45. Jakarta

1.3K 100 38
                                    

'Deg'
Jantung Farel seolah berhenti berdegup, hatinya berkecamuk mendengar kabar itu.

"Beneran Lo Vin, ngaco ah." Surya menyahut, berita itu terlalu menggetarkan memasuki gendang telinga.

"Beneran, ini yang update Nusa bangsa news."

Tanpa sepatah kata Farel mendekati nakas, mengambil ponsel dan jaketnya lantas segera keluar meninggalkan kebingungan di benak dua sahabatnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19:00 WIB, hawa dingin begitu terasa menusuk indra peraba, hitamnya langit terlihat begitu pekat tanpa sinar rembulan.

Jemari Farel sibuk men-scroll layar ponselnya, dugaannya benar tidak ada jadwal penerbangan ke Jakarta malam ini, langkah kakinya terlihat bingung tanpa arah, Farel memilih keluar dari hotel lantas mencari taksi yang membawanya ke halte, mungkin sebaiknya ia menaiki bus yang berkisar 8 jam daripada harus menunggu penerbangan yang di jadwalkan pukul 9 pagi.

°°°
Seorang gadis tengah terbaring di ranjang rumah sakit, tubuhnya bergetar menahan isakan yang keluar, hatinya belum sepenuhnya percaya dengan keadaannya sekarang.
Gadis itu sendiri di ruang yang sunyi, kedua orang tuanya dengan berat hati meninggalkan putrinya lantaran gadis itu bersih keras mengusirnya.

Tangan pucatnya terulur mengambil ponsel yang tidak di sentuhnya sejak tadi, begitu banyak notif sudah bermunculan.
Jemarinya menekan salah satu aplikasi yang memiliki banyak pengikut, baru saja menunggu beberapa detik namun umpan beranda yang pertama kali muncul adalah kabar akan dirinya, kabar yang mana membuat hatinya kembali terluka, artikel yang memberitahukan bahwa dirinya adalah pengedar barang haram itu, entah mengapa mendadak tangannya bergetar ketakutan.

'Braak'
Ponsel tak bersalah itu kini hancur setelah dilempar sang pemiliknya.
Larisa kini kembali terisak sesenggukan.

°°°
Freya Nesya Angelita, gadis yang sejak tadi tertawa mengerikan lantaran aksinya membawakan hasil yang memuaskan, ia berhasil membuat lawannya lumpuh adalah suatu kemenangan tersendiri untuknya, bahkan sebenernya yang diinginkan adalah melihat lawannya tak bernyawa, namun takdir berkehendak lain, ia hanya menunggu hasil akhir dari perjuangannya, menunggu lelaki masa lalunya kembali ke tangannya.

"Liat aja Ris, apa Farel mau punya pacar lumpuh kayak Lo!" senyuman licik tercetak jelas di paras cantiknya.

Tawanya kembali lebar tatkala jemarinya mengecek beranda salah satu aplikasi dan hampir semuanya di penuhi berita Larisa sebagai gadis pengedar narkoba.

°°°
Malam sudah mulai larut, tak ada sinar bintang yang menyinari hitamnya langit, angin berhembus seakan ingin mengumpulkan gumpalan awan yang membendung titik-titik air, suara guntur mulai terdengar mengerikan.

Farel yang kini tengah berada di dalam taksi mulai gelisah, lelaki itu berungkali mencoba menghubungi gadisnya namun tidak bisa tersambung.

"Mas, sudah sampai." Ucap supir taksi yang mampu membuyarkan lamunan Farel, ia bahkan tak sadar jika taksi sudah berhenti di depan halte, pikirannya begitu kacau.

Hembusan udara begitu dingin, Farel duduk termenung memikirkan keadaan Larisa, sorot matanya menatap ke arah jalan hitam di depannya, berharap agar bus arah Jakarta segera melintas, beberapa kali tangannya mengusap wajahnya dengan kasar, rahangnya mulai mengeras, jemarinya mulai terkepal ingin meninju apa saja di sekitarnya, lelaki itu ingin segera melihat kondisi gadisnya.

Sorot lampu berwarna kuning mulai mendekat dari kejauhan, rentina Farel mulai menyesuaikan cahaya, ada sedikit perasaan lega ketika bus yang melintas adalah arah Jakarta, ia mulai bangkit dari duduknya, bus berhenti tepat dihadapannya, Farel segera melangkah cepat memasuki bus tersebut, rintik air mulai turun disertai suara gemuruh dan kilatan petir di langit Semarang.

Larisa and The Ice BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang