SEMESTA 7

39.3K 4.1K 317
                                    


Bintang menatap tak percaya. Cowok gila yang disebutnya tadi ternyata adalah cowok aneh yang telah mengganggu ketenangannya di rumah sakit kemarin.

Masih mencerna sisa kejadian barusan. Sebentar... Cowok itu berada di sekolahnya dan memakai seragam yang sama, itu berarti mereka satu sekolahan. Tapi kenapa Bintang tak pernah melihatnya sama sekali.

Ah iya, lagi-lagi Bintang melupakan sesuatu. Angkasa yang notabene mantan ketua osis saja ia tidak kenal apalagi cowok gila tadi. Dan karena Bu Lyra-lah Bintang jadi tau namanya.

Bumi.

"Semakin ke sini, bau tak sedap semakin tercium di hidung gue." Gumam Nebula seraya mengendus-ngendus dihadapan Bintang.

"Maksudnya?" tanya Bintang polos.

"Lo pake ilmu apaan? Kok bisa kak Bumi kenal sama lo. Diam-diam ternyata lo gencer juga ya sama cogan." Nebula tersenyum jail sambil menaik turunkan alisnya menggoda Bintang.

Terdiam sejenak masih mencerna sisa ucapan Nebula barusan. Terdengar familiar embel-embel yang disebutkan sahabatnya itu. Tunggu dulu... Jangan-jangan.

"Dia kakak kelas kita?" tebaknya.

Saat itu juga Nebula langsung melongo tak percaya. Ingin sekali ia mengucapkan dua kalimat syahadat untuk Bintang. Pasalnya pertanyaan itu muncul lagi diantar mereka, seperti pelakor saja. Ya walaupun kali ini dengan tema yang berbeda tapi inti pertanyaan tetaplah sama.

Akhirnya setelah menghembuskan napas jengah, Nebula hanya bisa mengangguk untuk menjawab pertanyaan Bintang.

Kata-kata aneh binti curiga kini seperti berputar di kepala Nebula. "Jujur sama gue, lo pasti pake ilmu kan?" tunjuknya ke muka Bintang. "Kok bisa kak Bumi kenal sama lo sedangkan sama gue nggak?"

Segera Bintang memutar telunjuk Nebula sehingga menghadap ke empunya. "Sadar, Bu. Jangan hidup di dunia halu mulu, bawaannya jadi suudzon, kan."

"Abisnya lo yang buat gue curiga."

"Lah, kenapa jadi gue. Lo tanya aja sama orangnya kenapa bisa kenal sama gue."

"Nah... Ini yang buat gue semakin curiga." Perempuan itu mondar-mandir di depan Bintang sambil mengetuk-ngetuk dagunya. "Tiga hari yang lalu kak Angkasa dan sekarang kak Bumi. Semua aja lo embat, sisain aja gue remah-remahnya. Nggak papa, gue rela. Ikhlas lahir batin malah..."

Drama Nebula kembali di mulai. Kali ini dia berakting seperti korban yang tersalip di tikungan dan dikesampingkan. Penuh drama, melonkolis dimana-mana.

Sudah hafal dengan kelakuan yang dibuat Nebula, Bintang hanya bisa menggelengkan kepala kemudian berjalan meninggalkan sahabatnya yang masih mengoceh tentang si remah-remah di sana. Entah bertahan berapa lama, tapi tebakan Bintang pasti sebentar lagi perempuan itu akan mengeluarkan suara emasnya.

Dimulai dari sekarang.

1

2

3

"Upik Abu gue kutuk lo jadi labu. Tega-teganya lo ninggalin Cinderella sendirian di sini!" teriak Nebula hingga membuat Bintang terkekeh pelan.

Benarkan tebakannya.

Huh! Nebula tidak tau saja, jika Upik Abu di dandan maka tak kalah cantik dari Cinderella.

***

Bunyi debaman pintu menggelegar, namun aktifitas Bumi sama sekali belum teralihkan. Pandangan cowok itu semakin fokus menatap layar ponsel yang kini tengah memainkan game online. Bahkan ia tak menyadari ada lelaki paruh baya di sana yang sedang menahan amarah dari balik meja kekuasaannya.

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang