BAGIAN 59📌

826 101 26
                                    

_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

Rivan yang mendengar suara Garlien juga ikut berdiri, namun saat Vano sudah ada di dekat Garlien dia kembali duduk.

Vano segera menghampiri Garlien kemudian menggendongnya ala bridal style, Garlien mengintip lewat bahu Vano kemudian menjulurkan lidahnya ke arah Zina.

"Yang sakit itu aku Vano, bukan Garlien. Dia yang ngedorong aku, dan Garlien cuma pura-pura!" ungkap Zina mengeluarkan segala kekesalannya.

Namun Vano masih tetap berjalan seolah tak mendengar suara apa pun, dia mengabaikan Zina. Dia tak memperdulikannya, memangnya Zina itu siapa?

"VANO!" teriak Zina frustasi saat Vano mengacuhkannya.

Dan akhirnya Garlien dan Vano semakin menjauh, kemudian telah hilang di balik pintu. Zina menatap dirinya sendiri, dia iba dengan keadaannya sekarang.

"Aku yang sakit bukan Garlien ... hiks," kata Zina perlahan.

"Gue harus lakuin apa lagi? hiks ... gue suka sama lu ... hiks hiks kenapa lo nggak ngertiin perasaan gue ... " Zina masih terjerembab di sana.

Dia membiarkan dirinya menjadi tontonan gratis untuk orang yang ada di cafe, dia tak memperdulikannya. Dia sedang sakit, sakit hati tepatnya.

Rivan yang masih memiliki sifat kasian menghampiri Zina dengan ogah-ogahan. Buat aja Rivan tidak mengenal Zina jadinya dia nggak punya urusan buat nolongan dia, bisa nggak?

"Berdiri lu," kata Rivan sambil melihat Zina yang masih terduduk di lantai itu.

Zina tak memperdulikan ucapan Rivan, dia sekarang sedang sibuk untuk menangis. Menangisi nasibnya yang malang.

Rivan menghembuskan nafas kasar, kemudian berjongkok supaya menjadi lebih dekat dengan Zina.

"Lu punya otak kan? bisa di pake nggak? jangan jadiin pajangan doang! lu manusia atau bukan sih? lu punya perasaan apa nggak? hidup kok ga guna banget, penuh-penuhin isi bumi tau nggak?!"

Zina terdiam, dia mendengarkan ucapan Rivan namun tak memperdulikannya. Dia hanya iri dengan Garlien yang bisa memiliki kebahagiaan dengan adanya Vano, sedangkan dia tak memiliki kesempatan itu.

"Kalo nggak mau sakit lebih dalem, lebih baik jauhi Vano. Dia punya Garlien ga usah ngerebut yang bukan hak lu!" pesan Rivan sambil memegang pundaknya, dia benar-benar berharap Zina tak merusak hubungan Garlien dan Vano.

Setelah itu Rivan berdiri kemudian pergi dari sana, meninggalkan Zina. Dia akan pulang ke rumah, lagian acara makan-makan gratisnya udah selesai.

Mesa segera bediri saat Rivan akan pergi, dia tak akan terima jika dia tindas seperti. Orang seperti Zina adalah penindas bukan ditindas.

"Lu kalo nggak tau gue nggak usah sok tau!gue emang nggak peduli sama orang lain, gue egois. Gue lebih mentingin kebahagian gue lebih dari siapa pun!" ujar Zina lantang, tak memperdulikan orang yang ada di cafe itu.

Garlievano |✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang