SEMESTA 69

13.3K 1.4K 234
                                    

Terima kasih sudah membuat bahagia

Tapi pada akhirnya, kita menyerah juga

- Semesta -

Jangan lupa sambil putar Playlist : Natalie Taylor - Surrender di atas.

Bintang bahkan tak sempat memikirkan apa yang akan dilaluinya bersama Angkasa di hari terakhir ini. Namun ketika kakinya berpijak di tempat wisata yang sebelumnya tak pernah ia duga. Senyumnya tiba-tiba mengembang.

Melupakan kejadian kemarin. Sekarang yang ada dipikiran Bintang hanya; ini hari mereka. Biarkan mereka menikmatinya bersama.

Kemudian, Bintang kembali memusatkan pandangan di depan tulisan Sea World Ancol. Dengan mengikuti langkah Angkasa, kesan pertama pada saat masuk yang Bintang lihat adalah banyaknya bentuk akuarium disetiap penjuru, serta pencahayaan yang agak minim.

Berusaha untuk tidak takjub. Tapi Bintang tetaplah Bintang. Melihat makhluk kecil yang berenang kesana-kemari sungguh tak bisa membendung kebahagiannya.

Apalagi ketika matanya menangkap segerombolan ikan dengan hiasan dasar akuariumnya lapangan sepak bola. Itu benar-benar menggemaskan.

"Ini namanya ikan nemo." Angkasa yang sedari tadi di samping Bintang bersuara. Sedikit mengambil jarak, agak mendekat. "Karena warna dan bentuknya yang lucu. Ikan ini biasanya dijadikan ikan hias di rumah."

Bintang yang masih memperhatikan ikan tersebut mengangguk. Mungkin jika mereka membahas benda luar angkasa, nama rasi bintang dan bagaimana bentuknya, Bintang tak akan seawam ini.

Dan sepertinya, Angkasa memilih tempat yang tepat hari ini.

"Kalo yang ini, Kak?" tanya Bintang antusias, menunjuk akuarium di sebelahnya. Lain dari yang tadi, hiasan dasar akuarium ini hanya diisi dengan batu karang dan rumput-rumputan.

"Ini ikan manfish, Bintang. Bentuknya kayak layangan gitu, terus warnanya mirip sama kuda zebra."

Bintang terkekeh pelan. "Baru aku mau bilang tadi. Tapi lucu, ya?"

"Iya." Angkasa mengangguk. Lanjut menjelaskan ikan apa saja yang berada di akuarium-akuarium lainnya, hingga mereka sampai di depan akuarium besar di area itu.

"Waw... aku baru tau ada akuarium sebesar ini."

Dari nada bicara serta senyum mengembangnya, Angkasa tau bahwa Bintang menyukai tempat ini, apalagi ketika gadis itu melihat ikan paling besar di sana. Binar matanya jelas tidak berbohong.

Dan seharusnya, Angkasa tidak diam untuk memperhatikan–mengamati lebih lekat seakan ia ingin senyum itu terus ada bersama Bintang-nya.

"Kak?" Panggil Bintang, Angkasa tersentak. "Di sana ada apa? Kok rame."

Buru-buru Angkasa mengendalikan perasaannya, kemudian melihat arah tunjuk Bintang. "Oh, itu. Di sana ada penyelam yang memberi makan ikan. Kamu mau lihat?" tawar Angkasa, yang dengan senang hati dapat anggukan dari Bintang.

Angkasa tak tau hal apa yang membuatnya bahagia. Mengajak Bintang ke tempat ini, atau merasakan genggaman tangan Bintang yang sedari tadi tak ia lakukan. Dan sepertinya Angkasa salah jika mengartikan ini hari terakhir kencan mereka. Karena kenyataan, Bintang tak berpikir demikian.

"Bintang." Nama yang dipanggil menoleh, menunggu kalimat selanjutnya. Angkasa menghentikan langkah, memposisikan diri di depan Bintangdengan genggaman tangan yang masih bertautan. "Setiap waktu yang aku habiskan sama kamu, semuanya berharga."

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang