36. Kotak Teror

1.8K 109 14
                                    

Sinar mentari sudah menyapa bumi, udara berhembus ringan  menyejukkan rongga pernapasan.
Seorang gadis yang kini tengah duduk manis di sofa ruang tamu, tangannya sibuk menyuapkan roti dengan taburan keju dan susu coklat didalamnya.

Tak berselang lama terdengar suara derum mobil berhenti di halaman rumahnya, aksi menunggunya telah membuahkan hasil, padahal gadis itu tak meminta kekasihnya untuk datang.

Farel mulai memasuki rumah gadisnya, niatnya datang ke sini adalah untuk menjenguk keadaan Larisa, namun siapa sangka gadis itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan duduk manis seraya tersenyum hangat menyambut kedatangannya.

Farel memilih duduk disamping gadisnya yang tengah sibuk menghabisakan roti dalam genggamannya.
Sepatu bertali warna hitam itu masih tergeletak di bawah, Farel memilih jongkok dan memasangkan sepatu gadisnya.

Farel melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 06:20 WIB, dan sudah dipastikan jalanan ibu kota akan macet, ia memilih mengajak gadisnya berangkat.

"Habisin di mobil." Ucap Farel seraya bangkit dan berjalan meninggalkan gadisnya.

Larisa sedikit menggerutu pelan lantaran kekasihnya baru saja berbuat manis dan sekaligus membuatnya kesal lantaran meninggalkannya.

°°°
"Rel, aku kemaren takut banget di kamar mandi sekolah, siapa sih yang berani-beraninya ngedorong aku, udah gitu dikunci lagi, terus kenapa kamu gak nyariin aku sih waktu itu." Beo Larisa di dalam Lamborghini kekasihnya, sesekali gadis itu melanjutkan memakan rotinya.

Benar bukan Larisa akan cerita sendiri tanpa harus ditanya, tangan Farel meraih ponsel di sakunya dan membuka room chatnya dengan Larisa kemarin lantas menyerahkan pada gadis disampingnya.

Mata Larisa membulat, pikirannya menerawang siapa yang berani mengotak-atik ponselnya dan mengirim pesan itu.

"Iiih aku gak ngirim pesan ke kamu kok, beneran! siapa sih pelakunya, gak tau sopan santun mainin hp aku!" kali ini Larisa benar-benar kesal.

"Reel, kamu kok diem doang, gak penasaran apa siapa yang udah bikin pacar kamu sengsara."

Farel hanya melirik gadisnya sebentar, ingin sekali garis senyumnya terukir lantaran melihat ekspresi kesal gadis di sampingnya.

Larisa yang tak mendapat respon hanya mampu menarik nafasnya dalam-dalam guna meredam emosinya, ia teringat akan roti yang berada di genggamanya dan masih belum juga habis.

Tangannya mengambil sedikit roti itu lantas mengarahkannya tepat didepan mulut kekasihnya.

"Aku kenyang, kamu habisin ya! gaboleh buang-buang makanan, sisa pacar sendiri jadi gapapa, kalok kamu gak mau berarti kamu jijik sama aku." Terang Larisa panjang lebar.

Farel memilih membuka mulutnya, menerima suapan dari Larisa agar gadis itu berhenti mengeluarkan sara beonya.
Bahkan Larisa terlihat antusias menyuapi lelaki dingin disampingya yang tengah sibuk menyetir, hingga rotinya habis.
Larisa mengambil tisu di depannya lantas membersihkan bibir Farel.

Keheningan terjadi hingga mobil Farel berhenti di dekat sekolah, Larisa segera turun dan berjalan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari gerbang Nusa Bangsa.

°°°
Sambutan heboh terdengar dari sahabatnya, sudah bukan hal langkah lagi dengan kehebohan teman sebangkunya ini.

"Wooy nyet, darimana aja Lo kemaren, nyokap Lo sampai nyari anaknya ke gue."

Bahkan Larisa belum duduk di bangkunya.
sepasang mata menatap heran pada Larisa yang kini tampil dengan muka cerahnya seolah tak ada beban, gadis itu juga merasa penasaran bagaimana gadis itu keluar dari jebakannya.

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now