29

378 96 18
                                    

———

"KAI!"

"YUNA!"

Angin dari arah pondok berhembus kencang sekali. Para siluman yang tak memiliki tubuh terhempas ke arah perairan begitu cepat hingga menimbulkan suara berkelontangan yang cukup bising. Aku menunduk, menyembunyikan wajahku dan menutup telinga. Kakiku tidak mampu menopang berat tubuhku. Alhasil, aku jatuh terduduk tanpa bisa melakukan apapun.

Soobin yang berada di dekatku bertopang pada pedangnya yang ia tancapkan ke tanah dengan tangan kanan sementara tangan kirinya menutup sebagian wajahnya, berupaya menghalau angin kencang yang menerpa ke arah kami. Panca inderaku nyaris tidak ada yang mampu bekerja. Tapi, samar-samar aku mendengar suara Yuiko yang berteriak.

Aku mencoba sedikit mengangkat kepala dan memindai area di sekitarku. Tak jauh dari posisi Yuna dan Kai tergeletak, aku melihat Chaeryoung, Taehyun dan Yuiko berjalan dengan susah payah. Di sisi lain, Yeonjun sedang mencoba terbang. Sepertinya dia ingin mencari tahu angin apa yang sedang menyerang kami.

"A-apa yang terjadi?" tanyaku setengah berteriak.

Soobin menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu."

Angin kencang yang berhembus kini mulai disertai suara gemuruh. Awan hitam yang mulai berkumpul sekarang tepat berada di atas kami. Petir mulai menyambar-nyambar seolah tidak memberi kami waktu untuk mengamati situasi. Yeonjun yang tadinya mengambang di udara kini terduduk di atas tanah sambil menutup telinga.

Martha terbang bersama seekor kuda hitam yang datang entah dari mana. Karena terlalu jauh, aku tidak tahu pasti apa yang sedang ia lakukan di atas sana. Tapi, melihatnya ada di ketinggian dengan dikelilingi awan hitam, gemuruh dan petir, dia tampak seperti penyihir jahat dalam film.

"Dengar bocah-bocah naif!" Teriaknya. "Terima kasih karena kalian bodoh. Aku tidak keberatan kehilangan dewa sialan itu. Asalkan ada sepasang demigod, ritual pembangkitan bisa dilaksanakan. Dua orang teman kalian itu sudah mati sebagai kurban. Sekarang, mari kita saksikan bersama kebangkitan makhluk terkuat yang akan menguasai bumi ini."

Tanpa sadar aku menggertakkan gigi. Martha sudah memancing kami ke dalam jebakan. Situasi ini benar-benar di luar dugaanku. Sekarang apa yang harus kami lakukan? Apa yang akan terjadi setelah ini?

Pikiranku buyar. Seandainya aku sempat kabur dari tempat ini sebelum mereka datang, Kai dan Yuna tidak akan terluka. Seandainya aku lebih kuat, ini semua tidak akan terjadi. Semua ini adalah salahku. Aku harusnya bisa menggunakan kekuatanku lebih cepat agar Lia dan Chaeryoung juga tidak perlu mempertaruhkan nyawa demi rencana konyol untuk menyelamatkan dewa sialan itu.

Harusnya tidak seperti ini. Harusnya aku tidak merencanakan apapun. Aku bukan siapa-siapa. Mereka tidak perlu mengalami hal seburuk ini kalau aku tidak ikut campur sejak awal. Aku terlalu gegabah.

Samar-samar, aku mendengar suara tangisan Chaeryoung. Kepalaku terangkat untuk melihat apa yang terjadi padanya. Dia sekarang sedang duduk sambil memangku kepala Yuna. Tangannya berulang kali menepuk pipi gadis itu namun tidak ada respon. Tak jauh dari posisinya, Yuiko dan Taehyun sedang berusaha melakukan sesuatu pada Kai.

Melihat itu, aku mencoba berdiri walau kepayahan. Aku ingin kesana. Mereka berdua pasti masih hidup dan aku harus mengatakan sesuatu pada mereka seperti permintaan maaf dan sebagainya. Masih ada kesempatan.

Aku berjalan melawan angin dengan susah payah. Jarak dari tempatku ke tempat Yuna dan Kai tidak terlalu jauh. Tidak masalah kalau aku harus jatuh atau terguling atau apapun itu, aku harus sampai kesana sebelum terlambat.

Soobin menyusulku. Tak jauh berbeda denganku, dia juga tampak kesulitan untuk mencapai tempat yang kami tuju. Dari arah lain, Yeonjun dan Yeji juga berjalan ke tempat yang sama denganku. Beomgyu dan Lia mungkin juga melakukan hal yang sama di belakang sana. Posisiku dan Soobin sedikit lebih dekat. Jadi, kami tiba terlebih dahulu.

The Magical Island [TXT & ITZY]Where stories live. Discover now