8. malu

3.3K 151 40
                                    

Ruang berdinding putih, tirai hijau sebagai pemisah ranjang satu dengan lainnya, bau obat-obatan khas yang biasa tercium di UKS, tempat Larisa mengaduh kesakitannya saat ini.

Suara decitan pintu terbuka, selang beberapa detik suara nyaring terdengar membuat gendang telinga berdenging.

"MONYET  LO KOK MIRIS GINI SIH KENAPA?" ucap Clara yang sedang melihat Larisa terbaring sambil meringis diranjang UKS, tak lupa Farel yang sejak tadi hanya duduk diam disamping Larisa, sambil memainkan game di ponselnya.

"Kepeleset." ucap Larisa sangat pelan, entah kenapa mulut beonya kini tak seramai biasanya.
apakah gadis ini mempunyai rasa malu? Mungkin saja.

"Eh kak Farel, Lo apain temen gue sih sampai bisa basah kuyup kayak gini?" sengaja Clara menepuk keras bahu Farel agar meresponnya, dalam hatinya Clara memanfaatkan kondisi kapan lagi bisa nepuk bahu Farel.

"Bukan salah gue temen Lo aja bego." jawab Farel, tak lupa muka datar tanpa ekspresi selalu ia pasang diwajahnya namun tak sedikitpun mengurangi ketampanan cowok itu.

"Eh kak Farel, kok  ngatain monyet gue bego sih!" Tanya Clara yang ingin memperpanjang obrolan.

"Eh Lo juga kok ngatain gue monyet Mulu sih Ra." ucap Larisa mulai tidak terima apa bedanya yang satu ngatain bego yang satu ngatain monyet toh sama sama gak ada bagusnya dua kata itu.

"Ehehe lebih mending kali Ris daripada bego."
Cengiran mengejek terukir dibibir Clara.

"Akh,,," lirih Larisa saat hendak membenarkan bantal, tempatnya bersandar.

Farel dengan sigap mengalihkan pandangannya ke arah Larisa, tangannya bergerak membenarkan bantal tersebut, bahkan kini tangannya beralih memijat pinggang Larisa dengan sangat pelan tak ingin membuat sang empu merasa kesakitan.

Larisa hanya diam tak berkutik merasa speechless dengan perlakuan cowok dingin disampingnya begitu pula yang sahabatnya, merasa iri dengan pemandangan didepannya.

"Panas hati Eneng, cabut dulu gue nyet ke lemari es di kantin."
Tak lupa cengiran tak berdosa terpampang di wajah Clara.

Hening, tak ada percakapan antar keduanya hanya hembusan nafas yang saling bersautan, sesekali rintihan sangat pelan terdengar dari mulut Larisa.

"Masih sakit?" tanya Farel sambil menghentikan aksi tanganya, menatap dalam manik hitam pekat gadis didepannya.

Yang ditatap hanya bisa diam, bingung harus melakukan apa, ada rasa senang dengan perlakuan Farel sebelumnya, dan entahlah bahkan jantungnya kini berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Jawab." lambaian tangan Farel membuat kesadaran Larisa kembali.

"Udah baikan, makasih." nada bicara Larisa sangat lembut entah apa yang merasuki cewek itu.

"Gue anterin pulang."

"Gak mau, kan belum belajar."

"Alah sok-sok an mau belajar, berangkat aja telat." cibir Farel.

"Iih daripada gak berangkat." bela Larisa, yang sedikit heran kenapa cowok dingin mulai banyak bicara.

"Gue anter pulang, seragam Lo basah, pakek jaket gue." putus Farel dan membantu Larisa memakai jaketnya.

Dengan mudah Farel mendapat izin pulang dari guru piket.

"Mobil gue gimana?"
Tangannya ia gesek gesekan mencoba mengurangi rasa dingin yang mulai terasa bahkan dirinya telah berbau sabun pel lantai.

Namun cowok dingin disampingnya tak merasa jijik sedikitpun bahkan tangannya merangkul pundak Larisa, membuat para cewek Nusa Bangsa berteriak histeris melihat aksi keduanya menuju parkiran.

"Orang suruhan gue yang urus." jawab Farel.

Jalanan kali ini lenggang mungkin para pengendara sedang sibuk dengan kegiatannya.

Farel melihat gadis disampingnya yang masih kedinginan menyalakan penghangat di mobilnya.

Bahkan bibir merahnya kini telah berubah menjadi pucat, bagaimana tidak, seluruh tubuhnya telah basah, rambut sebahu kini terlihat lepek dan menjijikkan, bukan seperti Larisa yang harum setiap saat.

"Eh kok ke arah rumah Lo sih bukan ke rumah gue?" tanya larisa saat tahu mobil Farel berbelok ke kompleks perumahannya.

"Rumah Lo ga ada orang."

"Ya terus?" Larisa masih bingung dengan jawaban Farel.

"Gaada yang jaga Lo ntar bego." gemas Farel, tangannya terangkat menjitak dahi Larisa.

"Akh sakit tau." bibirnya mengerucut menyerupai anak itik yang lucu.

Farel tersenyum, tangannya mengelus pelan dahi Larisa.

Perlu digaris Bawahi Farel tersenyum. Larisa baru pertama kali melihat Farel tersenyum, apa yang harus ia lakukan apakah harus memotretnya lantas menyebarkan fotonya dengan caption es yang telah mencair.

Memang Larisa sekarang sering menjadi pasangan Farel saat pemotretan namun tak pernah melihat Farel tersenyum kepada kamera, bahkan dirinya juga merasa heran dengan sang fotografer mengapa tak pernah protes dengan hal itu apakah modal tampang gantengnya tanpa tersenyum sudah cukup untuk menjadi model.

°°°
Rumah Farel

"Eh cantik, kok basah kuyup gini kenapa sayang?" Tanya wirna sangat lembut pada Larisa.

"Bego emang Bun, dia nya." sahut Farel  tanpa memperdulikan gadis disampingnya yang sedikit malu.

"Eh kamu kok ngatain Larisa bego sih Rel, gaboleh tau." bela wirna mulai mendekati dua remaja itu.

"Tau tuh Te, ngatain Larisa bego mulu." kini gadis itu mulai bersuara.

"Kamu ganti baju dulu deh Ris, biar gak masuk angin, pinjam baju Farel aja ntar kalok pakek baju bunda gak ada yang model remaja."

" Iya Tante, Larisa permisi dulu ikut Farel."

Diikuti anggukan bunda Farel.

Larisa kini berjalan mengekor Farel, ikut masuk kedalam kamar serba hitam putih itu, miniatur robot telah memenuhi setiap sudut ruangan, harum mint menyeruak masuk ke rongga hidung, kamar itu sangat rapi Bahkan lebih rapi dari kamar Larisa.

Setelan Hoodie navy dengan celana jeans pendek ia berikan pada larisa, memang seperti setelan cowok tapi apa boleh buat toh dia sangat kedinginan saat ini.

"Mandi dikamar gue, kamar sebelah kran shower nya macet."

Larisa hanya menganggukkan kepala, mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Sambil menunggu Larisa, Farel mengambil benda pipih dalam kantung celana nya.

Cogan Nusa Bangsa

Kevin kece:
Woy beruang kutub Lo dimana udah dicariin sampai liang tikus GK ketemu juga

Surya ganteng:
Tapi kita belom nyari di liang semut kali aja disitu

Kevin kece:
Oh iya cari yok sekaligus di lemari es mbk Siti kantin, sapa tau cairan trus di bekuin lagi di lemari es

Surya ganteng:
Ngomong apa sih Lo

Kevin kece:
Bngst Luh ya gk belain temen

Farel
Pulang

Surya ganteng
Maksudnya

Kevin kece
Maksudnya (999)

Farel meletakkan ponselnya, enggan menyahuti temen gesrek yang entah terbuat dari apa otak jeniusnya, menunggu Larissa yang sejak tadi tak kunjung keluar.

                          ***

Next chap?

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now