Ekstra 2

2K 329 19
                                    

Rasanya aneh, ketika pulang menembus rintik hujan pada malam nyaris larut, mencari-cari jalan agar tidak menginjak genangan air yang dapat membuat alas kaki basah dan kotor. Benakku masih menyimpan rasa itu, rasa senang ketika kembali ke asrama berharap bertemu dengan seseorang di sana. Meski nyatanya kini tiada lagi, aku berharap kenyataan tak akan membuatku kecewa sebab Jungkook tak bisa melihat bagaimana senangnya aku ketika kembali ke rumah.

Beberapa kali aku bersin usai menyeduh secangkir teh untuk menghangatkan tubuh yang telah diterpa angin malam serta hujan, kepala ini terasa sakit disertai menggigil pada tubuh. Tidak, aku tidak mengharapkan demam sementara waktu kelulusan semakin dekat. Ibu dan ayah akan ada di sana, Jungkook juga. Aku tidak ingin penampilanku tampak kacau di depan mereka, atau ibu bisa memarahiku karena tidak menjaga kesehatan, padahal sudah jelas ibu selalu cerewet mengingatkanku untuk satu hal tersebut.

Pukul sembilan usai aku mengeringkan rambut dan menyesap sedikit teh, hidungku memerah karena aku memperlakukannya dengan kasar untuk mengusir lendir yang mengganggu. Ponsel di genggaman entah untuk apa, sedang mata menatap tak fokus pada televisi yang aku sendiri tak mengerti apa. Persediaan obatku habis dua hari lalu dan aku lupa untuk membelinya kembali, aku ingin meminta sedikit pada Eunbyul tetapi khawatir jika gadis itu akan mengoceh karena cemas.

Aku tahu, aku memang kurang pandai menjaga diri. Tetapi aku tidak tahu jika hari ini akan turun hujan. Musim semi seperti ini ....

"Bosan," aku mengeluh, menatap jengkel pada layar televisi sebelum memutuskan untuk mematikannya saja.

Tergolek di atas tempat tidur lalu menggulung tubuh sendiri dengan selimut, teh belum aku habiskan karena lidahku sedang tidak sehat juga, kubiarkan minuman itu dingin oleh suhu ruang.

Aku masih berguling-guling tak menentu di atas tempat tidur, seperti kimbap yang biasa ibu buatkan sebagai bekal makan siangku di sekolah dasar dahulu. Aku tak ingin menghina, tetapi bicara tentang ibu yang membuat kimbap, kimbap buatan Ibu rasanya kurang pas untuk lidahku. Aku tidak menyukai buatan ibu, dibanding kimbap aku lebih suka jika Ibu membuat sundubu jjigae, itu jauh lebih lezat.

Tetapi anehnya, ibu jarang sekali memasak makanan yang menurutku sangatlah enak. Saat aku meminta agar ibu membuat sundubu atau jenis makanan lain yang terasa cocok untuk lidahku, ibu malah membuat menu lain dengan alasan ingin memperbaikinya, padahal aku tahu tiada yang berubah dari rasanya walaupun ibu sudah mencoba untuk menukar resep dan bumbunya berulang kali.

Lalu, saat aku sedang bermalas-malasan dengan selimut dan tempat tidur yang sebentar lagi akan aku tinggalkan, ponsel di genggaman yang tentu saja ikut tergulung selimut bersama tubuhku bergetar. Terburu-buru berusaha keluar dengan bersusah payah hingga terjerembab ke atas lantai, untungnya tubuhku terlindungi selimut hingga rasa sakitnya tak begitu menyengat kulit.

"Iya, Ibu. Ada apa?"

"Kau belum tidur, Ji?"

Suara hangat itu, mengalun lembut di telinga selayaknya embusan angin. Menenangkan dan membuatku rindu ingin sekali memeluk ibu, kenapa? Kenapa pada hari-hari yang hanya tinggal sebentar dan aku akan pulang, aku malah merindukan ibu begitu banyak? Rasanya, aku ingin segera pulang tak peduli waktu hanya untuk memeluk dan berkata bahwa aku sangat merindukan ibu.

"Belum, aku baru kembali dari berjalan-jalan. Ibu belum tidur?"

"Ji, kau masih ingat dengan Seo Taehyung?"

Sejenak berpikir, awalnya aku bingung kenapa ibu tiba-tiba mengganti pembicaraan dengan perihal Seo Taehyung. Tetapi sedikitnya itu berhasil mencuri perhatianku sebab usai ibu menanyakan apa aku masih ingat, isi kepalaku segera mengorek sisa-sisa memori yang telah lama terkubur.

Lalu presensi seorang lelaki dengan tubuh tinggi lekas memasuki memori, senyum kotak dan serentetan kalimat yang pernah diucapkan yang samar kuingat.

"Iya, aku masih ingat. Ada apa memangnya, Bu?"

"Ah, tidak. Sudah, ya, sudah malam kau harus tidur. Ibu dan Ayah juga akan tidur."

Ibu memutus sambungan telepon, secara sepihak tanpa bertanya apa aku masih ingin melanjutkan obrolan atau tidak. Meninggalkanku dalam bingung yang kemudian hanya dapat menatap layar ponsel yang meredup, batinku tak bisa untuk tidak bertanya-tanya.

Kenapa? Ada apa ini sebenarnya? Kenapa tiba-tiba Ibu bertanya tentang Seo Taehyung? Dan kenapa ibu mematikan telepon saat aku bertanya apa yang terjadi?

Ini aneh, bahkan Taehyung sudah lama terkubur dalam memoriku, bertahun-tahun lamanya sejak lelaki itu pindah bersama keluarganya ke Jepang saat kelas lima sekolah dasar. Lalu kenapa tiba-tiba ibu mengungkit hal tersebut? Apa Taehyung kembali?

Lebih dari itu, ponsel yang kembali berdering di genggaman tanganku. Jungkook di sana, kembali membuatku berkerut kening sebab baru beberapa jam lalu lelaki itu menghubungiku namun kini kembali membuat ponselku berdering.

"Ji, apa aku mengganggumu?"

"Tidak, ada apa?"

Jungkook mengambil jeda. "Entah kenapa, aku merasa ada sesuatu yang tidak beres."

Oh, tentu saja itu membuatku khawatir. Bahkan ibu juga terdengar gelisah, seperti menyembunyikan sesuatu yang besar.

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak tahu, tapi aku merasa khawatir. Kau sudah pulang?"

"Eumm... Sejak beberapa jam lalu."

"Tidak ada yang berbuat jahat padamu, kan?"

Terkekeh, aku tak mengerti kenapa Jungkook tiba-tiba berubah menjadi seperti ini. Aku baik-baik saja, bahkan rintik hujan tak cukup untuk membuatku tergelincir dan merasa malu di depan umum. Ini menggelikan karena tak biasanya Jungkook bersikap seperti ini, sangat lucu.

"Dengar, Jung. Aku baik-baik saja dan kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun, hanya kerjakan apa yang seharusnya kau kerjakan dan selesaikan dengan baik."

Kudengar Jungkook mendengkus, sedang aku masih bertahan pada kekehan, terheran pada Jungkook yang bertingkah aneh.

"Terserah, aku hanya mencoba baik."

Setelahnya Jungkook memutus sambungan, tak ayal membuat tawaku memudar dan kembali memandang ponsel yang meredup. Mengendikkan bahu lalu menaruh ponsel di atas nakas, kembali berbaring namun tidak untuk menggulung tubuh dengan selimut lagi.

Dalam diam, aku sangat ingin tahu. Kenapa ibu tiba-tiba menanyakan Seo Taehyung, dan kenapa Jungkook mengkhawatirkan sesuatu. []

_____
a/n: haloooo!!!! Update lagi, ehehehehe... Tenang, stoknya masih banyak kok, karena masih ada banyak hal yang mau aku ungkap di sini. Hehehehe...

Oke, nantikan extra selanjutnya. Sampai jumpa~

Love yourself,
.tata

𝟏𝟑 𝐑𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧𝐬 𝐖𝐡𝐲 𝐈 𝐇𝐚𝐭𝐞 | ✓Where stories live. Discover now