16. Pulang

2.5K 104 6
                                    

Masih di sekolah

Jam pulang kini sengaja dipercepat, karena rapat tak kunjung selesai dan membuat murid SMA Nusa Bangsa ingin segera dipulangkan, lantaran mereka hanya menganggur saja.
Mau tak mau pihak sekolah menyetujuinya.

Waktu masih menunjukkan pukul 01.00 siang namun matahari sudah tak terlihat, tertutup kumpulan awan yang ingin menurunkan rintikan air, tanah yang awalnya kering mungkin akan segera basah.

Larisa kini sudah berada di tengah-tengah pengendara lainnya, macet jalanan yang membuat siapa saja ingin turun dan memilih jalan kaki, jika saja tujuan mereka dekat.

Rintikan air sudah turun, angin berhembus sangat kencang, membuat pohon-pohon di sepanjang jalan meliuk-liuk seakan-akan mau tumbang, suara Guntur terdengar saling bersahutan, membuat Larisa sedikit merasa ketakutan.

Jarak rumahnya masih cukup jauh, beruntungnya kini ibu kota sudah mulai lenggang, sehingga mobil bisa melaju lebih cepat.

°°°
Larisa yang baru saja sampai rumah segera mengganti seragamnya dengan setelan kaos sebahunya dan celana yang panjangnya diatas lutut.

Duduk termenung di dalam kamar, menatap rintikan air yang masih turun dan menetes di balik jendela kamarnya, seduhan teh hijau yang masih terlihat jelas kepulan asap menandakan teh baru saja dibuat.

Sebuah notif dari ponselnya berhasil mengalihkan pandangannya.

From:
6285634369**
Udah di rumah?

Larisa berfikir, siapakah yang mengirim pesan itu, mana mungkin mama atau papanya toh nomer mereka sudah ada dalam daftar kontak Larisa.

Larisa:
Udah, siapa?

Hingga beberapa menit tak ada balasan pesan dari sang pengirim. Membuat Larisa sedikit penasaran namun diabaikannya.

Matanya kembali fokus menatap jendela, tatapannya bergerak turun melihat pemandangan di luar.

Terlihat BMW hitam sedang mendekat kearah rumahnya, dia hafal benar siapa pemilik mobil itu, seorang lelaki yang sangat dirindukan, yah papanya, bahkan Larisa sendiri lupa kapan ia terakhir bertemu dengan papanya.

Ditinggalkannya teh hijau yang masih penuh, langkahnya tergesah-gesah menuruni tangga ingin segera menyambut papanya.

Grep,,,
Larisa segera melompat ke pelukan papanya, membuat tubuh lelaki itu sedikit limbung lantaran belum siap.

"Gadis papa makin cantik aja." Ucapnya seraya mengelus Surai hitam Larisa.

"Papa kenapa gak bilang mau pulang, gak pernah telfonin Larisa, udah lupa sama anaknya pa? Larisa kangen tau."

Begitulah putri tunggalnya, yang selalu menyerbunya dengan berbagai pertanyaan.

"Papa sibuk sayang, maafin papa."
Kata yang selalu membuat Larisa mengerucutkan bibirnya setelah mendengarnya.

"Mama kemana?" Tanya Mr. Atmaja saat dilihatnya rumah dalam kondisi sepi.

"Ada di dapur kok pa," jawab Larisa.

°°°

Makan malam keluarga Atmaja kini lengkap sudah, meja luas yang biasanya hanya terisi dua orang kini bertambah satu orang.

"Gimana sama dunia model kamu Ris? Apakah baik-baik saja?" tanya Mr. Atmaja pada putrinya.

"Baik dong pa, tapi Larisa sekarang sering berpasangan sama pria es loh pa, jadi ya kalok terus-terusan gitu mungkin Larisa bisa demam karena kedinginan."

Gadis itu tak mengatakan bahwa baru saja terjadi masalah di sekolah tentang kepalsuan foto dirinya, yang membuat namanya sedikit tercoreng di lingkup SMA Nusa Bangsa, ia tak ingin membuat mama papanya bertindak lebih lanjut.

"Ada-ada saja kamu, sedingin itukah, siapa dia?" ucap Mr. Atmaja seraya tersenyum mendengar perkataan putrinya.

"Dingin banget pa, mukanya datar mulu, udah gitu irit ngomong lagi, tapi baik sih, Farel pa namanya, bunda Farel  temennya mama kok pa," terang Larisa, ia sangat serius menceritakan sosok Farel pada papanya, terlihat jelas gadis ini memiliki ketertarikan pada sosok yang diceritakannya.

"Ganteng berarti ya,," goda Mr. Atmaja.

"Enggak sih pa, biasa aja."

"Mana mungkin biasa aja, jadi model Ris," sanggah Mr. Atmaja.

Yang diajak bicara hanya memberikan senyuman tak bersalah, dan melanjutkan makan malamnya, tak ingin mengakui ketampanan seorang yang menjadi topik pembicaraan.

°°°

Udara malam tak sedingin biasanya, membuat Farel betah berlama-lama di balkon kamarnya menatap taburan bintang di gelapnya langit malam.

Pikirannya menerawang pada gadis yang belakangan ini selalu melayang di kepalanya, bahkan dia sendiri merasa heran ada apa dengan dirinya.

Hati yang biasanya mengkhawatirkan gadis yang sudah lama menghilang dari pandangannya kini kadang kalanya berganti memikirkan gadis lain, siapa lagi kalau bukan Larisa.

Setelah dua tahun lamanya tidak ada seorang pun yang mampu menggantikan posisi gadisnya yang dulu.

Dibukanya benda pipih berwarna hitam, hanya untuk sekedar melihat foto 2 tahun lalu bersama seorang gadis cantik di sampingnya.

"Lo kemana?" Ucap Farel matanya tak lepas dari foto yang terpampang.

Rasa rindu yang tak pernah bertemu, kekesalan yang tak pernah tersampaikan, membuat Farel betah dengan sifat dinginnya.

***

Thanks buat yang udah baca :)

Satu vote dari kalian sangat berharga untukku ^^

Komen yang banyak ya :*

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now