SEMESTA 8

37K 3.8K 200
                                    


Terdiam dan masih mengikuti langkah Bumi, itulah yang Bintang lakukan saat ini. Entah datang dari mana, tapi pikirannya sekarang malah mengarah ke Angkasa.

Tatapan mata itu seolah sedang berbicara kepadanya, tapi Bintang sama sekali tak tau itu apa. Semua berjalan begitu cepat, bahkan ia belum sempat mengeluarkan suara tapi Bumi sudah menariknya secara paksa.

Tepat pada saat di parkiran alam bawah sadar Bintang kembali.

"Tunggu... Lo mau ngapain?" tanya Bintang ketika melihat Bumi membukakan pintu penumpang untuknya.

"Lo nggak dengar tadi gue ngomong apa?"

"Hah?"

"Saran gue sebaiknya lo ke THT. Kuping lo kayaknya bermasalah." Jelas Bumi kemudian mendorong badan Bintang agar masuk ke mobilnya.

"Eh! Tunggu dulu..." Tak ada celah untuk ia lanjut berbicara karena pintu telah di tutup rapat oleh Bumi hingga membuat Bintang mendengus tak terima.

Apa-apaan, ini namanya pemaksaan.

Bintang memalingkan pandangan ke arah samping pada saat mobil itu berjalan membelah jalan raya. Hening menyusup di antara mereka dan Bintang masih di dalam mode tidak terima. Biarlah, begini lebih baik daripada mereka harus berdebat lagi.

Ternyata selain orang gila, pembuat masalah, cowok ini juga pemaksa. Dosa apa Bintang sampai bisa bertemu dengannya.

"Lo kenal sama si Angsa?"

Alis Bintang bertautan. "Angsa?"

"Itu, cowok yang datang ke UKS tadi. Lo kenal dia?"

Bintang berpikir sejenak. Bukankah cowok yang datang ke UKS tadi hanya-

Sontak membuat Bintang membalikkan badan menghadap Bumi. "Namanya Angkasa bukan Angsa."

"Bodo amat! Mau Angkasa kek, Angsa kek atau Bebek sekalian, gue nggak peduli. Suka-suka gue dong. Mulut-mulut gue!" cibir Bumi dengan tampang tengilnya, dan karena tampang itulah ingin sekali Bintang menyelending kepala lelaki itu, keluar melewati jendela.

"Kenapa muka lo di tekuk gitu. Lo nggak terima?" selidik Bumi ketika melihat Bintang memasang muka masam.

"Orang tuanya itu udah potong tumpeng untuk namai anaknya. Lo malah main ganti aja," sahut Bintang mendengus kesal.

Ada yang ngejanggal. Nama Angkasa yang di ejek, tapi kenapa jadi ia yang tidak terima.

"Orang tua." Lirih Bumi mencekam kuat setir mobilnya. Entah kenapa mendengar sebutan itu membuat dadanya berdesir tidak normal.

Merasa aneh karena tak di respons lantas membuat Bintang memandangi cowok itu secara lekat. "Kenapa lo?" tanyanya.

Bumi tersentak. Secepat kilat ia merubah mimik mukanya. "Lo nggak ada sopan-sopannya ya sama kakak kelas. Sama si Angsa aja pake kak sedangkan sama gue, lo-gue."

Bolehkah Bintang tertawa. Ternyata orang gila bisa waras juga ya. Setelah dari tadi mereka berbicara dan baru sekarang Bumi mempermasalahkannya. Dari tadi cowok itu kemana.

Lagi-lagi Bintang hanya bisa di buat menggeleng tak percaya.

"Bukannya lo duluan ya yang nggak sopan sama gue waktu di rumah sakit?" Bintang membalikkan omongan Bumi.

Bumi mengedikkan bahu, acuh. Ia menghentikan mobilnya karena lampu merah. "Gue nggak ingat tu."

"Lo nggak ingat atau pura-pura nggak ingat?"

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang