bagian 6

149 18 12
                                    

Kami sudah berada di dalam ruang conference sekarang. Ruangan terbuka berbentuk persegi panjang yang sangat luas dengan lantai kayu dan langit-langit yang tinggi dihiasi ukiran-ukiran sederhana namun terlihat nyentrik. Di bagian dinding yang memanjang ditempeli spanduk raksasa bertuliskan kegiatan acara beserta tema dengan logo kampus dan jurusan di masing-masing sudut atas. Ada panggung kecil, di sana terdapat standee microphone dan sepasang sofa single seat. Di sebelah kanan panggung ada meja kontrol audio, dan sebelah kiri hanya hiasan-hiasan tambahan. Pintu masuk ada menuju ruangan ini ada tiga. Pintu masuk utama di bagian dinding memanjang sebrang panggung, dan dua lagi di masing-masing sudut.

Panitia memberitahu kami bahwa kelompok lain yang tidak berhasil memasuki labirin juga akan mendapat perlakuan yang sama dari para alumni. Betapa terkejut kami semua mengetahui hanya tiga kelompok pertama saja yang merasakan labirin. Karena keterbatasan waktu, sisa kelompok lainnya untuk memenangkan permainan pos-pos –yang berarti diakhiri dengan wejangan dari alumni– harus mengumpulkan lima mendali. Karena kami sampai lebih awal kami diberi kesempatan waktu bebas, handphone kami pun dikembalikan. Untuk hadiah, masing-masing kami dapatkan berupa voucher makan di kantin di gerai milik jurusan.

Aku memilih keluar dari ruang conference, menghirup udara segar alam. Ruang conference dikelilingi oleh pepohonan, bunga-bunga dibiarkan bermekaran. Tepat sebelum masuk ke area ruang conference ada area taman kecil yang menjadi pemisah gerbang keluar labirin dan area ruang conference. Di situlah aku sekarang, duduk di ayunan menghadap ke arah tanaman strawberry di samping labirin, lebih tepatnya pintu utama ruang conference menghadap ke sana. Sesekali mengambil gambar dari handphone karena terkesima oleh luasnya tanaman strawberry, seperti tak berujung.

Acara kesendirianku terhempas saat salah satu kating menyuruhku kembali ke ruang conference. Entah berapa lama aku berada di area taman kecil itu, saat masuk ke ruang conference, sudah terisi oleh banyak mahasiswa dari jurusan. Aku menemukan Luffi bersama trio mini yang duduk kecapean. "duh yang kelompoknya menang hadiah." Ucap Luffi sesampainnya aku di antara mereka. Posisi kami saat ini tengah bersila di lantai.

"Voucher makan, lumayan lah ya." Jawabku. Risa sempat tak percaya kemudian tertawa mendengar jawabanku yang kembali membenarkan.

"Ya ampun udah capek tapi cuma dapet voucher." Ucap Tasya yang ternyata juga ikut tertawa.

"Heh! Ya lumayan lah! Daripada kita gak dapet apa-apa." Luffi membelaku.

Kegiatan selanjutnya dari acara ini adalah istirahat dan pembagian makan siang. Kotak makan siang sampai di tangan ku. Satu kepal nasi dengan lauk ayam bakar lengkap dengan tempe tahu dan lalapan. Anggota TimCaw yang lain ikut bergabung dengan kami membentuk sebuah lingkaran. Tapi kami tidak seapatis itu, untuk mereka yang ingin bergabung ke lingkaran kami, dengan senang hati kami memperlebar lingkaran. "Abis makan katanya ada seminar sepuluh menit dari alumni yang udah sukses." Tutur Rizka yang sedari tadi tenang.

Aku masih mempertanyakan tingkat sukses yang seperti apa yang dimaksud di sini, dan tak kaget saat mengetahui pembicara pertama adalah lelaki berkaca mata berkumis tipis yang memberi wejangan pada kelompok ku sebelum sampai di ruang conference. Dia lebih ceria kali ini, tidak begitu serius. Dia menceritakan pengalamannya selama di kampus dengan pembawaan yang santai dan sekali-kali melontarkan candaan. Namanya Hengky. Lebih tua lima tahun dari angkatan kami dan sudah memiliki peternakan sapi perah dengan jumlah sapi sebanyak 1000 ekor. Dia menjadi salah satu peternak sapi perah yang masih muda tapi memiliki relasi yang luas. Dia sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan pengolah susu terbesar di negara. Tak heran begitu kharismatiknya dia saat memberi wejangan pada kelompok ku. Betapa dia terlihat profesional dalam pembelaan jurusan. Dia ketua angkatan pada masanya dan dibanggakan oleh jurusan karena bisnis peternakannya sudah berjalan saat dia menyusun tugas akhir. "Selama kita fokus pada apa yang kita inginkan, maka yang diinginkan tidak akan pergi kemana-mana. Karena ada kita yang menggenggam. Saya harap semua adik-adik fokus pada tujuan kalian di sini, dan kalian akan mendapatkannya." Itu kalimat akhir darinya sebelum berpamitan.

One Thing Before EverythingWhere stories live. Discover now