mematung dengan banyak paper bag di tangan.

Vernon terlihat lebih baik. Penampilannya juga ditata sedemikian mungkin, sangat bertolak belakang dengan penampilan Seungkwan sekarang.

Kalau dalam keadaan biasa, mungkin istrinya sudah berpikiran negatif melihat ini semua,

'bagaimana bisa dia baik-baik saja?'

'bagaimana bisa dia tidak terlihat kacau sementara aku hampir gila seharian?'

'bagaimana bisa dia menampakkan diri disini?'

Begitu.

Tapi sekarang berbeda.

Seungkwan tidak ingin memikirkan apa-apa karena melihat Vernon pulang..adalah sebuah kebahagiaan tersendiri untuknya.

Jadi tanpa basa basi lagi, ia mendekat. Melingkarkan tangan di pinggang sang suami. Menyembunyikan wajah di dadanya, dan menangis sepuas yang ia bisa dalam dekapan Vernon.

"Mianhae. Jeongmal mianhae..
Kwanie janji tidak akan manja lagi.
Kwanie janji tidak akan marah-marah lagi.
Kwanie janji tidak akan- ah mianhaaaeee.
Bononie jangan pergi lagiii!"

Sial. Sakitnya melebihi disengat ratusan watt tenaga listrik.

Kenapa dia yang minta maaf?

Kenapa dia yang menangis?

Boo Seungkwan.. tidakkah kau sadar kalau kelakuanmu semakin membuat Vernon merasa bersalah?

"Masuk dulu, sayang. Jangan disini."

"Shireo! Tidak mau masuk sebelum Kwanie dimaafkan!"

Celotehnya memang daritadi kurang terdengar jelas, tapi Vernon mengerti.

Dengan susah payah ia pun menurunkan paper bag di tangan, lalu mengangkat Seungkwan ke dalam gendongannya.

Bocah itu terkesiap. Wajahnya yang basah sempat ingin melayangkan protes namun dibungkam duluan oleh sebuah ciuman.

Pintu tertutup otomatis, bersamaan dengan Vernon yang menurunkan Seungkwan di atas sofa, tanpa melepas pagutan mereka.

Hanya kecupan rindu, tidak ada nafsu sama sekali di dalamnya dan Seungkwan paham setiap makna di balik aksi suaminya.

✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang