PART 43 ~Salah Najwa~

88.8K 5.1K 89
                                    

"Semua yang terjadi adalah salahku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Semua yang terjadi adalah salahku."

_Malaika Farida Najwa_

_ _ _

Mati. Setiap orang pasti akan mati. Cepat atau lambat kematian akan datang dengan sendirinya. Ajal pasti menjemput. Beberapa detik lagi nyawaku akan melayang. Suara mesin mobil itu semakin dekat. Cahayanya semakin terang. Aku menyipitkan mata. Kutatap langit yang seolah tak mau bersahabat. Hujan semakin deras dan ajalku semakin dekat.

"Najwa!"

Seseorang memanggil namaku. Tepat setelah tubuhku di dorong ke sisi jalan yang lain. Tubuhku terasa sakit. Namun rasa sakit ini bukan datang karena aku ditabrak. Melainkan karena seseorang yang membawaku menjauh dari jalan.

Aku menegakkan tubuh. Kulihat samar-samar seseorang tergeletak ditengah jalan. Darah mengucur deras dari wajahnya. Air hujan membawa darah itu menyebar kemana-mana. Tanganku bergetar hebat ketika mengenali siapa orang itu.

"Mas Faiz!" Aku berlari dengan cepat menghampiri tubuhnya yang terbujur kaku. Darah mengalir semakin banyak dari wajah dan tubuhnya. Apa yang terjadi? Kenapa mas Faiz justru yang berada di posisi ini? Aku yang seharusnya ditabrak. Bukan mas Faiz.

"Bangun mas! Bangun!" Aku mengguncang tubuh laki-laki itu. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Mobil yang menabraknya sudah pergi entah kemana.

"Non Najwa!" Teriakan mbok Asrih terdengar memanggil namaku. Dia datang sambil membawa paying dan senter. Aku segera menghampirinya.

"To—tolong ma—mas Fa—Faiz mbok," pintaku terbata-bata. Aku terlalu kaget dengan semua ini.

"Bicara pelan-pelan non." Mbok Asrih memegang bahuku.

"Ma—mas Faiz ditabrak mbok. Di—dia h—harus segera dibawa ke rumah sakit."

Mbok Asrih membulatkan matanya. "Dimana non?"

Aku segera membawa mbok Asrih ke arah mas Faiz berada. Tangisku semakin pecah ketika melihat darah yang keluar semakin banyak.

"Astaghfirulahaladzim. Kita harus segera bawa mas ini ke rumah sakit non."

"Tapi bagaimana mbok?"

Otakku benar-benar sudah buntu. Aku tidak bisa berfikir dengan baik. Semua yang terjadi terlalu tiba-tiba.

"Mbok sudah telpon ambulans non. Sebentar lagi mereka datang," jelas mbok Asrih.

Aku mendekati mas Faiz. Kupegang wajahnya yang penuh darah. Aku merobek sedikit bajuku untuk menahan darahnya agar tidak terus keluar.

"Bertahanlah mas."

Wajah sendu mas Faiz seperti mencabik-cabik perasaanku. Aku meletakkan jariku dihidungnya. Nafasnya seperti menghilang. Ketakutanku kian menjadi-jadi. Tanganku semakin bergetar. Aku memegang dadanya. Detak jantung mas Faiz masih terasa. Aku bernafas lega.

Mahram Untuk Najwa (END)Where stories live. Discover now