Bintang terdiam, memperhatikan Angkasa. Sadar akan genggaman tangan Angkasa yang semakin mengerat, Bintang tersenyum kembali.

"Aku tau," jawabnya. Tak ingin membuat hari bahagianya berubah hanya karena kalimat Angkasa–yang Bintang sangat tau apa maksudnya.

"Aku tau, Kak," Bintang meyakinkan lagi. "Jadi aku harap kita bersenang-senang di sini, hm?"

Angkasa mengangguk, membalas senyum Bintang. Tangannya terangkat membelai puncak kepala Bintang yang memang sudah dari tadi ingin ia lakukan.

Andai semuanya sesederhana pada saat pertama kali mereka bertemu. Sesederhana mereka tertawa hanya karena hal biasa. Namun sayangnya, hal sederhana ternyata tak mampu menyatukan mereka. Akhirnya pasrah.

***

Mungkin tak cukup hanya menonton pertunjukan penyelam yang memberi makan ikan, karena setelahnya muncul mermaid dengan ekor berwarna pink keunguan yang menjadi bahan lelucunonan. Apalagi yang menjadi mermaid itu laki-laki. Mengingat pertunjukan tadi, rasanya Bintang masih ingin tertawa geli.

"Kamu kayaknya seneng banget liat mermaid tadi?" ucap Angkasa. Setia berada di samping Bintang, menjaga agar gadis itu tidak tersenggol sama orang lain–saking ramainya pengunjung. "Sampai ngakak gitu."

Bintang menyeka sisa air matanya. "Emang Kak Angkasa nggak ngerasa itu lucu, ya? Aku aja nggak berhenti ketawa dari tadi."

"Aku malah ngeri liatnya," jawab Angkasa seraya mengusap tengkuknya, dan Bintang tertawa lagi.

"Ngeri liat bulu dadanya atau warna ekornya?" goda Bintang dengan kekehan.

"Dua-duanya mungkin," sahut Angkasa, membawa Bintang menjauh dari tempat pertunjukan itu. "Kayaknya aku salah kasih liat kamu pertunjukan tadi."

"Kenapa?" tanya Bintang cepat. Mengambil posisi di depan dengan langkah mundur pelan-pelan.

"Jalannya yang benar, Bintang," peringat Angkasa. Tapi Bintang tak menggubris, malah gadis itu menggoyang-goyangkan tangan mereka, seperti anak kecil yang sedang merayu untuk minta dibelikan sesuatu.

"Jawab dulu kenapa?" desak Bintang tak sabaran.

Melihat tingkah Bintang yang tak kunjung mendapatkan jawaban, Angkasa hanya bisa menggeleng sambil tertawa geli. Tak ayal hal seperti ini membuat perasaanya menghangat. Apalagi ketika mereka sampai di area jellyfish, dan kolam bintang laut menjadi pilihan pertama Bintang.

"Kasian dia kesepian."

Gumaman Bintang menaikkan sebelah alis Angkasa. Tangan Bintang yang terus mengusap badan bintang laut tersebut membuat Angkasa bertanya-tanya apa kelanjutan dari ucapan Bintang setelah ini.

"Sahabatnya nggak ada. Pasti dia kesepian."

"Dia bukan Patrick, Bintang," sahut Angkasa yang mengerti akan ucapan 'kasihan' Bintang tadi.

"Tetap aja, dia kan bintang laut. Mana tetangganya juga nggak ada."

Angkasa menggeleng, membiarkan Bintang dengan dunianya tanpa ingin menganggu. Hingga suara serta arah tunjuk Bintang membuat Angkasa menoleh.

"Aku baru sadar. Ini bintang lautnya kok warna cokelat ya, bukan merah jambu."

Pertanyaan polos Bintang berhasil menarik Angkasa dari keterdiamannya. "Kan aku udah bilang dia bukan Patrick, Bintang," jawab Angkasa dengan tawanya.

Untuk beberapa menit Bintang menatap Angkasa, tanpa bersuara. Angkasa yang sadar langsung mengatupkan mulut. Dan baru saja Angkasa ingin berucap, Bintang lebih dulu pergi meninggalkannya. Angkasa kembali dibuat tertawa.

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang