🐧 Gangsal 🐧

785 43 1
                                    

"Lo tuh kenapa sih Vin? Lo mau gue layanin lo sekarang? Tapi gue harus sama Zayn Gavin!". Aku memang tidak pernah habis pikir dengan perempuan ini, bisa bisanya dia berpikiran seperti itu? Aku masih menghargai perempuan coy.

"Udah gue bilang kan Bi, gue gak pernah mandang lo serendah itu!". Tegasku

"Terus buat apa lo maksa ngajak gue? Gue masih harus cari uang Gavin! Gue turun sekarang".

"Eh jangan!". Aku pun menepikan mobilku ke tepi jalanan, nekat banget nih cewek.

"Tolong lo jangan halangin gue, gue harus cari uang secepatnya, kalau gak-".

"Kalau gak apa?".

"Kalau gak gue akan diusir Aunty shiren".

Aku menghembuskan napas panjang, hatiku merasakan sebuah kesakitan yang mendalam dihati Bianca, dia diperlakukan layaknya sebuah boneka.

"Gue mau bantu lo Bianca"

"Bantu apaan? Kalau bantuan dari lo berupa ngehalangin jalan gue buat ke lokalisasi, mending gak usah bantu!".

"Bukan Bianca, gue mau bantu gimana caranya lo dapetin uang selain ngejual diri lo itu, gue gak tega lihat lo kayak gitu Bi". Ucapku tulus yang dibalas sebuah senyuman miring oleh Bianca.

"Udah deh Vin, lo mau bantu gue kayak gimana pun, gue akan tetap stay di pekerjaan gue saat ini".

"Please Bianca, jangan keras kepala, gue serius mau bantu lo". Aku menatap matanya seolah ingin membuatnya percaya kepadaku, namun apa yang kurasakan saat ini? Jantung yang memompa 3 kali lebih cepat.

"Lo percaya sama gue".

"Terserah lo!". Setelah mengucapkan hal itu Bianca menatap lurus kedepan, rupanya dia sudah menyerah dan memilih mengikuti kemauanku.

Bianca memang sosok perempuan yang sangat rapuh, ya aku tau itu, sorot matanya yang begitu sendu mampu menjelaskan bahwa dia memang sangat rapuh, banyak yang memandangnya sebelah mata tanpa mengetahui cerita aslinya.

Hidup ditengah tengah seorang Aunty yang kejam padanya dan hinaan masa terhadapnya, tapi mengapa dia bisa diam saja? Tidak menggubris semuanya, seolah hidupnya dalam keadaan baik baik saja.

Tidak. Hidupnya jauh dari kata baik, aku yakin saat ini dia membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah dan bahu sebagai sandaran, Bianca, aku siap menjadi semua itu.

"Gavin, ngapain kita kesini?". Tanya Bianca yang membuat lamunanku pudar dan kembali ke keadaan nyata.

"Ini perusahaan gue Bi, selamat datang". Bianca tertawa seketika, tunggu, memang ada yang lucu disini? Aku tidak sedang melawak, ini benar perusahaanku Zeroun Corporation, perusahaan robot pertama dan terbesar di indonesia.

"Lo jangan bercanda deh, Gavin Gavin wakaka, lo pasti bohong kan?". Aku hanya memutar bola mata malas lalu membuka pintu mobil untuk keluar.

"Terserah kalau tidak percaya, ayo ikut gue". Aku pun keluar dari dalam mobil dan berjalan masuk menuju kantor perusahaanku yang diikuti oleh Bianca dibelakangku yang masih tertawa cekikikan.

Aku kadang heran, apa aku masih tidak pantas untuk disebut direktur utama diusiaku sekarang ini? Sehingga banyak sekali orang yang sulit mempercayaiku jika aku telah berhasil membangun sebuah perusahaan besar, padahal kan diluar negeri sana ada banyak sekali pengusaha pengusaha yang seumuran denganku, dan bahkan lebih muda, mata mereka buta kali ya, sudahlah terserah saja, toh mereka juga tidak akan membantu tugas perusahaan ini.

"Pagi pak Gavin". Sapa salah seorang karyawan yang berpapasan denganku, aku hanya tersenyum terus melanjutkan langkahku, dan karena banyaknya karyawan didalam kantor ini yang terus menyapaku membuat Bianca yang berada dibelakangku berhenti tertawa, heran mungkin.

GAVIN✔ [END]Where stories live. Discover now