3

816 152 9
                                    

———

Aku sudah biasa menjadi pusat perhatian—dalam artian buruk. Selama aku di sekolah, biasanya kalau bukan jadi anak nakal, aku akan jadi anak penyendiri.

Tidak ada seorangpun yang berani dekat-dekat denganku. Alih-alih merundungku, mereka memilih mundur perlahan dan menjauh sejauh mungkin. Keberadaanku terasa bagai kutukan bagi mereka.

Kali ini, aku kembali menjadi pusat perhatian dan untuk pertama kalinya aku tak bisa berkutik. Aku duduk bersama orang-orang asing yang memberiku tatapan tajam dan ekspresi dingin. Rasanya aku ingin menciut jadi debu saja daripada jadi pusat perhatian mereka.

"Larik ramalannya," ujar gadis itu. "Kalian memikirkan apa yang kupikirkan?"

Semua orang mengangguk—kecuali aku. Aku tak pernah suka keheningan. Tapi disituasi sekarang, sepertinya hening jadi sesuatu yang kuharapkan. Aku takut mereka akan mencercaku dengan berbagai perkataan buruk.

Ketika gadis itu datang menghampiriku dan Beomgyu beberapa menit yang lalu, orang-orang dari dalam ruang loker langsung keluar dengan terburu-buru seolah tahu gadis itu akan datang.

Mungkin Beomgyu pikir itu waktu yang pas untuk membicarakan apa yang kubicarakan. Jadi, aku berakhir dalam lingkaran ini. Ditatap tajam oleh mereka semua setelah aku menceritakan tentang kejadian aneh bersama wanita rok span dan blus biru itu.

"Kebijaksanaan akan melepas yang terkekang." Seseorang yang duduk disamping Beomgyu tampak menerawang. "Athena. Dia melepas yang terkekang dan itu adalah kau," lanjutnya sambil menudingku.

"Benar." Gadis itu sepakat. "Dia yang kesepuluh dan dialah yang akan membantu kita."

Aku tidak suka dengan dugaan-dugaan seperti itu. Rasanya ngeri. Ini lebih menyeramkan dibanding bertemu hantu penghuni perpustakaan yang suka iseng menjatuhkan buku.

"Athena meminta kita menjelaskan," kata Beomgyu. Dia terlihat paling santai diantara yang lain meski tatapannya masih sama tajamnya.

"Sepertinya kau cukup istimewa hingga Athena harus susah payah mengekangmu," ujar gadis itu. "Siapa namamu?"

"Ryujin," jawabku singkat.

"Nah, Ryujin, aku Yeji. Seperti yang sudah kau dengar, wanita yang menemuimu itu Athena. Dia adalah seorang dewi. Pasti ada hal yang amat sangat genting kalau dia sampai datang padamu," jelasnya.

Aku merasakan sensasi aneh. Pikiranku memerintahkan mulutku agar menyela dan menghujani penjelasan Yeji dengan caci maki, mengatakan kalau itu semua pasti hanya omong kosong belaka. Tapi, mulutku membisu. Aku tak sanggup berkata apa-apa.

"Mungkin ini akan sulit diterima," lanjutnya dengan santai. "Kami semua juga tidak percaya pada awalnya. Kau akan terbiasa setelah ini."

Seseorang disamping kanan Yeji mengangguk setuju. "Benar. Tak perlu terburu-buru. Nanti kau akan tahu kebenarannya seiring berjalannya waktu. Omong-omong, aku Yeonjun."

Aku tersenyum kikuk. Mulutku masih tak mampu untuk bicara.

"Aku Yuiko. Aku bukan pahlawan, eh maksudku manusia." Yuiko melepas sepasang sepatunya dan aku menahan diri untuk tidak menjerit. "Aku satir, mbeeek."

Rasanya sudah amat sangat aneh melihat kakinya seperti kambing. Tapi, ternyata jauh lebih aneh lagi ketika mendengarnya mengembik.

"Oh, aku Kai," ucap seseorang yang duduk disamping Beomgyu. "Apa sudah cukup kenalannya, teman-teman?"

Yeji mengangguk. "Singkatnya, kami sedang menjalankan misi. Seharusnya ada sepuluh orang yang berangkat, tapi perkemahan hanya mengirim sembilan orang. Pelatih kami bilang, orang kesepuluh ada disini. Syukurlah akhirnya kami menemukanmu," jelasnya.

The Magical Island [TXT & ITZY]Where stories live. Discover now