"Kamu sama Athaya beneran deket ya?" tanya Tiara tanpa ragu.

Sabna manarik nafas panjang, "emang menurut lo gimana?"

"Ke-keliatanya sih, i-ya." Mendengar nada Sabna, membuat ragu Tiara.

Sabna tak membalas, sekarang yang ia mau hanya pulang dan melihat Bunda. Sabna emang ga pernah cerita sama Bunda bahkan termasuk orang yang tertutup. Bahagia, sedih, kesal, dan jika ada masalah hanya Sabna simpan rapat-rapat.

"Ma-maaf kalau tersinggung," ucap Tiara ragu, Sabna hanya menjawab dengan gelengan kepalanya pasti dengan senyuman agar terlihat baik-baik saja.

***

"ATHAYA!"
Hanna menarik tangan Athaya yang hendak pergi masuk toilet. "Hemmm," Athaya menurut dan berhenti.

"Lo bohongin gue ya, lo pacaran MAKSA? What the hell, gue ga pernah ya ngajarin lo buat maksa orang ...."

"Bentar, gue kebelet." Dengan watados Athaya masuk ke toilet meninggalkan Hanna yang sedang menasehatinya sambil marah-marah, dan sekarang ia hanya bisa menghembuskan nafas kasar.

Athaya kembali, dan Hanna masih berdecak sebal.

"Gue ga pernah ngajarin buat MAKSA ATHAYA!" Hanna mulai geram, terbukti dengan nama Athaya yang ia ucapkan, bukan panggilan kesayangan nya 'Al'.

"Gue ga maksa, dan dia ga nolak," jawab Athaya cuek.

"Ga nolak gimana? Gue aja baru tau lo deketin Sabna, kan Sabna anak berprestasi, masa mau sama lo!"

"Anak kucing aja mau, masa anak berprestasi ga mau," balas Athaya.

"Ga usah debat disini ka, malu." Athaya memperhatikan para siswa-siswi yang lewat yang terus menatap kearah mereka berdua, Hanna mengalah.

"Motor lo udah bener, kan?"
Athaya menggeleng.

"Terus kita pulang naik apa?" Hanna memanyunkan bibirnya, membuat Athaya terkekeh gemas.

"Ya mau ga mau, jalan dulu. Motor gue ada diwarung betewe ka, gue tadi ketemu sama tante-tante habis korban tabrak lari. Beruntung ada kepsek jadi dibawa ke rumah sakit, dan lo tau ga?" Athaya sengaja bertanya, untuk mengalihkan pandangan Hanna yang mulai teralihkan ketika melihat Leo dan teman-temannya.

"A-apa?" Hanna kembali menatap Athaya.

"Tante itu bilang gue Alankar."

Hanna sedikit terkejut sekaligus memasang wajah heran, "Alankar?"

"Kok lo bisa ketemu tante-tante? Tante siapa namanya?"

"Tau dah gue lupa, yang penting sekarang gue seneng, deabak ga gue bisa seneng?"

"Deabak itu apaan? emang biasanya ga pernah seneng?" Hanna kini seperti orang polos di mata Athaya.

"Wow, hebat, luar biasa, mantap, mengaggumkan, keren, dan sebagainya itu deabak, dalam bahasa korea."

Sejujurnya Hanna bukanlah seorang K-Popers, sementara Athaya apalagi, hanya saja tau bahasa gaul yang lagi tranding.

"Terus apa yang bikin lo sampe senengnya daebak?"

"Tim gue ikut seleksi olimpiade. Biasanya tuh ngandelin tim Leon, si singa brengsek itu, dan lo tau siapa yang nge-usahain tim gue biar ikut?" Hanna jelas menggeleng enggan untuk menerka-nerka.

"Sabna." Athaya membiarkan senyumannnya hingga dua orang siswi yang diam-diam menatap wajahnya keikut tersenyum.

"Gila sih, itu apaan yang bisa buat babang athayang gue senyum."

"Athayang apaan nong?"
Sebab temannya itu memiliki keningnya lumayan jenong.

"Athaya sayang dong."

Hanna menggelengkan kepalanya, membayangkan jika adiknya ini beneran suka sama Sabna, bahkan sampai memaksanya untuk jadi pacar, sungguh jin mana yang merasuki adiknya.

Hanna berjalan mengikuti langkah Athaya, "nah loh, lo suka sama Sabna kan? hmmm, hayo ngaku sama gue!" desak  Hanna.

Athaya tetap berjalan, menghiraukan kakak yang nya yang terus memaksa untuk bicara.

Sedangkan tujuannya untuk dekat dengan Sabna sekedar perantaran untuk balas dendam terhadap Leo, tapi sisi lain dari hatinya Athaya bisa dibilang nyaman saat dekat dengan Sabna.
___________

Partnya sedikit ya
Yaudah gapapa
Jangan lupa
Vote
And
Komen

Part selanjutnya athor bakal ngajakin kalian buat survei Kerumah Athayang yaw;)

Uuuh athayang, salam dari athayang!

Biar refleshing habis baca goyang online cek!


Take to the SKY [ON GOING]Where stories live. Discover now