EKSTRA PART 1

11.5K 1.4K 566
                                    

Aku adalah gelap yang pekat, tidak utuh, penuh dosa

Tapi bolehkah aku meminta, untuk sekali lagi menggenggam tangannya?

- Angkasa -

Jangan lupa sambil dengeri Playlist : Reynard Silva – The Way I Still Love You di atas

Terhitung sudah dua tahun Angkasa meninggalkan Indonesia, termasuk orang tuanya, sekolahnya, teman-temannya, dan juga penerangnya.

Dan pada saat kembali menginjakkan kaki di tanah air. Angkasa merasa seperti orang baru, tapi tidak dengan perasaannya yang sama sekali belum berubah.

Mengingat keputusannya untuk pergi saat itu, Angkasa tersenyum tipis. Bukan karena ia menyesal. Hanya saja terlalu menyayangkan keberadaan seseorang, yang sampai detik ini posisinya tak pernah tergantikan.

Bintang.

Dan ini murni kemauan Angkasa. Bukan karena perintah mutlak Papanya, atau permohonan Mamanya. Semua adalah keputusan Angkasa untuk tinggal bersama Oma-nya di Bangkok dan meninggalkan Indonesia.

Egois? Mementingkan diri sendiri? Tentu tidak! Angkasa hanya merasa, ini baik untuk mereka berdua.

Terlebih, Angkasa sedang mencari jalan tengah dari keadaan yang tidak bisa dipaksa. Bukan menyerah, tapi memberi jeda. Menyembuhkan luka. Berdamai dengan hati sendiri. Lebih menerima kenyataan. Itulah yang Angkasa inginkan. Baik untuk dirinya, maupun untuk Bintang.

Dan, jika hati mereka masih berumah. Sejauh apapun mereka berpisah. Nanti, mereka akan kembali bersama.

Tapi tak dipungkiri juga bahwa Angkasa takut. Takut jika Bintang akan melupakannya. Sewaktu-waktu bertemu dengannya. Semua kenangan mereka. Bodoh bukan? Padahal ia sendiri yang memilih meninggalkan Bintang.

Sampailah ketakutan itu membuat Angkasa mengawasi Bintang diam-diam. Dengan mencari tau lewat Bunda, atau menanyai langsung dari Bumi. Entahlah! Angkasa sendiri tak begitu paham mengapa ia melakukan itu. Rasanya terlalu lucu, dan juga kekanak-kanakan.

Parahnya lagi, foto Bintang yang menjadi wallpaper di ponselnya sejak mereka pacaran hingga putus begini, tak pernah bosan Angkasa lihat. Bahkan Angkasa pernah kepergok Oma-nya, dan saat itu juga Angkasa dikatai budak cinta tapi bodohnya merajalela.

Sungguh! Angkasa sebenarnya tidak ingin seperti itu. Tapi Angkasa juga tak bisa mengontrol perasaannya sendiri.

Ia rindu Bintang. Amat sangat.

Dan untuk beberapa saat, Angkasa merasa pernah kehilangan arah. Tak tau harus melakukan apa.

"Lagi. Kenapa nggak langsung disamperin aja sih? Lo juga udah di Negara yang sama sama dia."

Tersentak, Angkasa langsung bangun dari lamunannya. Segera menjauhkan ponsel dan mendongak, melihat Pelangi sedang berdiri di sampingnya seraya bersedekap.

"Samperin sana. Jangan cuma liatin fotonya doang. Katanya rindu." Lagi, Pelangi berujar. Sementara Angkasa masih terdiam. Sesekali melirik ponselnya yang diikuti Pelangi.

"Ck! Rindu, tapi takut ketemu. Beneran ini Angkasa?" goda Pelangi sambil terkekeh.

"Bukan gitu." Angkasa lantas menyahut, menghela napas dalam.

"Kalau bukan gitu, terus gimana?" tanya Pelangi menuntut. Lalu duduk di samping Angkasa seraya melihat ke sekeliling. "Sepi. Orang rumah lo pada ke mana?"

"Pada pergi," jawab Angkasa.

"Tante Vela juga?"

Angkasa mengangguk. "Iya. Katanya mau ketemu orang. Gue nggak tau siapa."

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang