25.PETUNJUK

Mulai dari awal
                                    

"Iya gue tau kok, gue sekarang sadar kalau memang cinta lo bukan buat gue lagi." Setelah itu Lyodra tersenyum kikuk. Mencoba menerima kenyataan.

"Nggak usah banyak bacot!"

Lyodra menatap sendu pria yang ada di depannya ini. Kini dia sudah menjadi dirinya yang dulu. Di mana ketika Lyodra dan Valdo baru bertemu dan saling bertegur sapa. Setidaknya, dia pernah menjadi miliknya_pikir Lyodra. "Oh, iya, gue mau minta maaf soal kejadian waktu itu. Tapi gue mau nanya, Do."

"Apa?" ketus Valdo yang sebenarnya tidak perduli.

Lyodra meremas bajunya pelan. "Ko masih ada perban di dahi lo? Emangnya kejadian waktu itu fatal banget ya?"

Valdo berdecih, "Lo nanya fatal banget?! Mikir dulu kalo mau ngomong! Mesti fatal lah, gara-gara lo, gue kehilangan ingatan sebagian gue. Tapi untungnya ingatan gue udah balik."

"Maaf, Do. Gue nggak sengaja ...."

"No problem! Tapi, gue mau nanya kenapa lo nekat kaya gitu? Lo mau bunuh Tamara, hah?!" celoteh Valdo tak terima.

Lyodra menggeleng kuat. "Itu ... itu semua bukan kehendak gue, Do."

"Bukan kehendak lo? Jelas-jelas lo yang mau nabrak Tamara waktu itu, untung ada gue!" murka Valdo dengan mata menyorot tajam.

"I--iya, tapi itu bukan sepenuhnya kesalahan gue, Do. Gue juga kerja--" Lyodra menghentikan ucapannya. Dia teringat dengan ancaman gadis itu. Dia tidak boleh bermain-main dengan gadis itu. Gadis gila!

"Kerja apa maksud lo?!" tanya Valdo menyelidik.

"Nggak kok, Do."

"Lo jujur sama gue! Kalo lo jujur sama gue, gue bakal ringanin hukuman lo!" terka Valdo.

Maaf, Do. Ini bukan tentang gue, tapi ini tentang keluarga gue. Dia gila, Do. Dia gila!_batin Lyodra.

"Lyo," panggil Valdo.

"Gu--gue, ng--gak tahu. Eh gue ... semua ini salah gue."

Valdo menatap tajam Lyodra, baru kali ini dia gemetar ketika berbicara dengannya. Sudah pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan.

"JUJUR!" gertak Valdo mulai emosi.

Lyodra sangat tahu sifat Valdo, meskipun dia terkenal galak tapi dia mempunyai hati yang baik. Dia suka keadilan. Dia tidak akan menerima penuturan palsu.

Keringat mulai membasahi wajah Lyodra, membuatnya semakin tersudutkan. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Akhirnya dia teringat sesuatu. "Gue nggak kerja sendiri, tapi gue kerja berdua."

Valdo terlihat semakin serius. "Siapa orangnya?"

"Gue nggak tahu siapa namanya, tapi gue punya bukti yang cukup kuat. Gue punya sebuah gelang perak," ucap Lyodra. Semoga ini adalah kesempatan yang bagus untuknya.

Kening Valdo mengkerut, tidak tahu apa yang dikatakan Lyodra. "Gelang perak?!"

Lyodra mengangguk kecil. "Iya, tapi gue minta sama lo, Do. Jaga keluarga gue!"

"Maksud lo gimana?" Valdo semakin tak paham dengan maksud Lyodra.

"Gadis itu sangat berbahaya, dia punya dendam lama yang sampai sekarang belum terbalaskan." Lyodra kemudian mengambil gelang perak yang bertuliskan huruf "H" dari saku bajunya. Untung saja dia masih menyimpan benda itu, kalau tidak tamatlah sudah riwayatnya.

"H?"

"Iya, kemungkinan besar nama dia diawali dengan huruf 'H' gue pernah nemuin itu waktu pertama kali gue ketemu sama dia di rooftop sekolah."

"Oke, kalau gitu gue pulang,", ucap Valdo sembari menaruh gelang itu di sakunya.

Lyodra menghentikan langkah Valdo. "Tunggu, gue serius. Dia itu punya dendam lama yang belum terbalaskan dan semua itu buat gadis yang sekarang lo cintai, Tamara Audy."

"Tamara?"

"Iya, titipin salam gue buat dia. Gue berdo'a semoga dia baik-baik aja."

"Oke thanks. Semoga lo juga baik-baik aja!" Valdo kemudian pergi meninggalkan Lyodra. Dia sangat tenang sekarang karena mempunyai petunjuk untuk mengungkap semua kejahatan yang terjadi.

***

Terima kasih sudah mampir ke ceritaku.

Penasaran part selanjutnya?

Silahkan komen jika ada typo!

Follow Instagram Author
@Dewibiruu

Follow YouTube Author
@dewisarah16

Ranselku [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang