🐧 Tigang Doso Sekawan 🐧

304 18 1
                                    

Hari telah berganti hari, waktu telah berlalu dengan begitu cepat, dan sejak hari itu, hari di mana saat perpisahan dari sebuah hubungan terjadi, itulah kali terakhir Bianca menatap mata pria yang selalu dia rindukan itu, dirinya masih belum bertemu dengan sang mantan kekasih lagi, ingin sekali dia datang ke kantor perusahaan Zeroun Corp, namun dia terlalu malu untuk melakukan hal itu, bagaimana tidak? Dia yang menolak lamaran dari Gavin, dan setelah itu dia masih berani untuk datang menemui Gavin? Jika hal itu dia lakukan, maka harga dirinya pun akan semakin buruk di hadapan pria itu.

Bianca menghela napas panjang.

Untuk saat ini mungkin dia harus menenangkan diri terlebih dahulu, tidak bertemu dengan siapapun, dan berusaha untuk berbicara dengan hatinya sendiri, karena sesungguhnya, mengikuti apa kata hati kita itu adalah pilihan yang tepat.

Langkah Bianca semakin melambat tatkala angin sore yang menerpa wajahnya begitu lembut, membuat sensasi yang menyejukkan segera menghadiri wajah cantiknya. Langit senja yang berwarna jingga itu seolah bagaikan burung merpati, yang siap mengantarkan surat kerinduan untuk orang yang dirindukan.

Seulas senyum tipis terukir manis di bibir Bianca, andai kehidupan buruk seperti masa lalunya tidak pernah menghampirinya, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi, di mana dirinya terpaksa harus merelakan pria yang sangat ia cintai karena masa lalu buruk yang pernah hinggap di hidupnya.

Auntynya memang kejam, dengan teganya dia merusak moral sang keponakan hanya demi balas dendam yang tidak akan pernah membuatnya merasa puas, dengan menjadikan Bianca sebagai perempuan yang tidak suci lagi agar masa depannya pun juga terkesan buruk.

Teruntung sekali ada Gavin yang datang di kehidupannya kala itu, jika saja Gavin tidak membantunya, mungkin saja saat ini dirinya masih terjerat dalam paksaan Shiren yang terus menyuruhnya untuk menjadi wanita malam.

Bianca tampak menundukkan kepalanya sedih, dia kembali merasakan rasa kerinduan yang amat mendalam untuk sosok Gavin, Gavin bagaikan malaikat penolong untuk Bianca, membantu membebaskannya dari jeratan Shiren. Namun sekarang apa yang dia lakukan pada Gavin? Dia membalas semua kebaikan itu dengan menyakiti hati Gavin karena dia menolak untuk menjadi istri sang direktur utama itu, seolah dirinya ini sama seperti kacang yang lupa akan kulitnya.

Tapi sudahlah, dia tidak perlu mengingat hal buruk itu lagi, masa lalu memang ada dan selalu membekas di hati, namun tidak selamanya masa lalu harus dikenang, apalagi masa lalu itu begitu menyayat hati.

Bianca harus bisa ikhlas.

Dia tampak menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan.

Dia harus cepat sampai ke rumah, karena mengingat hari telah mulai menjelang malam.

Namun, kala langkah Bianca kian dipercepat, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menarik lengannya dengan paksa hingga masuk ke dalam lorong yang berada di antara gedung tinggi, membuat Bianca dengan spontan berteriak keras, namun teriakannya segera teredam seiring dengan tangan kekar yang membekap mulutnya.

"Ini gue". Ucap pria itu yang seketika membuat pemberontakan dari Bianca terhenti.

Bianca menatap tajam manik mata pria yang ada di hadapannya ini, berani-beraninya dia menarik paksa Bianca tadi?

"Ada apa sih? Main tarik-tarik orang aja lo!". Pria itu tampak menyunggingkan senyum miringnya yang membuat semua orang akan merinding jika melihatnya, namun tidak untuk Bianca, dirinya terlalu sering melihat senyum seperti itu.

"Gue mau nagih janji". Ucapnya dengan pandangan mata yang tak teralihkan dari mata Bianca.

"Janji apa lagi sih?". Pria itu tertawa meremehkan, bisa-bisanya perempuan di hadapannya ini melupakan sebuah janji yang dia ikrarkan sendiri?

GAVIN✔ [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant