17

440 103 7
                                    

———

Aku keluar dari penginapan pukul satu dini hari. Kupikir semuanya akan baik-baik saja tapi ternyata tidak berjalan sesuai harapanku. Aku mesti berjalan sambil menundukkan kepala dibelakang Chaeryoung gara-gara hantu yang ada dimana-mana. Saat-saat seperti inilah makhluk-makhluk itu berkeliaran dengan aktif.

Chaeryoung menggandeng tanganku dengan erat. Untungnya dia mengerti akan gangguan-gangguan itu dan tidak bertanya lebih lanjut. Gadis itu berjalan cepat menuntunku agar cepat sampai ke tepi sungai tempat teman-teman kami berkumpul.

Rasanya agak sedikit menengangkan. Hal seperti ini baru pertama kali kulakukan, jadi wajar kan kalau aku merasa gugup? Tapi, entah kenapa ini jauh lebih membuatku berpikir yang tidak-tidak dibandingkan dengan saat pertama kali aku masuk labirin. Apalagi kalau aku ingat mimpi ketika aku tidak sadarkan diri.

Ketika kami tiba, aku langsung menyapukan pandangan ke sekitar sungai. Suasana yang sunyi sepi membuat perjalanan yang akan kulakukan terasa begitu menyeramkan. Terlebih sekarang sudah tengah malam. Yah, perjalanan ini jadi terkesan seperti ekspedisi mencari hantu.

Aku mengeratkan peganganku pada ransel hitam yang kusandang. Meski aku merasa tidak begitu percaya diri, setidaknya aku tidak sendirian. Aku harus percaya kalau kami bisa bekerja sama.

"Sudah baikan?" tanya Beomgyu begitu aku sampai dihadapannya.

Aku menganggukkan kepala. "Jauh lebih cepat dari yang kukira."

Ditengah keremangan, aku masih bisa melihat semua orang. Yeji sepertinya sudah jauh lebih baik. Gadis itu mengenakan jaket tebal sambil bertopang pada Yuna. Berbeda dengan Yeji, Julia tampak segar bugar. Kuduga dia menanti-nanti misi ini. Dia tampaknya orang yang paling bersemangat diantara kami samua.

"Kalian, bawalah ini," Soobin menyerahkan sesuatu pada Julia. "Nyalakan itu ketika kalian benar-benar terdesak. Sebisa mungkin kami akan datang menolong."

"Apa itu?" tanyaku.

"Kembang api," jawab Soobin. "Bukan kembang api biasa tentunya."

Aku mengangguk mengerti. "Oh, ya, Yeji," kataku. Semua orang menoleh padaku dan seperti biasa aku jadi canggung. "Eum ... kalau boleh, aku ingin meminta sesuatu darimu."

Meski tidak bisa melihat dengan jelas, aku yakin semua orang kebingungan. Sandra yang biasanya tidak peduli saja sampai menaruh perhatian. Kalau begitu, bisa dipastikan kalau ucapanku membuat semua orang penasaran.

"Minta apa?" tanya Yeji.

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Kenapa ibuku punya permintaan yang aneh, sih? Aku jadi malu untuk mengatakannya.

"Aku butuh biji," jawabku lirih. "Biji apa saja dan tidak perlu banyak. Satu butir juga tidak apa-apa."

Sandra yang berdiri di dekat Yeji menatapku dengan curiga. "Kenapa kau butuh biji?" tanyanya.

"Aku ... aku hanya butuh."

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu, Ryujin?" Yeonjun menatapku dengan tajam. "Kurasa kau tidak akan tiba-tiba butuh biji-bijian dengan cuma-cuma."

Aku kesusahan mengumpulkan nyali untuk membalas tatapan Yeonjun. "Anu ... aku bermimpi," jawabku sambil menunduk.

Yeonjun menghela napas pelan. "Kalau memang butuh, berikan saja," sarannya.

"Baiklah. Tunggu sebentar." Yeji merogoh kantung celananya. "Ini," katanya sambil memberi segenggam biji-bijian. "Aku tidak tahu kau membutuhkannya untuk apa, tapi ada baiknya kau jangan melakukan sesuatu sendiri. Chaeryoung dan Julia pergi bersamamu bukan tanpa alasan."

The Magical Island [TXT & ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang