PART 40 ~Berubah~

55.2K 3.5K 27
                                    


"Aku suka perubahan mas Fadlan yang sekarang dan aku takut perubahan ini akan membuat mas Fadlan semakin membenciku."

_Malaika Farida Najwa_

_ _ _

Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah sang maha pengatur takdir bagi setiap hamba-Nya. Alur sedih, senang, susah atau bahagia tergantung dari kehendak-Nya. Manusia hanya bisa berusaha dan berdo'a. Setiap hal yang kita dapati di dunia ini sudah digariskan oleh Allah sejak awal. Manusia tidak bisa menolak atau menyangkal. Semuanya akan mengalir seperti air. Semuanya akan terus berjalan seperti udara yang menggapai semua orang.

Aku sudah mengikuti alur kisahku dan mas Fadlan sejak awal. Aku menerima semua yang telah terjadi dengan sabar dan ikhlas. Aku tidak pernah meminta sesuatu yang banyak. Aku hanya ingin kebahagiaan untuk laki-laki yang kucintai. Mas Fadlan harus bahagia.

Aku rela mengorbankan apapun demi kebahagiannya. Jika kata pisah bisa membuatnya terus tersenyum, maka aku akan menerimanya dengan ikhlas. Namun sekarang mas Fadlan memberitahuku jika kebahagiaannya ada pada diriku sendiri.

Mas Fadlan mencintaiku. Ia ingin aku tetap berada disisinya. Dan jika hal itu memang membuatnya bahagia, maka aku akan melakukannya. Aku akan tetap berada disisinya walaupun hanya untuk beberapa saat. Namun segala sesuatu memiliki konsekuensi.

Aku sudah berjanji akan mengembalikan mas Fadlan ke pelukan Jihan. Jika sekarang aku mengubah komitmen, berarti aku harus rela melepaskan sesuatu yang berharga. Aku harus rela melepaskan harga diriku demi orang yang kucintai.

"Najwa." Mas Fadlan memanggil namaku dengan suaranya yang sedikit serak. Selimutku bergerak ketika ia memelukku dari belakang. Aku menahan nafas untuk menahan degupan jantungku yang semakin keras. Kuraih tangannya yang memeluk perutku dengan erat.
Namun mas Fadlan justru membuat tubuhku semakin dekat dengannya.

"Jangan pergi," ucap mas Fadlan. Aku menarik nafas dalam-dalam. Jika akku tidak pergi sekarang maka selamanya aku akan merasa bersalah dan khawatir.

"A—aku harus pergi mas."

"Kemana?"

"Ke—ke suatu tempat."

"Kamu bisa pergi nanti."

"Tapi—"

"Saat ini adalah pertama kalinya aku terbangun dan kamu ada disisiku Najwa. Aku hanya ingin saat ini bertahan sedikit lebih lama." Mas Fadlan memotong ucapanku dan berhasil membuatku terdiam. Aku tidak tahu apa yang membuat mas Fadlan merubah sikapnya padaku. Tapi aku merasa mas Fadlan mengatakan itu dari dalam hatinya. Dia tidak berbohong tentang apapun yang telah ia katakana tadi malam dan sekarang. Pikiran itu semakin membuat kepalaku terasa pusing. Aku semakin takut jika suatu saat nanti aku akan kehilangannya.

"Aku akan beri waktu lima menit," balasku.

Mas Fadlan terkekeh, "Sepuluh menit. Aku mau sepuluh menit."

"Tapi—"

"Menurut saja Najwa, aku tidak suka kamu membantah." Mas Fadlan menekankan kata terakhirnya. Aku mau tidak mau memilih untuk diam. Kami masih dalam posisi yang sama selama hampir lima belas menit lamanya. Pernyataan sepuluh menit yang mas Fadlan hanya sebuah kebohongan.

"A—aku mau mandi dulu mas," paparku.

Mas Fadlan mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Gimana kalo aku—"

"Enggak mas, aku nggak mau!" Aku memotong kalimat mas Fadlan dengan cepat. Entah kenapa aku berfikir yang tidak-tidak ketika melihat ekspresi mas Fadlan sekarang.

Mahram Untuk Najwa (END)Where stories live. Discover now