"Karena..ini sakit bahagia?"

"..."

"Kkk dah sana keluar, cari apotek 24 jam. Beli test pack dua atau tiga, biar akurat."

Dapat dilihat wajah blank seorang Vernon Chwe selama beberapa detik, gagal menyerap informasi sebelum akhirnya pergi dengan terburu.

Ia bahkan lupa mengenakan atasan piyamanya sampai harus kembali lagi dan ditertawai Seungkwan untuk kedua kalinya.

--

"Eottae? Eottae eottae eottae?!"

Lihat siapa yang excited. Melompat-lompat kecil kala istrinya keluar dari kamar mandi dengan kedua tangan di belakang.

"Jangan berisik bodoh, nanti terdengar sampai luar!"

"Biarin sih."

"Ish, tadi katanya janji kalau positif akan jadi kado penggantinya pangeran, berarti jangan sampai ketahuan!"

"Ya habisnya kamu-

Tunggu.

Positif?"

Senyum Seungkwan perlahan merekah. Tangan terangkat menunjukkan dua buah benda tipis yang kompak menggambarkan dua garis merah.

"..mana positifnya?"

"Ini. Ini sama-sama dua garis, berarti positif."

"Oh, kirain akan ada simbol 'tambah' gitu, hehe."

"Aish, paboya."

"Kkk cha. Kemari.
Aku mau peluk banyak-banyak."

Tak ada suara lain kecuali Seungkwan yang terkekeh, mendengar degup tak teratur di dada Vernon. Menandakan betapa bahagianya pria yang kini tengah memberi pelukan erat. Sesekali mengecup, tapi kemudian kembali mendekap tanpa ada niatan lepas sedikitpun.

"Wah daebak. Padahal baru semalam, kenapa langsung jadi?"

"Apanya langsung jadi.. kan dari bulan lalu juga kamu sudah lupa cara pakai pengaman, Hansol-ssi."

"Huh? Berarti dari semalam dia sudah disana?"

"Bisa jadi.
Toh cuma butuh waktu paling sedikit 2 minggu untuk membuat seseorang hamil.
Jadi mungkin dia sudah disini selama seminggu lebih, tapi baru terasa sekar-

Wae? Kenapa wajahmu begitu?"

Jelas Seungkwan langsung memotong penjelasannya demi mempertanyakan ekspresi ambigu si suami.

Diam-diam merasa hawa tidak enak, sebelum akhirnya tubuh ringkih tersebut dipaksa mepet ke sisi tembok guna dikunci pergerakannya oleh si wajah menyeramkan ini.

"Berarti..aku tidak perlu puasa 9 bulan kan nanti?"

".....ne?"

"Tuh tadi kata kamu, dia sudah di sana sejak minggu lalu. Tapi semalam kita masih-"

"Yah! Mesum sekali!"

"Oh, benar.
Waktu itu juga kau bilangnya 'tidak dianjurkan', bukan 'tidak boleh'.
Iya kan?
Wah..bodoh sekali aku."

Wajah Seungkwan langsung kehilangan warna. Ia lebih dari takut sekarang. Makanya secepat mungkin dirinya menyelipkan tubuh ke samping. Melewati kolong lengan Vernon, lalu kabur keluar sebelum bahaya mengancamnya detik itu juga.

"Kkk dasar Seungkwan Chwe.."

--

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


--

"Dudu ulang tahun."

"Huh? Iya pangeran, mami ingat.."

"Kado?"

"..ne?"

"Hadiah.
Mami Papi belum kasih Dudu hadiah."

"Sudah kok. Kita sudah siapkan hadiah."
Sela Vernon dengan enteng. Sambil menyilangkan kaki, tersenyum miring ke arah sepasang anak dan istrinya.

"Mana??"

"Tuh, samping kamu."

"????"

"Kkkk~
Di dalam perut mami, sayang.
Ada adik buat Andrew disana."

"Jinjja?!
Mommy, is dat twue?!"

"Haha..
N-ne."

"Waaah.
Dudu's gonna have a sibling today!"

"No, not today, Drew.
Tunggu sampai 9 bulan lagi."

"..huh??
Sekarang, lah!
Kan Dudu ulang tahunnya sekarang, bukan 9 bulan lagi.."

✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]Where stories live. Discover now