13

483 114 6
                                    

———

Pergi jauh dari rumah biasanya tidak semenyedihkan ini. Baik ayah, ibu maupun saudara-saudaraku tidak pernah mempermasalahkan kepergianku. Mereka juga tidak menanyakan apa-apa tentang bagaimana keadaanku atau yang lainnya. Tapi, kali ini rasanya berbeda.

Ayah tahu kalau aku pergi untuk melakukan sesuatu yang menyeramkan. Dia banyak membekaliku dengan uang, makanan hingga obat-obatan yang menurutku tak banyak membantu. Meskipun begitu, aku menerimanya saja.

Aku berpamitan dengan singkat. Namun, aku tahu kalau ada sesuatu yang berbeda. Tatapan ayah, genggaman tangannya, kecupannya, semuanya berbeda seolah ini terakhir kalinya kami bertemu.

"Hati-hati. Berdoalah selalu. Ibumu takkan mengabaikanmu. Jangan ceroboh dan lakukan yang terbaik. Kalau bisa, jangan membuat repot teman-temanmu," pesannya.

"Iya, aku mengerti."

"Apapun yang akan kau hadapi, aku berharap kau akan tetap hidup."

Kata-kata terakhirnya sebelum aku menutup pintu masih terngiang-ngiang ditelingaku. Rasanya seperti aku akan pergi berperang melawan tentara penjajah. Dia seolah memberi tahuku kalau kesempatan hidupku sangat kecil.

Meski aku sering berpikir kalau ayah itu menyebalkan, cuek, egois dan sebagainya, dia tetap saja perhatian. Aku tetap menyayanginya.

Sekarang aku sudah dalam perjalanan menggunakan kereta. Terdengar bodoh, ya? Sudah tahu musuh besar kami itu penguasa bumi itu sendiri. Eh, kami malah menempuh jalur darat untuk tiba ke tempat tujuan.

Mau bagaimana lagi? Kami tidak mungkin diterbangkan oleh Yeonjun selama lima jam. Bisa-bisa dia mati sebelum kami tiba. Yeonjun juga punya batas kemampuannya sendiri dan kami juga tidak menyarankannya melakukan tindakan seperti itu.

Perjalanan menggunakan pesawat sempat terlintas dipikiran kami. Tapi, kami tidak punya uang. Akhirnya kami menjatuhkan pilihan pada kereta meski mungkin risikonya tinggi.

Aku khawatir kalau-kalau nanti tanah dibawah kami tiba-tiba ambruk atau relnya lepas. Apalagi Beomgyu tadi sempat menceritakan pengalaman tidak menyenangkannya naik pesawat.

Katanya, langit adalah kekuasaan Zeus dan Beomgyu adalah anak Poseidon, penguasa laut. Zeus tidak suka kalau sang dewa laut datang ke langit tanpa diundang. Ternyata itu berlaku pada keturunannya juga. Jadi, ketika di udara Beomgyu selalu merasa terancam. Dia tidak suka terbang.

Aku merasakan hal demikian ketika kereta yang kami tumpangi mulai bergerak. Yah, semoga saja suasana hati Gaea sedang baik agar kami bisa sampai dengan selamat. Bisa gawat kalau kami tewas sebelum tiba.

"Kau mau minum?" tawar Chaeryoung yang duduk disebelah kananku.

Aku menggeleng. "Tidak, terima kasih. Aku tidak haus."

"Kalau kau butuh makanan atau minuman, katakan saja padaku," ujar Yuna yang duduk diseberang Chaeryoung.

"Iya, iya. Jangan khawatir," kataku.

Kami ada di gerbong dengan kursi penumpang dua-dua berhadapan. Disampingku ada Chaeryoung dan didepanku ada Yuna dan Beomgyu. Di seberang kursi kami ada Yeji, Yeonjun, Soobin dan Yuiko. Kai, Taehyun, Julia dan Sandra ada dibelakang kursi Yeji dan yang lainnya.

Oh, Sandra disihir oleh Chaeryoung menjadi wanita muda yang tampak baru pulang kerja. Dia terlihat cantik dan anggun kalau aku melupakan fakta bahwa dia manusia setengah ular.

"Ryujin, sebenarnya apa rencanamu?" bisik Chaeryoung.

Aku nyaris terlonjak kaget. Suara bisikan Chaeryoung membuatku bergidik ngeri.

The Magical Island [TXT & ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang