32

593 89 50
                                    

———

Aku masih ingat kalau hari itu aku melihat Thanatos sebelum jatuh tak sadarkan diri. Setelah itu, aku tiba-tiba terbangun di sebuah ruangan yang tak pernah kulihat sebelumnya. Saat tersadar, tubuhku sudah dililiti perban dimana-mana. Paha kanan, betis kiri, punggung kaki kiri, kedua lengan serta beberapa jari, punggung dan bagian tengkuk, semua bagian itu sepertinya terluka parah.

Meski begitu, aku tetap memaksakan diri untuk bangkit guna mencari tahu apa yang terjadi walaupun rasanya kepalaku sedikit berkunang-kunang. Aku berjalan ke arah tangga di samping ranjang tidur yang kutempati. Dilihat sekilas, tempat ini seperti ruangan rumah sakit karena tidak hanya ada satu tapi kira-kira ada selusin ranjang yang sama yang dibatasi oleh kain-kain pembatas berwarna biru muda. Saat mencapai tangga, barulah aku sadar kalau ruangan ini ada di bawah tanah.

Aku menaiki tangga itu perlahan. Perlu waktu sedikit lebih lama karena kakiku menerima luka yang cukup banyak. Sebenarnya, aku bahkan tidak ingat kalau aku terluka separah ini. Saat jadi naga aku hanya mengingat rasa panas. Apakah luka-luka di tubuhku ini gara-gara kepanasan atau semacamnya? Rasanya agak aneh karena aku tidak ingat pernah bertarung sampai tubuhku terlihat separah ini.

Begitu berhasil melewati tangga, aku menemukan ruang tamu yang cukup luas. Ada sepasang sofa panjang yang dilengkapi meja bundar di tengahnya serta vas bunga kosong di atasnya. Tak jauh dari sana, ada meja pingpong yang sepertinya sering digunakan. Dinding ruangan itu dihiasi banyak foto kecuali satu bagian lain diatas perapian, di sana ada kepala rusa yang ukurannya cukup besar. Karena tidak menemukan keberadaan seseorang, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan perjalananku.

Saat kakiku melangkah keluar, hal pertama yang kulihat adalah ladang stroberi. Aku cukup terkejut melihatnya karena ini di luar ekspektasiku. Kupikir begitu keluar aku akan melihat jalan raya atau semacamnya. Tapi, ternyata tidak.

Di sebelah kiri ladang stroberi ada lapangan bola voli dan di sampingnya lagi ada semacam amfiteater yang di tengahnya ada tempat untuk api unggun. Agak naik ke perbukitan di sebelahnya, aku bisa melihat gua kecil yang gelap. Sepertinya ini masih terlalu pagi. Jadi, belum ada orang yang beraktivitas.

Di puncak perbukitan, aku bisa melihat patung raksasa di samping sebuah pohon pinus berwarna emas mencolok. Warna emas itu jadi satu-satunya bagian yang paling terang diantara yang lainnya. Hal itu memancing rasa ingin tahuku. Jadi, aku memutuskan untuk mendekati tempat itu terlebih dahulu.

Tempat ini terasa sangat damai. Meski belum pernah datang ke sini, aku merasa seperti pulang ke rumah setelah sekian lama. Tempat ini seolah memberitahuku kalau inilah duniaku. Dunia yang harus kutempati sebagai manusia setengah-setengah yang kebingungan di mana dia bisa menempatkan diri.

Aku tidak menemui kesulitan saat menaiki bukit. Sudah ada jalan setapak yang memudahkanku mencapai puncak tanpa takut tersesat atau semacamnya. Sejauh kakiku melangkah, tidak ada binatang buas, monster atau bahkan hantu sekalipun. Jadi, aku bisa sampai ke puncak bukit dengan selamat.

Entah berapa lama waktu yang berlalu, saat tiba di puncak, matahari sudah naik lebih tinggi. Begitu tiba di dekat patung raksasa, aku menemukan fakta bahwa warna emas yang ku lihat bukan dari pohon pinus tapi dari sebuah bulu tebal yang menggantung di salah satu dahannya. Di bawah pohon itu, ada seekor naga yang sedang tertidur. Aku tidak mau mengganggunya jadi aku memutuskan untuk duduk di kaki patung raksasa saja.

Aku menghirup udara pagi sambil menutup mata, menikmati suasana yang mendamaikan hati dan menenangkan pikiran. Bisa kudengar suara burung-burung yang berkicau dan suara ombak yang menggulung dari suatu tempat. Yah, tidak jauh dari sini pasti ada pantai. Jadi kesimpulannya, tempat ini sempurna.

The Magical Island [TXT & ITZY]Kde žijí příběhy. Začni objevovat