bagian 13

145 22 7
                                    

Pukul setengah tujuh malam, aku sudah siap sedia untuk pergi. Mengenakan kaos hitam polos dan celana jeans panjang berwarna navy mengikuti dress code jurusan kami. Handphone sedari tadi sudah berdering, namun masih ku biarkan karena diriku masih berkegiatan merapikan rambut, memakai jam tangan, menyemprotkan parfum ke badan, dan terakhir memastikan dompetku ada di saku celana untuk kedua kalinya, barulah aku genggam handphone langsung memijit layarnya.

"Aku ke depan sekarang, Kak." Jawabku langsung. Orang yang menelpon mengiyakan kemudian sambungan telpon aku tutup. Aku tidak membawa barang-barang lain mengingat banyak sekali larangan untuk bisa masuk ke area tribun Graha Widya setelah aku memakai sneakers ku. Sesampainya di mulut gang menuju pemukiman tempat kos ku, Kak Gani masih terduduk di atas motor Pulsar keluaran baru dengan Polet warna merah menyapa kedatanganku.

"Yuk, kita berangkat." Tanpa basa-basi Kak Gani segera menyuruhku untuk naik ke jok belakang, dan aku menurut. Selama perjalanan dia menceritakan perihal dirinya yang sebenernya tidak begitu ingin ku ketahui. Dia juga menceritakan bagaimana sulit mencari tempat magang untuk semester depan. "Sebenernya gak sulit, cuman nyari yang srek susah." Katanya. Kemudian Ia bertanya padaku dosen yang menurutku asik selama belajar. Jawabanku disetujui olehnya, sangat disetujui. Dia memberitahuku bahwa dosen tersebut berperan sebagai pembimbingnya untuk tugas akhir nanti.

Saat memasuki jalan utama Kampus Area B, di sana sangat ramai tidak seperti biasanya. Ada juga mereka yang jalan kaki bersama untuk sampai di Graha Widya. Intinya, Kampus Area B yang biasanya hanya ramai di area Gedung Lama, kini hampir selama perjalanan menuju Graha Widya banyak sekali orang yang lalu lalang. Entah itu menggunakan kendaraan atau berjalan.

Kami sampai di gerbang utama Graha Widya. Gerbang itu menjulang tinggi. Di bagian pilar penyangga tertulis sebuah kalimat yang menandakan bahwa kalian akan memasuki area Graha Widya. Setelah mengambil karcis parkir, motor kembali melaju. Disertai keterkejutan dan rasa kagum, Graha Widya yang terbayang dipikiran ku ternyata lebih megah saat ditatap langsung. Suasananya, ini bagaikan stadion. Lampu-lampu yang berkilatan ke angkasa bisa aku lihat keluar dari sana, gemaan lantunan lagu diraih oleh indra pendengaran ku dan aku tidak lagi sabar untuk bisa masuk ke dalam.

Posisi parkiran motor yang cukup luas tepat di bagian belakang Graha Widya dan dijaga oleh dua penjaga yang cukup berumur. Karena tidak menggunakan helm, kami langsung melewati pos penitipan dan berlalu jalan ke area depan. Kak Gani menjelaskan bahwa Graha Widya adalah tempat favoritnya di kampus ini. Selain megah, acara-acara besar kampus lahir di sini. "Termasuk entar gue wisuda, jadi gak sabar." Tangannya kembali merangkul lingkar badanku. Aku menjauh sedikit, ekspresi kecewanya terpampang di sana saat aku menoleh ke wajahnya. Meskipun begitu, kami tetap berjalan dan dia tetap bercerita berbagai hal yang sesekali aku respon dengan rasa penasaran.

"Karena tribun kita ada di lantai dua sebelah kanan, jadi kita masuk lewat Pintu D." Ucap Kak Gani. Aku hanya berjalan mengikutinya karena tidak tahu keberadaan Pintu D. Sesampainya di sana, antrian begitu panjang. Tidak hanya jurusan kami yang masuk lewat pintu D, ada tiga jurusan lain sehingga antrian untuk masuk cukup panjang. "Kita gak usah antri, sini." Dia merangkul lingkar badanku lagi sembari berjalan melewati orang-orang yang mengantri. Sesaat sampai di mulut tempat orang-orang diperiksa barang yang mereka bawa dan pemeriksaan tubuh, panitia yang menjaga mempersilahkan kami masuk lebih dulu setelah Kak Gani memperlihatkan name tag yang dibawanya. Bahkan kami tidak diperiksa apapun.

Setelah melewati tangga, barulah kartu tanda mahasiswa kami ditanyakan. Kemudian kami dipersilahkan masuk, melewati dua pintu besar yang telah terbuka. Kegelapan menerpa kami sesaat tapi lampu sorot yang dipasang dan digantung cukup memperlihatkan bagian Graha Widya. Aku terkesima, lagi. Lampu sorot menyorot wajahku sesaat. Benar, seperti stadion permainan bola basket. Lapangan di bawah sana lantainya percis seperti lapangan bola basket yang sering aku tonton di pertandingan lewat televisi. Di lapangan bawah sana banyak panitia lalu lalang mempersiapkan acara. Satu layar raksasa dipersiapkan di ujung Graha Widya, layar itu sudah bertuliskan OLIMPIADE OLAHRAGA MAHASISWA dengan huruf dan tema yang unik.

One Thing Before EverythingWhere stories live. Discover now