BAGIAN 56📌

847 100 24
                                    

_____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____

Masih di tampat yang sama. Tempat dimana Garlien kembali ditipu, dihianati, dibohongi oleh orang yang paling dia sayangi.

Dia masih diam di tempat. Mematung soalah tubuhnya di paku oleh sebuah perkataan, oleh sebuah kelakuan dan oleh sebuah penghianatan.

Garlien kecewa, sungguh sakit rasanya mendengar kalimat Vano. Namun kenapa dia tak bisa marah dengan Vano? kenapa takdir selalu mepermainkannya? apa salahnya?

Buat saja Garlien membenci Vano, buat saja seperti itu. Tapi kenapa ... kenapa tak bisa? rasa cintanya berlalu besar, terlalu dalam, sungguh.

Dia lemas, kakinya tak sanggup menopang tubuhnya dan akhirnya ia terduduk di sana. Ia benar-benar tak ingin melihat Vano lagi. Dia ingin menyudahinya, namun hatinya sangatlah lemah.

Hatinya menginginkan Garlien melihat Vano untuk kesekian kalinya. Dan yah dia melihat Vano dengan Zina tentunya, tak lama Vano berbalik melihat Garlien dengan tatapan sendu.

Garlien diam, ia kembali membuat dirinya bingung. Kenapa harus berbalik? biarkan saja Garlien melihat tanpa di lihat. Dari pada di lihat namun tetap di acuhkan.

Ada orang yang melihatnya dan itu adalah ... Rivan.

Ya, Rivan ada di sana. Ia sering ke sini bersama Kakak laki-lakinya. Hanya sekedar untuk jalan-jalan, atau merehatkan diri dari hiruk pikuk masalah yang ada.

Namun di sini dia menyaksikan semuanya sendiri karena Kakaknya pergi ke toilet. Dia melihat sebuah keretakan atas nama cinta. Namun Rivan tetap diam tak bergeming.

Hingga akhirnya hatinya tergerak untuk menolong Garlien—temannya. Rivan menganggap Garlien teman.

Dia menjongkokan tubuhnya supaya menjadi sejajar dengan Garlien. Dan Garlien tak mengusik kehadirannya.

"Cari alasannya Lien," katanya pelan, mengerti suasana, mengerti kondisi dan keadaan Garlien.

"Cari alasan kenapa Vano ngejauh, cari alasan kenapa Vano sama Zina."

Garlien tetap diam sambil melihat Vano yang sekarang sudah tidak melihatnya lagi. Memang selalu seperti itu, Garlien yang bertahan dan menahan hubungnnya.

"Jangan biarin dia mempermainkan lu, lu bukan boneka, lu Garlien. Garlien yang kuat."

Garlien mulai mendengarkan Rivan, walaupun itu tak akan terlihat karena Garlien menutupinya dengan muka kecewanya.

"Ayo kejar, gue yakin lu—" ucapan Rivan terhenti saat Garlien berlari keluar.

Rivan tersenyum, dia memang teman yang baik, dan akan selalu menjadi teman yang baik buat Garlien.

"Terimakasih Rivan," monolog Rivan.

"Sama-sama."

~|•|~

Garlievano |✓Where stories live. Discover now