45 | Rendahan

414K 25.6K 5.1K
                                    


***

"Ternyata lo rendahan juga, ya."

***

Beraroma bubur ayam yang masih panas mampu membuat gadis yang sedang tertidur itu mengendus tanpa membuka matanya.

Seseorang membelai surai panjangnya, mencium kening gadis itu. Bibirnya terangkat saat melihat sang dara sedang tidur.

"Sayang, maafin aku," ucap lelaki itu, tangan kanannya tak henti mengelus rambutnya.

"Aku nggak bisa hidup tanpa kamu," lanjutnya.

Gadis itu dapat mendengarnya, dia masih menutup matanya menunggu lelaki itu membangunkannya.

"Aku bawa bubur, makan yu."

"Sayang bangun," lelaki itu tampak menggoyangkan badan gadis itu sampai dia membuka matanya.

Gadis itu terbangun lalu melihat sekeliling, tak ada aroma bubur panas dan tak ada kehadiran lelaki itu. Dadanya sakit, matanya memanas, dia sadar bahwa gambaran manis itu hanyalah sebuah mimpi.

Saat itu juga Anara menangis sesenggukan, nafasnya sesak, Galang tidak pulang semalaman, semalam gadis itu bisa tidur karena mengosumsi kembali obat tidur.

"Galang," lirih Anara parau, "ini anak lo."

Gadis itu menangkup wajahnya, menangis sejadi-jadinya, perginya Galang dari hidupnya adalah bencana terbesar Anara. Karena secara tidak langsung gadis itu sudah menyimpan seluruh hatinya pada Galang.

***

Kini, Anara kembali menjadi Anara yang diam dan tak banyak omong. Dia hanya merespond dengan anggukan atau berucap seperlunya.

Di sekolah dia melihat Galang, lelaki itu tampak berantakan. Anara sempat menatap Galang dengan sirat kesedihan, namun Galang menatapnya dingin dan seakan tak peduli. Dia Galang, yang kembali berubah sebelum hatinya berlabuh pada Anara.

Pada akhirnya semua akan kembali seperti semula.

"Ra lo kenapa?" tanya Caca, dia sedari tadi memerhatikan Anara yang melamun.

Anara menggeleng sambil memberikan senyuman tipis.

Caca hanya mengangguk, mungkin ini bawaan bayinya. Kadang mood orang hamil selalu berubah-ubah.

"Ke kantin, yu?" ajak Caca, Gaisa tidak masuk hari ini katanya dia ikut Maminya ke luar kota untuk menghadiri acara ulang tahun anak temannya.

Anara mengangguk, lalu mengikuti Caca. Galang tidak mengajaknya ke kantin, lelaki itu meleos tanpa melirik Anara. Rasa sakitnya lebih dari waktu Pram meninggalkannya dulu.

Jay sudah melambaikan tangannya menyuruh Caca ke meja Gloues. Namun Anara segera menarik Caca dan duduk di meja tengah, gadis itu menaikan alisnya sebelah, ada apa dengan Anara hari ini? Dari pagi-pagi saat berangkat Anara menggunakan taksi online, dan hari ini juga dia belum melihat Anara berdekatan dengan Galang.

"Tumben Ra si Galang nggak kayak ulet bulu," ucap Caca, karena biasanya Galang selalu menempel pada Anara, kemana pun gadis itu pergi akan dia temani.

"Gue pesenin, mau apa?" tanya Anara mengalihkan pembicaraan, dia tak mau Caca dan yang lain tau masalah ini. Satu kekurangan Anara, gadis itu selalu menyimpan kesedihan, dia tidak mau orang lain tau.

"Bakso Mbak Titi aja," kata Caca, dia merasakan atmosfernya berbeda. Caca tidak mau ikut campur kali ini.

Di ujung meja sana, teman-teman Galang sedang memperhatikan objek menarik di tengah kantin sana. Semua mata melirik Galang, ada kejanggalan di sini.

Galang : Musuh Jadi Suami? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now