🐧 Tigang Doso Enem 🐧

282 16 5
                                    

Dia, Bianca Delania Carolyn. Mendudukkan dirinya di kursi taman dengan pandangan yang kosong. Ingatannya masih terngiang jelas tentang kejadian yang berhasil ditangkap oleh indera penglihatannya di restoran tadi pagi. Dimana Gavin yang mengusap bibir perempuan itu dengan tatapan mata yang sama seperti tatapan mata ketika Gavin menatapnya dulu.

Satu tetes air mata berhasil keluar dari kelopak matanya. Hatinya perih, siapa sebenarnya perempuan itu? Sungguh, sangat meresahkan sekali baginya.

Apakah perempuan itu kekasih baru Gavin?

Jika memang benar seperti itu, mengapa Gavin bisa semudah itu untuk mencari penggantinya? Melupakan semua kenangan bersama dengan dirinya.

Dan jika perempuan itu memang bukan kekasih Gavin, melainkan hanya staf di kantornya, tetapi mengapa mereka berdua bisa sedekat itu?

Bianca harus menyelidiki hal ini. Entah mengapa, dirinya sangat merasa tidak ikhlas jika Gavin mempunyai kekasih baru. Walaupun sebenarnya, dia sendiri yang mengakhiri hubungan antara dirinya dengan Gavin, namun tetap saja, hatinya masih belum ikhlas jika Gavin harus memiliki kekasih baru secepat itu.

Bianca membuang napas lelah.

Bertepatan dengan itu tiba-tiba tangan seseorang terulur ke hadapannya dengan sapu tangan yang dia genggam. Membuat dahi Bianca berkerut dan segera mendongak untuk menatap seseorang yang melakukan hal ini.

Setelah melihat siapa yang telah mengulurkan sapu tangan itu pada dirinya, Bianca segera memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Usap air mata lo," ucap pria itu lalu nenarik tangan Bianca, dan menaruh sapu tangan itu ke genggaman Bianca.

"Buat apa lo ke sini?" Tanya Bianca malas ketika pria itu yang tak lain adalah Zayn mendudukkan dirinya di samping Bianca.

Zayn tersenyum miring. "Gue nggak sengaja lihat lo yang nangis di sini."

Bianca segera menatap Zayn dengan penuh kecurigaan. "Lo sengaja mengikuti gue ya?" Tanya Bianca yang membuat Zayn membuang napas sembari tertawa kecil. "Buat apa gue ngikutin lo? Kurang kerjaan banget! Gue tadi lagi kumpul bareng sama teman-teman gue di sana, terus nggak sengaja lihat lo di sini yang menangis, akhirnya gue samperin lah."  Terang Zayn sembari menunjukkan tempat dimana dirinya berkumpul dengan para temannya tadi.

Bianca hanya ber-oh ria lalu mengusap air matanya yang masih tersisa dengan sapu tangan dari Zayn. "Lo kenapa nangis?" Tanya Zayn yang membuat pergerakan Bianca terhenti, dia menatap Zayn sejenak, lalu kembali mengalihkan pandangannya.

"Bukan urusan lo."

"Gue tahu lo nangis karena Gavin." Bianca menatap mata Zayn seketika, mengapa dia bisa tahu? Apakah Zayn memiliki kemampuan untuk membaca pikiran seseorang? Mustahil.

"Nggak usah ngelak lagi, gue tadi lihat lo diabaikan sama Gavin di restoran Papa gue. Kasihan banget." Bianca tampak mengerut tidak suka. Perkataan Zayn sungguh membuat emosinya tersulut kembali.

"Lo ngikutin gue kan? Ngaku lo!"

"Gue hanya memastikan nggak ada orang yang menyakiti lo di tengah jalan. Tapi setelah itu gue langsung pergi kok, ketemu sama teman-teman terus kumpul di sini."

Bianca menunduk, Gavin memang mengabaikannya, menganggapnya seperti orang yang tidak pernah dikenal, itu sangat menyakitkan.

"Astaga, lo nangis lagi? Buat apa sih lo menangisi orang yang sudah nggak cinta lagi sama lo? Bianca, Bianca, seharusnya lo sadar, orang seperti Gavin nggak akan mau sama wanita jalang seperti lo." Ucap Zayn yang membuat Bianca menatapnya seketika.

Damn it!

Zayn tidak mengetahui masalah yang sebenarnya. Kalau Gavin telah menerima dirinya apa adanya, namun sebaliknya, dirinya lah yang merasa tidak pantas untuk mendampingi hidup Gavin, karena masa lalunya dulu.

GAVIN✔ [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя