"SABAR?, Seberapa lama gue sabar selama ini Sab? Lama sab lama ... gue capek."

Resa kembali mencari kaca,
Sementara Sabna hanya bisa menahan gerakan Resa.

"Jangan berfikir hanya lo yang paling tersakiti didunia."

"Lo Belum pernah ngerasain Sab!! LO BELUM PERNAH NGERASAIN!!!" Resa melepas genggaman Sabna lalu Jari telunjuknya mengarah tepat didepan wajah Sabna.

"Orang tua lo masih lengkap,o masih dapet kasih sayang dari keduanya walaupun ... Ayah lo sibuk! tapi tetep rela pulang seminggu sekalikan? sedangkan gue? ... sebulan sekali!! Bunda lo ... selalu ada dirumah, masakin lo setiap pulang sekolah, nanyain keadaan lo, ada yang perhatiin kalo lo sakit, lo ga pernah kurang rasa kasih sayang dari kedua orang tua Sab!, sedangkan gue ... orang tua gue cerai dan sekarang papa-- lo tau papa nikah lagi!!! lo pikir ga sakit Hah? dimana rasa manusiawi lo Sab!!!"

Sabna tercengang dengan perkataan Resa, memang semua itu pahit untuk Resa terima, tapi Allah itu Udah ngatur segalanya.

"Setiap makhluk yang ada dimuka bumi punya masalah dalam kehidupan yang berbeda-beda ... semakin diuji, semakin---"

"GAK USAH CERAMAH!!" sentak Resa yang membuat Sabna dan beberapa asisten lain yang menyaksikan ikut tersentak kaget.

"Gue memang bukan Tiara yang bisa luluhin hati lo ... tapi, cobalah untuk mengerti Resa! lo liat Tiara, siapa yang dia punya? cuma LO!!! Kemaren dia yang ceritakan kalau gak tau pasti orang tuanya masih ada apa engga, dan adiknya juga ga tau sekarang dimana ... lo masih punya orang tua, walaupun mereka udah cerai.mereka masih hidup, dan lo bisa balikin keduanya seperti semula ...."

"Mustahil!"
Resa menyingrai.

"Asal didalam diri lo ada keinginan!" bantah Sabna.

"Lo masih punya mimpi ... bangun mimpi itu. Lo masih punya Tiara pertahanan itu ... Lo masih punya kedua orang tua bersyukur ... karna ga semua masih bisa seperti itu."

Resa menangis sambil berlutut. Sabna berusaha membuat dia bangkit, gue kembali memeluk  resa hangat.

"Papa jahat ... Sab." Tangisan menjadi pecah ketika menyebut kata papa.

"Suami sama istri itu ga ada ikatan darah, tapi anak dengan ayahnya itu ada hubungan darah."

"Seburuk apapun ayah kita, dia tetep ayah kita ... kita berdoa biar papa lo kembali seperti dulu." Sabnapun mengusap lembut rambut Resa.

Resa sedikit lebih tenang.
"Sini biar gue obatin tuh luka!" Seru Sabna lalu melepaskan pelukan Resa,
dan membuatnya duduk dikasurnya.

"Maafin aku ...."

"Aku??, ah cie udah pengen ngomong aku kamu ...."
Sabna sengaja mencairkan suasana.

"Yaudah ... maafin gue!"
kekehnya.

"Dimana betadine Resa?" tanya Sabna yang ngotal ngatik lokernya.

"Loker kedua ...."

Sabna mencari Betadine dan kapas lalu meneteskan ditangan Resa.

"Awww pelan dong ...."

"Lagi salah elo, ngapain coba gini ... kalau kena air kan perih!" sindir Sabna.

"Sabna, gue bego ya?"

Sabna diem, membiarkan Resa menyadari tanpa harus ada yang bilang.

"Jangan bilang ke Tiara, Kalau dia punya sahabat se bego gue ya!" pinta Resa.

"Ternyata lo perhatian juga" ungkap Resa, sabna hanya bisa mengangkat alis satunya 🤨

Karna Sabna mesti teliti bersihin luka ditangannya Resa, takut ada pecahan kaca yang masuk.

"Secara ya ... dari muka kan lo cuek gitu, kurang peka lah dulu and now_"

"Terus Kalau ada cowo yang nembak lo, bakalan lo terima ga?"

"Awww ... sakit Sabna"
Resa refleks saat ga sengaja Sabna  nemuin pecahan kaca yang masuk ke kulit.

"Tahan, ini nanti infeksi ...." Sabna meniup tangan Resa agar mengurangi rasa sakit.

"Kalau cowo yang ada diposisi gue pasti baper ...." ungkap Resa yang dibalas diem oleh Sabna ngedenger pernyataan atau pertanyaannya absurd dari Resa.

"Gini-gini gue juga pernah suka sama orang tao." Celetuk Resa tiba-tiba, "ya bagus normal" jawab Sabna menanggapi.

"Kalo lo gimana?" Resa kembali bertanya, "ga jadi sesar, Alhamdulillah normal." Sabna tetap menanggapi.

"Sabna!" geram Resa Sabna memutar bola matanya malas, "apa?"

"Lo rese ...." sambung Resa.

"Itu elo resa" balas Sabna.

"Gue resa dodol!" saut Resa.

Dan mulailah debat singkat masalah nama.

"Udah ni, besok kalo masih sakit jangan masuk!" titah Sabna galak lalu berdiri dan rasa pinggang mau copot.

"Makannya kalo gue ajakin main basket dilapangan mau!" sindir Resa ngeliat Sabna yang lagi encok.

"Pernahkan Waktu itu."

"Ya Sekali doang apa ngaruhnya Bambang!"

"Gue mau balik, jangan nekad lagi ... inget kematian itu udah ditulis kapannya. Gue gak tau kapan lo mati ... yang pasti lo masih dikesempatan buat hidup, satu lagi lo harus punya mimpi,biar SEMANGAT HIDUP oh iya, hati-hati kalau nyebut nama Bambang, itu guru "

"Sabna ...." Resa spontan meluk Sabna

"Makasih." Sabna juga membalas pelukan itu.

___________

Seneng ga resanya ga jadi pergi??

Take to the SKY [ON GOING]Where stories live. Discover now