38 | Terungkap

460K 29K 4.9K
                                    

Pergi sakit, bertahan sulit.

***

Semalaman Anara diam, sampai rumah pun dia tak berbicara pada Galang. Pikirannya terus bergulat mengapa harus Stella? Apakah kejadian beberapa tahun yang lalu akan terulang lagi? Sungguh Anara tak mau ada seseorang yang terluka atas kebahagiaannya.

Anara banyak diamnya, di sekolah pun ia diam. Anak Gloues banyak yang melemparkan beberapa pertanyaan pada Anara atas kejanggalan semalam, tapi gadis itu mengunci rapat mulutnya.

Bila tidak ada ikatan pernikahan mungkin Anara akan meninggalkan Galang. Tapi dia dalam posisi serba salah, pergi sulit bertahan sakit. Sakit karena akan ada orang yang terluka.

Anara sedang berada di dalam kelas berdua dengan Caca. Gaisa sedang ke toilet karena tak sengaja dia menumpahkan minuman ke seragamnya. Caca menatap Anara serius, sudah cukup dia menyelesaikan puzzle yang akhirnya berantakan oleh postingan Galang semalam, itu ambigu, antara Anara atau gadis lain.

"Jadi kapan lo mau cerita?" tanya Caca tampak putus asa.

Anara menoleh menautkan alisnya. "Cerita apa?"

Caca mendegus kesal, sungguh awalnya dia tidak ingin membicarakan ini, Caca ingin Anara yang bercerita langsung tanpa ia memintanya. "Gue tau semuanya, Ra."

"Siapa, siapa Ayahnya?" Helaan nafas berhembus dari mulut Caca, rasanya sakit bertanya seperti ini. Caca harap Anara mengatakan dia tidak hamil, dan ucapan yang ia dengan di UKS itu hanya halu.

Anara membeku, lidahnya tampak kelu tenggorokannya kering, tatapannya lurus memandangi Caca. Tiba-tiba air mata Anara keluar, rasanya sesak di dada.

"Galang? Pram?" ucap Caca bergetar.

"Ra jawab!"

Melihat Anara tak bersuara, harapannya atas asumsinya itu salah. Caca menutup wajahnya dengan kedua tangannya, gadis itu menangis di sana. Sulit bagi Anara, Caca saja tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Anara.

Tangis Anara pecah begitu saja yang tadinya hanya isakan kecil. Caca sadar cepat-cepat dia memeluk gadis itu, pasti berat menjalini hari-hari seperti Anara. Caca kira gadis itu baik-baik saja.

"Nangis aja Ra, keluarin apa yang mau lo keluarin," kata Caca sambil menepuk-nepuk punggung Anara.

Anara melepaskan pelukannya lalu menyeka air matanya, dia takut Caca tak menerima apa yang terjadi. Anara takut.

"Jadi, siapa Ra?" tanya Caca lagi.

"Pram?" Caca mengeluarkan secarik kertas yang sudah lecek dari saku seragamnya.

Mata Anara mendelik, kenapa Caca bisa mendapatkan kertas itu?

"Lo buang ini di UKS, gue denger semua yang lo omongin di sana, Ra." Caca menjawab atas kebingungan yang Anara keluarkan dari raut wajahnya.

Anara menggigit bibirnya, Caca sudah tau semuanya bahkan dia tau Pram.

"Gue harap yang hamilin lo bukan orang yang ada di pikiran gue."

"Ra siapa?" desak Caca.

"Lo kenal orangnya," jawab Anara, itu sudah membuat Caca mengerti. Orang itu yang ada dalam pikirannya. Harapannya harus sirna.

"Galang?" tanya Caca memastikan, walaupun jawabannya akan iya.

Anara mengangguk, tak ada air mata lagi. Karena menangisi hal ini sudah terlewat basi, dia menangis karena tau Caca sakit hati dan tentang kejadian semalam dia bingung harus bilang apa pada Stella.

Galang : Musuh Jadi Suami? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang