🐧 Sekawan Doso Sekawan 🐧

351 15 3
                                    

Zoya tersenyum hangat, "saya mengantarkan makan malam untuk Bapak." ucapnya lalu duduk di samping Gavin dan menyodorkan nampannya ke arah Gavin.

Gavin menggeleng, "saya tidak mau makan,"

Raut Zoya berubah menjadi kecewa, "Pak, saya paham kondisi Bapak, tapi Pak, dengan Bapak yang tidak mau makan seperti ini itu akan semakin memperburuk keadaan, dan tidak bisa mengubah kenyataan, percaya Pak, Bianca pasti akan terselamatkan."

Gavin mengernyitkan dahinya bingung, dari mana Zoya mengetahui tentang Bianca?

"Dari mana kamu tahu soal Bianca?" tanya Gavin.

"Mbak Keiza yang cerita Pak," Gavin mengalihkan pandangannya ke arah lain, dan tangan Zoya terangkat untuk menepuk pundak Gavin.

"Pak Gavin adalah orang yang kuat, Bapak adalah sosok pria yang sangat optimis, Bapak jangan patah harapan, seharusnya Bapak harus terus berdoa agar Allah memberikan sebuah keajaiban, yaitu kabar jika Bianca berhasil ditemukan dan diselamatkan, dengan doa, sesuatu yang mustahil pun akan bisa menjadi kenyataan, Bapak jangan pernah lupa akan hal itu,"

Gavin terdiam, dia membenarkan ucapan Zoya itu, karena terlalu terpuruk dia sampai lupa keajaiban doa, seharusnya saat ini dia sedang menghadap kepada Tuhan untuk meminta agar Bianca terselamatkan, namun apa yang dia lakukan saat ini? Duduk termenung sembari memikirkan hal-hal buruk?

Dia baru menyadari jika hal itu tidak berguna.

"Kamu benar Zoya, seharusnya saya tidak seperti ini, ini sama sekali tidak ada gunanya, seharusnya saya menghadap ke Allah saat ini untuk meminta keselamatan Bianca," Zoya tersenyum mendengarnya, lalu tangannya mulai mengambil sendok yang terdapat di piring, dan mulai menyendok makanan itu.

Dia menyodorkannya ke mulut Gavin. "Sekarang Bapak makan ya, besok saya akan menemani Bapak untuk pergi ke bandara dan mencari tahu tentang kelanjutan pencarian korban, karena kebetulan juga Kakak saya seorang pilot Indo Air Pak, siapa tahu dia mengetahui hal lebih," Gavin yang sama sekali tidak menyangka jika Zoya akan menyuapinya, perlahan dia hanya membuka mulutnya dan menerima suapan dari Zoya tersebut.

"Makasih Zoya,"

"Sama-sama Pak,"

Merasa suasana menjadi tidak enak, Gavin pun segera mengambil alih nampan yang berada di tangan Zoya tersebut, "saya bisa makan sendiri." Zoya hanya mengangguk seraya tersenyum, dan mempersilahkan Gavin untuk makan sendiri. Dirinya juga sudah cukup senang dan lega, karena akhirnya atasannya ini mau makan juga.

🛫🛫🛫

Dua pasang kaki terlihat berjalan memasuki sebuah ruangan yang terdapat di bandara Soekarno-Hatta. Sesuai janji yang diberikan Zoya, hari ini, tepat setelah dia menyelesaikan pekerjaannya sebagai sekretaris di kantor Gavin, dia ikut menemani atasannya itu pergi ke bandara untuk mengecek informasi-informasi terkait korban jatuhnya pesawat Indo Air 346 beberapa hari yang lalu.

Sebelum benar-benar masuk ke dalam ruangan tersebut, Gavin terlebih dahulu menarik napas dalam-dalam, semoga saja ada kabar baik yang menghampirinya hari ini.

"Selamat datang Pak Gavin," sambut salah satu petugas yang ada di dalam, Gavin hanya mengangguk seraya tersenyum, lalu duduk di hadapan petugas itu, dan diikuti oleh Zoya.

"Bagaimana kabar terkininya? Apakah Bianca berhasil ditemukan, atau paling tidak ada potongan jenazah yang cocok dengan sampel DNA yang kemarin saya kirim?" sejujurnya hati Gavin terasa sakit ketika mengucapkan kata potongan jenazah, namun bagaimana lagi? Sejauh ini, hanya potongan demi potongan jenazah yang dapat diangkat dari dasar laut, Gavin hanya berdoa, semoga saja dalam kecelakaan kemarin, tubuh Bianca terpental dan terdampar di pantai, meskipun sejauh apapun letak pantai itu, setidaknya Bianca masih terselamatkan. Semoga saja.

GAVIN✔ [END]Where stories live. Discover now