🐧 Tigang Doso Tigo 🐧

313 19 1
                                    

Gavin telah menghabiskan waktunya selama kurang lebih satu jam dengan berkeliling untuk memantau pekerjaan para karyawannya sebelum jam makan siang berlaku untuk semua karyawan di sini. Semua karyawan di sini memang sangat sibuk akhir-akhir ini, di karenakan cukup banyaknya kerja sama yang datang dari perusahaan luar negeri, perusahaan-perusahaan tersebut saling berebut demi mendapatkan secoret tanda tangan persetujuan dari sang direktur utama di perusahaan Zeroun Corp.

Robot karya Gavin yang ia buat pertama kali saat melaksanakan ujian praktek di masa SMA itu dengan dia beri nama Lovia, sekarang telah mendunia dan menjadi rebutan berbagai negara karena mengingat jika robot tersebut sangat multi fungsi, serta bisa dimanfaatkan untuk hal apa saja.

Gavin tersenyum cukup puas tatkala ingatannya kembali berputar tentang masa perjuangannya dulu saat membangun usahannya, dia mengorbankan tahun-tahun kuliahnya dengan kursus berbisnis sembari membangkitkan perusahaan impiannya, perjuangan yang cukup sulit, namun hasilnya pun juga sangat memuaskan.

Setelah para karyawan pergi meninggalkan ruangannya masing-masing untuk menuju ke kantin, dan mengisi perutnya yang kosong, kini Gavin pun juga tampak melangkah keluar dari kantor untuk mencari sebuah kafe yang pemandangannya cukup menyejukkan mata, dirinya tidak perlu khawatir tentang urusan kantor, karena jika dirinya tidak ada di sana, maka Farel selaku asisten pribadinya akan selalu siap sedia untuk menangani masalah kantor selagi Gavin tidak ada di sana.

Untuk saat ini Gavin memang perlu untuk menghibur diri ke tempat-tempat yang berkesan indah dan bisa membuat suasana hatinya menjadi lebih baik lagi, karena secepatnya dia harus melupakan ini semua agar masalah ini tidak bercampur dengan urusan kantor yang bisa berakibat fatal untuk kemajuan perusahaannya ini.

Bruk!

Ketika dirinya baru saja keluar dari pintu utama kantor perusahaannya, tiba-tiba saja dia menabrak seseorang yang berjalan melangkah berlawanan dengan dirinya, sehingga membuat tumpukkan dokumen yang berada digenggaman perempuan itu jatuh berserakan ke lantai, hal itu membuat Gavin terkejut dan segera berjongkok untuk ikut membantu perempuan itu yang tak lain adalah Zoya mengumpulkan kembali dokumen yang berserakan.

Pandangan mereka berdua bertemu. Tangan keduanya sama-sama bersentuhan tatkala kedua tangan itu menyentuh satu lembar kertas yang sama.

Beberapa detik tatapan mereka bertahan, hingga akhirnya Zoya tersadar dan segera bangkit, disusul oleh Gavin, Gavin tampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sementara Zoya tampak menunduk malu karena telah berani menatap mata atasannya ini dengan durasi yang cukup lama.

"Maafkan saya Pak". Ucap Zoya dengan wajah yang masih menunduk.

"I-iya tidak papa".

"Saya permisi". Zoya mulai melangkahkan kakinya kembali hendak masuk ke dalam kantor, namun satu guratan bingung tercetak jelas di dahi Gavin, membuat dirinya segera mencekal lengan tangan Zoya sehingga langkahnya terhenti.

"Ada apa lagi Pak?".

"Umm, bukannya saya sudah menyuruh kamu istirahat tadi? Dan saya belum memberi tugas lagi ke kamu, lalu itu tugas dari siapa?". Tanya Gavin seraya menunjuk berkas-berkas yang Zoya bawa.

"Oh, selepas saya menyerahkan dokumen tadi ke Pak Farel, beliau memberi saya beberapa berkas dari perusahaan Vietnam yang baru saja tiba Pak".

"Kenapa tidak Farel sendiri yang mengerjakan?".

"Katanya Pak Farel ada urusan mendesak tentang keluarga, maka dari itu beliau pulang terlebih dahulu".

Gavin semakin mengerinyitkan dahinya. "Kenapa dia tidak ijin ke saya dulu?".

GAVIN✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang