SEMESTA 33

21.7K 2.2K 316
                                    

"Ngapain lo?" tanya Angkasa sambil menyimpan tasnya. Kemudian ia kembali memandangi Meteor yang tengah berbicara sendiri.

"Gue lagi mikir."

Angkasa menyerngit. Kelas hari ini kosong, kemarin tidak ada tugas dan besok tidak ada pemberitahuan akan ulangan. Tapi kenapa makhluk di sampingnya ini berpikir. Jelas ada yang salah.

"Tumben lo mikir? Apa lo udah beli otak di shopee?"

"Nggak! Kemarin gue beli di lazada, dapet diskon lima puluh persen sama gratis ongkir."

Kan, benar dugaan Angkasa pasti ada yang salah. Apalagi dengan mimik datar pada saat Meteor menjawab tadi. Sabar. Angkasa sudah terbiasa menghadapi hal seperti ini jadi ia bisa memaklumi.

Malas untuk meladeni, Angkasa mengiyakan saja. Biar cepat selesai.

"Emang lo lagi mikir apa?" setengah ragu Angkasa bertanya. Maklum saraf temannya ini kan agak terbelit jadi jangan harap dia akan serius. Tapi setengahnya lagi juga penasaran. Harap-harap cemas semoga tidak ada kata unfaedah lagi yang harus Angkasa dengar.

"Nyokap gue ngajak pergi ke arisannya, tapi gue takut di comblangin di sana. Apa gue bawa pacar aja kali, ya?" cerita cowok itu seraya menahan dagu dengan tangannya.

"Emang lo punya pacar," ceplos Angkasa tanpa dosa.

"Nah itu..." Bersamaan senyum yang tiba-tiba mengembang, naik turun alis Meteor juga ikut serta di sana. Tampak mencurigakan. Perasaan Angkasa mulai tidak nyaman.

"Gue bawa Bintang, ya," sambungnya yang detik itu juga langsung mendapatkan toyoran dari Angkasa.

Meringis pelan, Meteor tau akan reaksi itu.

"Lo pikir Bintang barang main dibawa-bawa. Nggak! Gue nggak mau! Enak aja."

"Yaelah... membantu sesama itu pahalanya besar, brader. Apalagi yang dibantu orang kesusahan kayak gue. Dijamin berlipat-lipat ganda dan berlapis-lapis wafer pahala lo."

"Otak lo tu yang perlu dibantu. Kalo bisa dibanting sekalian!"

"Sadis amat, Mas. Eike kan jadi takut," cibir Meteor. Lanjut berpikir bagaimana cara agar lolos dari ajakan nyokapnya.

Sedangkan Angkasa memutar bola mata jengah, merasa jijik melihat tingkah laku makhluk ini. Selang beberapa menit kemudian kembali Angkasa berbicara kepada Meteor.

"Sama Nebula aja. Lo lebih cocok sama dia," usul Angkasa. Kontan cowok itu langsung memuncratkan air yang tengah diminumnya.

Dengan terbatuk-batuk ia menjawab, "Nenek sihir? Lo nyuruh gue ngajak nenek sihir. Astagfirullah... luntur jutsu gue!"

"Kalian berdua cocok," seru Angkasa lagi. Tapi memang benar, bukan? Apa mungkin hanya Angkasa saja yang berpikiran seperti itu.

"Brader, yang namanya air sama minyak itu nggak bakalan bersatu," jelasnya sambil memperagakan dengan tangan. "Lo mau buat kejadian langka, atau mau liat Tunas Bangsa terguncang karena ulah dia. Gue sih ogah! Tiap hari ketemu aja udah buat enek. Iihhh..." Meteor bergidik sendiri membayangkannya. Nebula dan dia bersatu. Haha... lucu sekali. Dan jelas itu tidak akan terjadi.

"Air sama minyak memang nggak bisa bersatu. Tapi bukan berarti mereka juga nggak bisa berdampingan."

Meteor mengibaskan tangannya. "Masa bodohlah. Intinya jangan dia. Bisa-bisa tsunami hidup gue."

Jauh dari harapan Meteor untuk mendapatkan cewek bar-bar seperti itu. Sangat jauh. Terlebih, bisa-bisa mereka KDLP (Kekerasan Dalam Lingkup Pacaran) setiap hari.

SEMESTAWhere stories live. Discover now