🐧 Kaleh Welas 🐧

501 28 0
                                    

Sedangkan dihotel La Bourdonnais London yang berjarak sekitar 0,8 KM dari Menara Eiffel, terlihat disana seorang 2 perempuan tengah beradu mulut dengan hebatnya sampai-sampai semua barang yang ada disana berserakan dilantai akibat ulah keduanya.

"Aunty! Bianca mohon! Bianca mau balik ke Indonesia". Ucap Bianca yang kini tengah berlutut dihadapan Auntynya.

"Buat apa balik kesana kalau pendapatan kamu disini lebih banyak Bianca!".

"Bianca capek Aunty! Dari pagi sampe tengah malam Aunty gak pernah biarin Bianca istirahat sebentar! Aunty terus maksa Bianca buat cari uang!".

"Tujuan Aunty kirim kamu kesini itu untuk cari uang Bianca! Jadi gak ada kata capek!". Tegas Shiren

"Kenapa sih Aunty selalu perlakuin Bianca seperti budak semenjak Papa, Mama meninggal?". Kini Bianca telah bangkit serta menatap Shiren dengan tajam.

"Kamu gak boleh tanya seperti itu Bianca! Aunty cuma mau mendidik kamu untuk mencari uang dengan mandiri!".

"Tapi cara Aunty salah! Aunty mendidik Bianca menjadi tidak bermoral! Kalau Aunty ingin mendidik Bianca mencari uang, Aunty bisa kok minta Bianca buat kerja diperusahaan Aunty, tanpa harus memaksa Bianca untuk menjual diri". Perlahan langkah kaki Bianca semakin mendekat ke arah Shiren, matanya masih menatap Shiren dengan penuh selidik, ia yakin jika Auntynya ini telah menyembunyikan sesuatu yang sangat besar.

"Atau sebenarnya Aunty ada hubungannya dengan kematian Papa sama Mama?". Tanya Bianca dengan penuh selidik, hal itu mampu membuat Shiren terkejut serta tergagap.

"Jaga ucapan kamu ya Bianca!". Bentak Shiren dengan penuh penekanan.

"Bianca hanya memastikan Aunty! Karena dulu sebelum Papa sama Mama meninggal Aunty selalu baik sama Bianca, tapi setelah mereka gak ada, Aunty memperlakukan Bianca layaknya seperti Binatang! Aunty menguasai semua harta peninggalan Papa dan terus merusak moral Bianca!".

Plakkk!!

Satu tamparan maut berhasil mendarat dipipi kanan Bianca, lalu dengan sekuat tenaga Shiren mendorong Bianca hingga tersungkur, tidak cukup dengan itu Shiren juga memukul-mukul Bianca menggunakan sebuah sapu yang ada disana.

"Kamu ini ya! Anak gak tahu diuntung! Udah capek-capek aku besarin kamu, kelakuan kamu malah ngelonjak!". Ucap Shiren ditengah-tengah aksinya dalam memukul Bianca.

"Sakit Aunty, sakit..". Bianca terus menangis dan menangis, Shiren selalu memperlakukannya seperti ini, dulu mamanya tidak pernah melukainya bahkan tidak pernah membentaknya, ia sakit, ia rindu dengan kedua orang tuanya yang selalu memberikan kasih sayang dan selalu melindunginya, tidak seperti Shiren yang selalu menjatuhkannya ke lubang para buaya darat, ia ingin memberontak dan melawan, namun ia selalu terpojokkan sehingga tidak bisa melawan Auntynya yang begitu kejam.

"Makanya kamu jangan seenaknya bicara seperti itu!". Bentak Shiren lalu menyudahi aksinya dalam memukul Bianca.

"Bianca perlu tahu Aunty! Karena menurut Bianca kematian Papa sama Mama itu janggal!". Teriak Bianca lagi yang membuat Shiren tersenyum licik.

"Meskipun kamu berpikir Aunty yang bunuh mereka, kamu gak bisa tuntut Aunty ke pengadilan, karena kamu gak punya bukti!".

"Jadi bener Aunty yang udah bunuh orang tua Bianca?". Terlihat Shiren hanya menggedikkan bahunya acuh lalu beranjak pergi meninggalkan Bianca sendiri dikamar.

"AAA!!!". Teriak Bianca seraya mengacak rambutnya frustasi, kenapa hidupnya harus serumit ini? Sekarang apa yang harus dia lakukan untuk mengungkap kebenarannya? Dia tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menyelesaikan ini sendiri.

GAVIN✔ [END]Where stories live. Discover now