19

407 106 8
                                    

———

Kuda itu namanya Merador. Aku tidak tahu siapa yang memberinya nama tapi dia amat sangat menyebalkan. Dia memintaku, Julia dan Chaeryoung untuk memarut tanduk unicorn bernama Alesha yang tinggal di sebuah istal istimewa yang ada disamping pondok Martha. Pada awalnya kami menolak karena mendekat ke tempat itu cukup besar risikonya. Tapi, kami butuh informasi. Akhirnya kami sepakat pada perjanjian itu daripada kami mesti susah-susah memberi donat.

Tidak begitu sulit untuk menemukan letak istal itu karena pondok Martha ada di posisi sentral. Sebenarnya agak sulit untuk bergerak lebih dekat lagi karena ada banyak roh badai di atas pondok utama itu. Aku berkali-kali nyaris terbang karena hembusan angin yang dihasilkan oleh roh-roh itu setara dengan badai besar.

"Mereka itu sedang apa, sih?" tanyaku dengan nada frustasi.

Chaeryoung yang memegang tanganku erat-erat menggeleng lemah. "Entahlah. Mungkin itu sebagian dari rencana."

Aku menyipitkan mataku untuk melihat ke arah pondok itu dengan lebih jelas. Benar saja, di samping pondok itu ada istal kuda mini yang hanya bisa menampung satu ekor kuda.

"Lihat," aku menunjuk tempat itu. "Kita harus kesana."

"Benar," kata Julia. Suaranya terdengar jauh padahal dia ada disebelah Chaeryoung. "Geser sedikit, sini. Jangan terlalu ke tengah."

Kami bergerak dengan susah payah melawan hembusan angin yang tiada henti menerpa. Setelah cukup lama bertahan agar tidak terbang terbawa angin, kami akhirnya tiba di depan istal kuda itu. Meski angin diatas kami berpusing-pusing dengan liar, kami tidak kebisingan. Mungkin Martha menyihir tempat ini agar tidak terpengaruh oleh apapun.

"Permisi, kuda—aww."

Julia menyikut perutku cukup keras. "Bicara yang sopan," bisiknya.

Aku mendengus. Mengingat bagaimana perilaku Merador, aku cukup enggan bicara sopan pada kuda. "Permisi, Alesha."

Kuda putih itu meringkik pelan lalu menatapku dengan galak. Ku akui dia cantik. Bulunya putih bersih dan tubuhnya gemuk sehat tidak seperti kuda-kuda di istal sebelumnya. Tanduknya yang kuning keemasan juga berkilauan seolah memberi kesan kalau bagian tubuhnya itu memiliki kekuatan magis yang luar biasa.

Siapa kau?!

"Teman-teman, dia galak sekali," bisikku pada Julia dan Chaeryoung.

"Kalau begitu bicaralah dengan hati-hati," saran Julia.

Aku berdehem sekali sebelum kembali menatap kuda itu. "Maaf mengganggumu. Kami butuh tandukmu untuk mengobati teman kami. Apa kau keberatan?"

Ya!

"Kami menggunakannya untuk mengobati Merador."

Alesha menyipitkan matanya dengan curiga. Aku sedikit terkesan karena Alesha jauh lebih menawan dibanding Merador. Kuda betina dihadapanku ini tampak jauh lebih mausiawi—maksudku, dia benar-benar seperti kuda. Alesha tidak memasang raut menyebalkan atau mendengus seperti Merador.

"Ada banyak kuda yang terluka," imbuh Chaeryoung dengan nada memelas. "Merador bahkan kehilangan satu mata dan kedua sayapnya. Itu belum termasuk kuda lain yang bahkan sampai kehilangan kaki dan juga telinga mereka."

Tampaknya ucapan Chaeryoung mempengaruhi Alesha. Kuda betina itu bergerak gelisah sambil bergantian memandangi kami bertiga.

Aku tidak tahu kalian siapa. Apa kalian bisa ku percaya?

The Magical Island [TXT & ITZY]Where stories live. Discover now