Ekstra 5

1.4K 257 18
                                    

Kau berbohong lagi, Jungkook.

Aku sempat menolak saat ibu menjemputku untuk kembali ke Ansan, dengan banyak alasan ini dan itu akan tetapi tak jua dapat meyakinkan. Pada akhirnya aku memilih menyerah, aku hanya dapat diam memandangi ibu mengemasi barang-barang milikku dengan tergesa-gesa, wajah ibu tampak kesal sebab kami sempat beradu argumen sebelum ibu berteriak di depan wajahku. Sejak berakhirnya cekcok dengan ibu, ayah pergi untuk menunggu di mobil, sedang Taehyung duduk di ruang tamu bersedia untuk membantu membawa barang-barangku yang lumayan banyak.

Aku senang berbelanja, oke.

Lemari pakaian milik asrama yang biasa aku gunakan sudah kosong, wujudnya seperti lemari yang baru dipindahkan ke sebuah kamar di rumah yang baru saja usai dibangun. Benda itu masih cantik walaupun telah digunakan oleh para alumni terdahulu, warnanya biru muda, lembut dan aku suka.

Aku mendengkus ketika Taehyung melirik, melengos pergi ke dapur untuk meneguk segelas air sebab dahaga tak lagi dapat berkompromi. Haus melanda usai menuai keributan dengan ibu, bahkan kepalaku pusing sebab kalimat ibu terus terulang di dalam kepalaku. Aku jadi menyesal, apa aku benar-benar gadis nakal yang ibu katakan beberapa waktu lalu? Tapi apa lagi yang harus aku lakukan jika ibu memaksakan kehendak terhadapku yang sudah jelas aku tidak menginginkannya.

"Bajumu sudah selesai, minta bantuan pada Taehyung untuk membawakannya, Ibu menunggu di bawah." dan kalimat tersebut adalah penuturan terakhir ibu setelah mengemasi barang-barang milikku dengan ocehan yang lebih banyak tak dapat aku pahami.

Kemudian ibu meninggalkan kami berdua, larut dalam senyap dengan aku yang sesekali menatap si kurang ajar yang secara tak langsung menjadi penyebab pertengkaran aku dengan ibu. Ya, semua ini tidak akan terjadi jika dia tidak kembali dari Jepang, lagi pula apa memangnya yang ingin ia dapatkan dengan pulang kembali ke Ansan.

"Kau yakin akan terus berdiri di sana?" tak ayal membuatku terkesiap dan sudah mendapati Taehyung tengah berada di ambang pintu asrama sembari memegangi koper berukuran besar milikku.

Aku berdecak kesal sebelum akhirnya membawa koperku yang lebih kecil, sedangkan punggung menggendong ransel biru muda yang biasa aku kenakan untuk berjalan-jalan keluar ketika hari libur. Taehyung berjalan lebih dulu, membuatku sedikitnya kesulitan untuk menyamai langkah. Kakinya panjang, dia juga tinggi, sedangkan aku hanya seperti makhluk kerdil jika berdiri berdampingan dengannya.

Jadi ketika dia telah memasuki lift dan aku kepayahan menyeret koper sembari mempercepat langkah, aku sempat melihat raut wajahnya yang tampak kesal sebab aku bergerak lelet. Aku berdiri di belakang, mencari sudut dengan pandangan menunduk. Meski terkadang aku sering bersumpah serapah di depannya, jika sedang dalam mode seperti ini, Taehyung tetaplah menakutkan. Terlebih saat ini hanya ada aku dan dia, tiada yang tahu apa yang akan Taehyung lakukan kepadaku di sini setidaknya sampai pintu lift terbuka di lantai bawah.

Akan tetapi, begitu pintu lift terbuka dan aku bersiap untuk melangkah, Taehyung lebih dulu meraih koperku lalu membawanya, meninggalkanku dengan kening berkerut tak mengerti sebab perlakuannya begitu tiba-tiba. Ah, hal baik apa pun yang akan ia lakukan akan aku terima dengan baik, tetapi aku tidak akan menerima jika dia baik padaku hanya untuk meluluhkan hatiku yang jelas-jelas sudah menolaknya sejak awal dia datang lagi.

"Apa yang kaulakukan? Aku bisa membawanya sendiri."

"Duluan saja."

"Kembalikan padaku!"

"Aku bilang duluan."

"Taehyung, aku bisa melakukannya sendiri."

"Kau tidak mendengarku?"

Dan ponselku berdering, memutus adu tatap tajam yang aku lakukan dengan Taehyung karena sama-sama keras kepala. Nama Jungkook di sana, tetapi belum sempat aku menggeser tombol ibu sudah datang dengan raut kurang bersahabat, mungkin ini karena aku dan Taehyung yang terlalu lama membuat menunggu. Jika saja hal tersebut membuat ibu jengkel dan memilih untuk meninggalkanku, aku akan lebih senang karena aku tak perlu kembali ke Ansan untuk ikut dalam 'urusan keluarga' yang beberapa hari ini sering kali ibu katakan.

𝟏𝟑 𝐑𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧𝐬 𝐖𝐡𝐲 𝐈 𝐇𝐚𝐭𝐞 | ✓Where stories live. Discover now