bagian 17

123 20 6
                                    

"Kenapa?" Tanyaku, balas menatap Kak Andre dalam-dalam. Dari kedua matanya terpancar rasa takut, kedua matanya bergeming seolah ingin menceritakan sesuatu yang telah ditahan seperti air mata yang ditahannya. Aku mencoba untuk tidak menggubris bahwa dirinya hampir menangis. Kami masih saling menatap dan Kak Andre masih terdiam tanpa kata. "Kak?" Tutur ku, mencoba membangunkannya. Ia menghembus nafas, kepalanya kini menunduk.

"Pokoknya... jangan." Tambahnya, kepalanya masih tertunduk. Aku sempat meringis merasakan sakit di kedua bahuku karena ditekan olehnya cukup kencang. Setelah melepas cengkeramannya, ia meminta maaf dan pergi begitu saja. Tentulah aku membuntutinya, masih mempertanyakan kenapa aku harus menjauhi Kak Gemilang.

"Jangan dipikirkan. Yang penting jauhi saja." Jawabnya sembari kami menuruni tangga. Tapi wejangan dari Kak Andre ini justru membuatku semakin penasaran, bertanya-tanya dalam pikiranku sendiri. Teman-teman Kak Gemilang bisa dibilang bejad, mungkinkah hal yang sama juga berlaku padanya? Ataukah dia lebih membahayakan karena biasanya tokoh jahat selalu bertopeng tampan dengan senyuman menawan-hanya aku yang sadar bahwa senyumannya mengerikan sejauh ini.

Aku pamitan pada Kak Andre, dia tidak menahan ku dengan pertanyaan dadakan kali ini. Sebaliknya, seolah dia juga ingin aku cepat-cepat pergi dari areanya. Dia langsung berjalan cepat menuju kamarnya seketika sampai di lantai tiga dan aku pun berlalu pergi menuju kos ku. Tidak ada kekhawatiran saat jalan menuju kosan, masih banyak warga sekitar-yang dicampur mahasiswa sepertiku- yang lalu lalang di sekitaran gang. Beberapa warung yang aku ingat saat jalan ke kosan Kak Andre sudah terlewati. Saat kesendirian inilah rasa menyedihkan kembali menyeruak di antara rasa penasaran yang tak terduga, banyak hal yang ingin aku ketahui dari Kak Andre.

Pertama, dia ditarik menuju dimensi lain-ya aku tahu betul bagaimana seseorang menghilang akal sadarnya-ketika menyuruhku untuk menjauhi Kak Gemilang yang sangat amat dipastikan dia tengah mengenang sesuatu perihal Kak Gemilang, mengetahui pada hal kedua bahwasanya ia hampir menangis, kemudian membawa ku pada hal ketiga bahwa dia menginginkan kesendirian setelahnya. Aku bisa merasakan keadaan berubah semenjak kami berlalu dari atap yang cukup mendorongku untuk ingin tahu dengan alasan terbesarku: Kak Andre telah masuk ke daftar orang baik yang ada di kehidupan ku sehingga setidaknya aku harus bisa menolongnya menyingkirkan entah hal apapun yang hampir membuatnya menangis mengingat Kak Gemilang.

Aku sampai di kamar kos ku. Langsung mengganti baju-yang ternyata terdapat beberapa sobekan mungkin dikarenakan pertarungan-kemudian berbaring di atas kasur. Dengan harapan besar bahwa Kak Beni dan Kak Gani akan menghilang dari kehidupan kampusku yang mulai absurd, aku berhasil tidur dan terbawa dalam mimpi yang sama-sama mengerikan dengan kenyataan.

Saat terbangun secara paksa, aku langsung memposisikan diriku terduduk. Sempat meragukan apakah cahaya kebiruan yang masuk lewat ventilasi kecil itu membawaku pada dunia nyata atau justru akan menyeret ku kembali menuju awang khayalan yang menakutkan. Bagaimana tidak menakutkan, Kak Andre tidak ada di sana untuk menyelamatkanku pada kejadian kemarin malam. Bahkan aku merasakan sesuatu masuk lewat anus ku dan disitulah aku berteriak sekencang mungkin hingga membangunkanku. Aku yakin sudah bangun kali ini ketika Rizal mengetuk pintu kamarku hanya untuk memastikan aku baik-baik saja.

Teriakan itu asli. Dia mendengarnya. Jarang sekali aku berteriak dalam mimpiku. Mimpi barusan hampir membawaku pada kegilaan. Aku memastikan pada Rizal bahwa aku baik-baik saja. Alih-alih memberitahunya aku bermimpi buruk, aku beritahu bahwa teriakan tadi karena aku tengah mengirim voice note mengerikan pada temanku dan dia percaya. "Maaf, menganggu." Ujar ku. Dia memaklumi dan kembali ke kamarnya.

Jalanku mantap ketika memasuki area kampus-entah hanya perasaanku saja-yang cukup ramai. Bahkan mereka yang berjalan berpasangan atau ber-regu dengan kawan mereka tengah asyik berbincang sesuatu. Hampir setiap orang yang aku temui yang berpasangan atau ber-regu tengah berbincang seru. Saat itu pula aku melihat Kak Beni dan Kak Gani berjalan ditemani beberapa orang dewasa berumur, mereka jalan cepat-cepat masuk ke dalam area Gedung C dan orang-orang di sekitarku makin ribut menjadi-jadi.

One Thing Before EverythingKde žijí příběhy. Začni objevovat