PART 3 ~Tentang Fadlan~

156K 8.9K 49
                                    

"Cinta itu tidak bisa dipaksakan, tapi bisa diusahakan."

__Malaika Farida Najwa__

_ _ _

Aku meraih gelas berisi teh dingin diatas meja, kusingkap sedikit bagian cadarku agar bisa meminumnya. Sensasi dingin langsung terasa mengalir dari tenggorokanku hingga ke dalam perut, rasanya sangat segar. Aku mengucap Alhamudulillah ketika dirasa dahagaku sudah tuntas. Aku meilirik ke arah benda yang melingkar di pergelangan tangan.

Sudah sepuluh menit lamanya aku menunggu tapi Zahra tak kunjung juga datang padahal dia sendiri yang meminta untuk datang tepat waktu. Tapi lihatlah, wanita itu justru yang datang terlambat.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Udah telat berapa menit nyonya Zahra?"

"Aduh sorry Naj aku telat soalnya tadi bosku minta dibuatin proposal secepatnya."

Zahra meminum habis teh dingin yang tadi sudah kupesankan. Wanita itu terlihat jelas tengah kelelahan, terbukti dengan suara nafasnya yang tak beraturan.

"Kamu udah berdoa dulu nggak sebelum minum tehnya?"

Zahra nyengir sebagai jawaban tidak. Aku menggeleng melihat tingkahnya yang masih kekanak-kanakan. "Udah pesen makanan Naj?" Zahra meletakkan tasnya di kursi yang lain.

"Aku nggak laper, kamu aja yang pesen."
"Kan aku yang ngajak kamu ketemu Naj, masa cuman aku aja yang makan."

"Ya udah terserah kamu."

Kami pun memesan dua porsi nasi goreng dengan dua gelas teh dingin. Awalnya aku tak ingin memesan teh dingin lagi mengingat teh yang sebelumnya kupesan belum habis, tapi Zahra terus saja memintaku untuk memesan lagi. Mau tidak mau akupun menerimanya.

"Sekarang aku mau mulai pembicaraan kita." Zahra mulai membuka pembicaraan kami. Dia menatapku lekat seolah ingin menelanku hidup-hidup.

"Kalian udah saling ketemu?" Zahra bertanya. Aku menautkan alis, "Siapa yang ketemu?"

Zahra tiba-tiba saja memukul meja dan membuat perhatian pengunjung restoran tertuju pada meja kami. Aku menutup wajah karena malu, bisa-bisanya wanita itu berbuat seenaknya di depan umum.

"Ngapain pake mukul meja sih Ra? Orang-orang ngeliatin kita tahu."
Zahra bersikap acuh tak acuh, dia bahkan seperti sudah menulikan dan membutakan penglihatannya. Walaupun aku berteriak didepan telinganya pun wanita itu tak akan perduli.

"Jangan ngalihin pembicaraan deh Naj, aku nanya sama kamu. Kamu udah ketemu nggak sama Fadlan alias Alan itu?"

"Kemarin kan udah."

"Maksudku kalian bertemu berdua, tanpa aku dan Jihan."

"Tadi pagi sudah."

"Hah! Beneran? Tadi pagi?" Zahra nampak terkejut.

"Iya, dia datang ke tokoku untuk membeli bunga-untuk Jihan."

Percakapan kami tertunda sebentar ketika pelayan datang membawa pesanan. Zahra menyeruput teh dinginnya sebentar lalu kembali melanjutkan perbincangan kami yang tertunda.

"Apa Alan tahu tentang kamu?"

Aku menggerak-gerakkan sendok dengan asal di atas piring. Menatap sekilas ke arah Zahra yang ternyata tengah menatapku menunggu jawaban.

"Alan sebentar lagi akan menikahi Jihan, hubunganku dengan dia sudah lama berakhir. Aku tak ingin mengganggu hidupnya dengan memberitahu siapa diriku sebenarnya."

Mahram Untuk Najwa (END)Where stories live. Discover now